Islam Untuk Semua Umat

Wednesday, December 17, 2014

Shalawat






عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا (رواه مسلم)

“ Dari Abi Hurairah Ra, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya ( melimpahkan rahmat) sepuluh kali ”. ( HR. Muslim )

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal dengan keabadian , Tunggal dengan kesempurnaan, Maha Tunggal menciptakan kerajaan alam semesta dan menghamparkannya dari tiada, Yang Maha memunculkan keluhuran-keluhuran bagi hamba-hambaNya di dunia dan di akhirat, keluhuran dunia yang fana dan keluhuran akhirat yang abadi, dan semua ciptaan Allah telah diisi dengan segala kenikmatan. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan air maka Allah simpan sedemikian banyak kenikmatan pada air itu, diantaranya air tersebut sebagai penghilang haus dan dahaga, sebagai pencuci dan pensuci (bersuci), sebagai tempat kehidupan hewan-hewan air, sebagai pemandangan yang indah dan lain sebagainya dari manfaat-manfaat yang Allah ciptakan dalam air tersebut. Demikian pula Allah subhanahu wata’ala menciptakan api, diantara manfaat api adalah untuk memasak, memanaskan, menghangatkan, dan lain sebagainya dari hal-hal yang bermanfaat dari penggunaan api tersebut.

Kemudian Allah subhanahu wata’ala menciptakan tanah dan menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan di atasnya yang menghasilkan berbagai macam buah-buahan yang mana memiliki manfaat yang berbeda-beda, menumbuhkan sayur-sayuran dan pepohoan yang dapt digunakan uga untuk berteduh dan lainnya. Lalu Allah subhanahu wata’ala menciptkan hewan-hewan yang memiliki manfaat yang bermacam-macam, sehingga terkadang ada hewan yang nampaknya tidak bermanfaat namun kenyataannya justru hewan tersebut membawa manfaat yang besar, sebagaimana yang kita ketahui bahwa cairan yang paling manis adalah madu padahal asal mula madu adalah dikeluarkan oleh serangga, begitu juga kain yang paling bagus dan paling mahala dalah sutera padahal asal mulanya terbuat dari ulat, adapun minyak wangi yang paling mahal adalah misk padahal asal mulanya berasal dari bagian darah kijang, demikian banyak hal-hal yang berharga dan dimuliakan di muka bumi ini ternyata berasal dari hal-hal yang hina.

Dan Allah subhanahu wata’ala juga menjadikan dalam ciptaan-ciptaanNya itu terdapat mudharat (bahaya), seperti air yang dapat membawa musibah, bakteri , penyakit dan lain sebagainya, begitu juga pada ciptaan yang lainnya seperti api, tanah, gunung-gunung, pepohonan, udara, kesemua ciptaan itu dapat juga membawa musibah selain juga membawa manfaat. Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengutus sang Rahmatan Lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa rahmat bagi sekalian alam semesta, yang kemudian Allah menjadikan banyak hal yang tadinya akan membawa musibah dari ciptaan-ciptaan Allah subhnahu wata’ala, berubah menjadi membawa manfaat. Sehingga hanya dengan dzikir-dzikir yang sepertinya sangat remeh dan tidak berartipun hal itu justru dapat menghindatkan seseorang dari musibah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Shahih Muslim bahwa seorang sahabat mengadu bahwa ia telah tersengat kalajengking, maka Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam berkata : “ Jika engkau membaca doa :

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“ Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang mulia dan sempurna dari kejelekan yang diciptakan”

Sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali sore hari, maka sungguh engkau tidak akan ditimpa bahaya apa pun. Demikian rahasia kemuliaan dari tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Selanjutnya hadits riwayat Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ( رواه مسلم )

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya ( melimpahkan rahmat) sepuluh kali”. ( HR. Muslim)

Adapun shalawat Allah kepada hamba-hambaNya adalah bahwa Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Sedangkan shalawat dari malaikat adalah bahwa malaikat memohonkan pengampunan dosa-dosa untuk hamba kepada Allah subhanahu wata’ala. Adapun shalawat dari manusia adalah berupa doa dan munajat kepada Allah subhanahu wata’ala agar menambahkan kemuliaan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala. Maka dari hadits tersebut terbukalah rahasia keagungan cinta Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ( الأحزاب : 56 )

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa orang yang bershalawat kepadanya sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya (melimpahkan rahmat) sepuluh kali. Sungguh ribuan shalawat dari kita tidak berarti dibanding dengan shalawat Allah, bahkan jika seluruh alam semesta ini bershalawat maka hal itu tidak akan menyamai satu shalawat dari Allah subhanahu wata’ala. Dan disini Allah subhanahu wata’ala akan bershalawat sepuluh kali untuk orang yang bershalawat kepada nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam satu kali. Hal ini menunjukkan sungguh besarnya sambutan Allah subhanahu wata’ala kepada yang mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu kali cinta seseorang kepada sang nabi maka Allah jawab dengan sepuluh kali cinta dari Allah subhanahu wata’ala. Jadi mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bukanlah perbuatan yang kultus atau syirik, namun mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan anugerah besar dan akan berlanjut dari hal itu limpahan anugerah yang lebih besar dari Allah subhnahu wata’ala di dunia dan di akhirat.




Lintas Islam hadits

Cemburu






قَالَ سَعْدُ بن عُبَادَةَ : لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ ( صحيح البخاري)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang tetap dan selalu melimpahkan kebahagiaan, rahmat dan anugerah kepada hamba-hambaNya sepanjang waktu dan zaman. Bulan Rabi’ Al Awwal yang penuh dengan keluhuran telah meninggalkan kita, bulan cinta dan kerinduan telah meninggalkan kita, kita tidak mengetahui apakah di tahun yang akan datang kita masih akan menemui bulan Rabi’ Al Awwal ataukah kita telah dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala.

Meskipun bulan cinta dan kerinduan itu telah pergi meninggalkan kita, namun cahaya Rabi’ Al Awwal, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetap berpijar hingga zaman ini berakhir dan berganti dengan kehidupan yang kekal dan abadi, cahaya keluhuran sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menuntun hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala menuju cinta dan kasih sayangNya, menuju kelembutan dan pengampunanNya, hingga sedemikian banyak hamba-hambaNya sampai pada keluhuran, kebahagiaan, dan cinta Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-hambaNya melebihi kecintaan antara makhluk satu sama lainnya. Sebagaimana riwayat hadits Shahih Al Bukhari yang kita baca ketika sayyidina Sa’ad bin Ubadah Ra berkata :

لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ

“Jika aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedang tanpa ada pengampunan untuknya”.

Sehingga sampailah kabar tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ

“ Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa’ad?, demi Allah sungguh aku lebih pencemburu daripada Sa’ad, dan Allah lebih pencemburu dariku, oleh karena kecemburuan Allah itu, Dia (Allah) mengharamkan perbuatan keji baik yang tampak atau yang tersembunyi, dan tidak ada yang lebih menyukai memberi maaf dari Allah, oleh karena itu AAllah mengutus orang-orang yang memberi kabar gembira dan yang memberi peringatan (Utusan-utusan Allah). Dan tiada yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itu Allah menjanjikan surga”

Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih pencemburu daripada sayyidina Sa’ad dan hal ini menunjukkan bahwa kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih besar daripada seluruh cinta orang lain kepada yang lainnya. Kita ketahui bahwa cemburu munculnya dari cinta, maka jika ada seseorang yang mencintai orang lain melebihi kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa cemburu akan hal tersebut, dan Allah subhanahu wata’ala lebih pencemburu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan bahwa kecintaan Allah subhanahu wata’ala lebih besar daripada kecintaan semua makhluk.

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan di dalam Fath Al Bari tentang makna ucapan tersebut diantaranya adalah untuk memberi kefahaman dan penjelasan terhadap sayyidina Sa’ad bin Ubadah bahwa tidak seharusnya beliau marah berlebihan karena kecemburuannya itu, karena ia lebih berhak untuk lebih mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada kecintaannya kepada istrinya. Dan juga dapat kita fahami dari hadits tersebut bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memalingkan perhatian para shahabat dari kebencian terhadap Sa’ad bin Ubadah dan membawa mereka untuk memahami bagaimana kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap seluruh ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Allah subhanahu wata’ala jauh lebih Mencintai seluruh makhlukNya daripada kecintaan makhlukNya kepada sesama. Kemudian disebutkan dalam hadits tersebut bahwa karena kecemburuan Allah itulah maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkan perbuatan-perbuatan hina baik perbuatan yang secara terang-terangan ataupun yang tersembunyi.

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan hal ini dimaksudkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menginginkan hamba-hambaNya untuk tidak menjauh dari Allah subhanahu wata’ala, karena jika seorang hamba banyak melakukan perbuatan hina maka ia akan semakin dekat dengan kemurkaanNya dan menjauh dari kasih sayangNya. Namun demikian Allah subhanahu wata’ala Maha Pemaaf sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut, bahwa tiadalah yang lebih menyukai memaafkan (memberi maaf) daripada Allah subhanahu wata’ala, meskipun semua di alam semesta ini tidak memaafakan kita, namun Allah subhanahu wata’ala tetap memberi maaf, sehingga Allah subhanahu wata’ala mengutus para utusanNya dari nabi dan rasul untuk menuntun hamba-hamba yang terjebak dalam perbuatan dosa menuju kepada jalan yang luhur dan diridhai Allah subhanahu wata’ala.

Allah subhanahu wata’ala menyediakan maaf bagi hamba-hamba yang terjebak dalam kehinaan, bahkan Allah subhanahu wata’ala menyukai memaafkan, maka janganlah pernah berputus asa bagi yang telah terjebak dalam kehinaan dosa. Dan disebutkan dalam hadits tersebut bahwa tiadalah yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menjanjikan surga (untuk orang-orang yang memujiNya), demikian riwayat yang terdapat dalam Shahih Al Bukhari. Adapun di dalam Shahih Al Muslim disebutkan : “oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menciptakan surga”, yaitu untuk orang-orang yang memujiNya subhanahu wata’ala.




Lintas Islam hadits

pembukaan 8







Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, dan semoga selalu menerangi sanubari kita dengan cahaya cinta dan rindu kepada-Nya dan kepada nabi-Nya, dan semoga kita selalu diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tidur atau jaga kita di dunia dan di akhirat, dan semoga setiap kita telah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk dikabulkan hajat-hajatnya di dunia dan akhirat, diterangi dengan cahaya cinta Rabbul ‘alamin, diterangi dengan cahaya pengampunan Allah subhanahu wata’ala, diterangi dengan cahaya kebahagiaan zhahir dan bathin di dunia dan akhirat, demikian anugerah luhur yang sangat diharapkan dan didambakan, akan tetapi hal itu berhak diminta kepada Yang Maha Memiliki segalanya, kepada Yang Maha Mengatur segalanya, kepada Yang Maha Mencipta segalanya, kepada Yang telah menghamparkan alam semesta dari tiada, Yang mewujudkan kita di permukaan bumi sebagai hamba-Nya, dan telah diizinkan untuk masuk ke dalam benteng-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :

لَا إِلهَ إِلّا الله حِصْنِيْ فَمَنْ قَالَهَا دَخَلَ حِصْنِيْ وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِيْ أَمِنَ مِنْ عَذَابِيْ

“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku (Allah), barangsiapa yang membacanya maka ia telah masuk ke dalam benteng-Ku, dan barangsiapa yang telah masuk ke dalam benteng-Ku sungguh ia telah aman dari siksa-Ku”.

Hadits qudsi tersebut juga diperkuat dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ قَالَ لَا إِلهَ إِلّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” murni (iklhas) dari hatinya maka ia masuk surga”

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:

مَن اغْبرَّتْ قَدمَاهُ في سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُمَا اللَّهُ عَلى النَّارِ

“ Barangsiapa yang kedua kakinya terkena debu di jalan Allah, maka Allah haramkan darinya api neraka”




Lintas Islam hadits

pembukaan 7






Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Sang Maha Pemilik kebahagiaan dan ketenangan, samudera kelembutan di alam semesta, samudera kasih sayang yang menebar kasih sayang di segenap kehidupan sehingga cinta dan kasih sayang tumbuh dalam seluruh ciptaanNya, hingga sampai pada semua hewan, tumbuhan dan bebatuan yang seakan-akan mereka tidak mempunyai perasaan, padahal justru perasaan mereka jauh lebih kuat daripada manusia yang kenyataannya senantiasa mampu bergerak, akan tetapi benda-benda yang seakan tidak bergerak itu tampaknya justru jauh lebih khusyu’ daripada manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ( الحشر : 21 )

“Jika Kami (Allah) menurunkan Al Qur'an ini pada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah dikarenakan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )

مَا وَسِعَنِيْ أَرْضِيْ وَلاَ سَمَائِيْ وَلكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ

“ Tidak (akan) mampu menampungKu (keagungan dan kewibawaan Allah ), bumi dan langitKu, akan tetapi mampu menampungKu sanubari hambaKu yang beriman”

Sehingga cahaya kewibawaan Allah subhanahu wata’ala dapat berpijar dalam jiwa dan sanubari para ulama’ dan para shalihin, terlebih pimpinan mereka yang termulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita ummatnya kepada tuntunan terluhur dan termulia, kebahagiaan dan kesejahteraan tertinggi di dunia dan di akhirat dalam kehidupan yang fana dan kehidupan yang abadi kelak. Sehingga sampai malam hari ini kita masih diberi kenikmatan untuk terus meneguk tetesan-tetesan samudera ilmu rabbani yang disampaikan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang dilanjutkan dari generasi ke generasi, dengan sanad keguruan yang jelas yang bersambung kepada Al Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan kitab Risaalah Al jaami’ah yang ditulis oleh Al Imam Muhammad bin Zen Al Habsyi Ar, yang mengambil sanad keguruan dari banyak guru, dan diantaranya adalah Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad shaahib Ar Ratib dari guru-guru beliau hingga bersambung kepada pemimpin para guru sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.




Lintas Islam hadits

Syahid





عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : قَالَ: اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي، شَهَادَةً، فِي سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ مَوْتِي، فِي بَلَدِ رَسُولِكَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح البخاري)

Dari Zeyd bin Aslam, dari ayahnya, dari Umar Ra berdoa: “Wahai Allah, berilah aku mati syahid di jalan Mu (SWT), di kota Rasul Mu (SWT) (Madinah kota Nabi) Shallallah alayhi wa sallam” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membangkitkan jiwa dengan keluhuran, dan tiada hal yang lebih luhur dari keridhaan Allah subhanahu wata’ala, hal itulah yang paling luhur dan hal itu disimpan oleh Allah subhanahu wata’ala pada sosok makhluk yang paling diridhai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Keridhaan Allah subhanahu wata’ala tersimpan pada setiap budi pekerti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, tersimpan pada setiap ucapan-ucapan dan tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kesemua hal itu adalah mutiara ridha Ilahi. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari, dan diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika penduduk surga dikumpulkan dan Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada mereka : “Wahai hamba-hambaKu, maukah kalian Kuberi (kenikmatan) lebih dari semua ini?”, maka penduduk surga berkata : “Wahai Allah, kenikmatan apalagi yang melebihi semua ini, Engkau telah mengampuni dosa-dosa kami dan menjauhkan kami dari api neraka, dan Engkau telah memberikan kepada kami limpahan kenikmatan yang abadi, maka apalagi yang melebihi dari semua ini?!”, lalu Allah subhanahu wata’ala menjawab :

أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُم أَبَداً

“Kuhalalkan (Kuberikan) untuk kalian keridhaanKu, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”

Maka jelaslah bahwa keridahaan Allah subhanahu wata’ala adalah puncak kenikmatan Ilahi yang melebihi segala kenikmatan-kenikmatan di surga, dan hal itu tersimpan pada budi pekerti sayyidina Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlewati dalam siang dan malam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala hal, yang diantaranya adalah bagaimana adab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap yang lebih tua, adab beliau terhadap tetangga, kerabat, keluarga, istri, dan anak-anak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, adab beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang-orang yang dalam kesusahan, adab beliau terhadap ahli kitab (yahudi dan nasrani), dan lain sebagainya. Maka tuntunan-tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal-hal tersebut adalah merupakan keridhaan Ilahi, alangkah indahnya nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan betapa Maha Indahnya Yang menciptakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana jiwa-jiwa para sahabat dan seluruh orang-orang yang mulia yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, yang mana mereka selalu ingin dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di masa kehidupan mereka di dunia, hingga setelah wafat pun mereka tidak ingin jauh dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana riwayat sayyidina Umar bin Khattab yang kita baca, dimana beliau berdoa dengan mengucapkan :

اَللّهُمَّ ارْزُقْنِيْ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِيْ فِيْ بَلَدِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Wahai Allah, anugerahilah aku mati syahid di jalanMu, dan jadikanlah kematianku di negeri (kota) utusanMu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”

Sayyidina Umar memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar meninggal syahid di jalan Allah subhanahu wata’ala, namun permohonan tersebut diiringi dengan permintaan yang lain yaitu meninggal syahid di negeri (kota) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Madinah Al Munawwarah. Padahal seseorang yang mati syahid dimana pun maka akan tetap tergolong ke dalam kumpulan para syuhada’ (orang-orang yang meninggal syahid) dan merupakan kemuliaan dan keluhuran yang sangat besar, namun karena sayyidina Umar bin Khattab tidak ingin jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di masa hidup beliau atau setelah beliau wafat, sehingga beliau meomohon kepada Allah untuk diwafatkan di negeri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa sayyidina Umar bin Khattab, sehingga beliau tidak hanya wafat di kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi juga dimakamkan berdampingan dengan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam detik-detik akhir kehidupan beliau ketika sakaratul maut, di waktu shalat zhuhur dan dalam riwayat yang lainnya di waktu shalat asar datanglah orang yang akan membunuhnya kemudian langsung menghunuskan pedang ke perut sayyidina Umar bin Khattab, sehingga robeklah perut beliau, dan dalam keadaan demikian lantas beliau meminta susu untuk diminum, sebagaimana hal ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sedang sakit dan merasa lemah maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta susu dan meminumnya. Dan hal tersebut dapat kita temui dalam kitab-kitab Syamaail Ar Rasuul shallallahu ‘alaihi wasallam, disana disebutkan bahwa diantara minuman-minuman yang disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah susu, air buah-buahan dan air putih. Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai air buah-buahan atau bisa dinamakan jus dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Maka sayyidina Umar bin Khattab Ra dalam keadaan perutnya yang telah terbelah beliau meminta susu kemudian meminumnya, akan tetapi susu itu setelah beliau minum maka tumpah keluar dari bekas luka di perutnya, lalu sayyidina Umar bin Khattab merasa bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut, maka sayyidina Umar bin Khattab memerintah putranya untuk menemui sayyidah Aisyah Ra, istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin kepada sayyidah Aisyah apakah beliau mengizinkan sayyidina Umar untuk dimakamkan dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika itu sayyidina Umar Ra berkata kepada putranya untuk menemuia sayyidah Aisyah dan menyampaikan salam kepada beliau dari Umar bin Khattab, dan melarang putranya untuk menyebut dihadapan sayyidah Aisyah dengan sebutan Amir Al mu’minin, karena saat itu beliau menganggap dirinya bukan lagi sebagai amir al mu’minin karena telah mengalami luka yang sangat parah, demikian yang disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari. Namun bukan berarti ketika beliau menyandang sebutan sebagai amir al mu’minin hal tersebut membuat beliau bersikap atau merasa sombong atau yang lainnya, namun beliau merasa tidaklah pantas dengan gelar amir al mu’minin untuk beliau ketika keadaan beliau sedang lemah dan sekarat. Maka sayyidina Umar bekata kepada putranya :“Temuilah ummul mu’minin sayyidah Aisyah dan sampaikan kepada beliau bahwa Umar menyampaikan salam kepada beliau dan meminta izin bolehkah ia dimakamkan berdekatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, setelah mendengar kabar tersebut sayyidah Aisyah sedih dan menangis karena sayyidina Umar dalam keadaan sakaratul maut. Maka sayyidah Aisyah pun mengizinkan sayyidina Umar bin Khattab untuk dimakamkan berdampingan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun tempat itu sebenarnya sayyidah Aisyah siapkan untuk makam beliau, namun karena amir al mu’minin sayyidina Umar bin Khattab yang meminta maka sayyidah Aisyah mengizinkannya. Kemudian putra sayyidina Umar segera kembali dan telah mendapati ayahnya telah tersengal-sengal dan ia berkata : “Telah diizinkan wahai amir al mu’minin”, maka sayyidina Umar berkata : “Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku dambakan daripada agar aku dimakamkan berdekatan dengan makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” . Demikian kuatnya cinta sayyidina Umar bin Khattab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.




Lintas Islam hadits

Mendahulukan kanan




عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ. (صحييح البخاري)

Dari aisyah ra berkata : “Bahwa Nabi SAW menyukai mendahulukan yang kanan dari kiri, saat beliau memakai sandal, saat beliau menyisir, saat beliau bersuci, dan dari segala perbuatannya” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan cahaya kepada alam semesta hingga berpijar dan terang benderang, alam semesta ini akan gelap gulita jika tidak Allah limpahkan cahaya kepadanya, dari cahaya keindahan Allah subhanahu wata’ala, dari cahaya kewibawaan Allah, yang mana telah membuat lebur gunung disaat satu tabir dari 70 ribu tabir yang menutupi antara Sang Pencipta dengan seluruh makhluk itu disingkap, sebagaimana yang disebutkan dalam Alqur’an, firman Allah subhanahu wata’ala ketika nabi Musa meminta untuk melihat Allah subhanahu wata’ala:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ (الأعراف : 143 )

“Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihatMu". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap pada tempatnya, niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan (keindahanNya) kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur lebur dan Musa pun terjatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepadaMu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman".( Al A’raf : 143 )

Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa gunung itu hancur lebur dan terpendam ke dalam bumi dan tidak akan muncul selama-lamanya hingga akhir zaman. Diriwayatkan dalam tafsir Al Imam At Thabari, ketika malaikat Jibril bertanya kepada nabi Musa apakah ia ingin melihat Allah subhanahu wata’ala, maka nabi Musa As pun mengiyakannya. Maka sebelum Allah subhanahu wata’ala menyingkap satu tabir dari 70 ribu tabir , Allah subhanahu wata’ala memanggil seluruh malaikat yang ada, malaikat penjaga gunung, malaikat penjaga lautan, dan lainnya serta seluruh kekuatan yang ada dan segala-galanya didatangkan, maka sayyidina Musa As bergetar melihat hal itu dan berkata : “Cukup wahai Jibril, cukup jangan dilanjutkan”, maka malaikat Jibril berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, sungguh engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat daripada itu”.

Lalu ketika itu Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang kedua, sehingga terlihatlah gemuruh malaikat yang bertasbih dan berdzikir dimana mereka mengelilingi nabi Musa As sehingga membuat nabi Musa kebingungan dan ketakutan menyaksikan banyaknya malaikat-malaikat dan pijaran-pijaran cahaya yang muncul dari gemuruh dzikir-dzikir mereka, maka nabi Musa As berkata : “Tenanglah wahai Musa dan bertahanlah, engkau akan menyaksikan sesuatu yang lebih dahsyat dari hal ini”, lalu dibukalah langit yang ketiga, dimana sesuatu yang terlihat di langit ketiga jauh lebih dahsyat dari hal-hal yang dilihatnya di langit yang pertama dan langit yang kedua, dimana gemuruh dzikir malaikat-malaikat itu mengalahkan gemuruh ombak dan gelombang di lautan, maka malaikat Jibril kembali berkata : “Tenanglah dan bertahanlah wahai Musa, engkau akan menyaksikan hal yang lebih dahsyat dari hal ini”, kemudian Allah subhanahu wata’ala membuka langit yang keempat maka nabi Musa pun hampir terjatuh roboh dari dahsyatnya sesuatu yang ia lihat di langit yang keempat dari dahsyatnya gemuruh tasbih dan dzikir para malaikat, nabi Musa As pun gemetar menyaksikan hal tersebut, lantas malaikat Jibril kembali menenangkannya dan berkata bahwa ia kan menyaksikan hal yang lebih dahsyat lagi, Allah subhanahu wata’ala masih akan membukakan langit yang kelima, keenam, dan ketujuh, maka nabi Musa pun roboh lantas diberdirikan oleh malaikat Jibril dan kembali menenangkannya, maka nabi Musa pun melihat keajaiban-keajaiban di langit kelima, keenam dan ketujuh, kemudian nabi Musa pun roboh tidak mampu lagi bertahan.

Tujuh puluh ribu ribu tabir yang menutupi rahasia cahaya Allah subhanahu wata’ala, yang dijadikannya seluruh alam semesta ini bercahaya, yang menjadikan jiwa hamba-hambaNya bercahaya, hingga jiwa hamba-hambaNya ingin bersujud dan memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah terjadi di masa lalu dan dosa-dosa yang akan datang. Sebagaimana kita terus terperangkap di dalam kegelapan dosa, dosa adalah kegelapan sedangkan perbuatan baik dan pahala adalah cahaya keridhaan Allah subhanahu wata’ala, sedangkan dosa adalah kegelapan yaitu kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Maka ketika Allah subhanahu wata’ala melimpahkan cahaya untuk menerangi hati manusia sehingga mereka ingin bertobat dan menyesal dari segala dosa yang telah mereka perbuat, namun diantara mereka malu dan berputus asa serta merasa bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak akan mungkin mengampuni dosa-dosanya, maka orang yang demikian ingatlah firman Allah subhanahu wata’ala :

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الزمر : 53 )

“Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Az Zumar : 53 )

Demikianlah Yang Maha lembut dan berkasih sayang, sungguh besar kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya dan kasih sayangNya yang paling besar adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, rahmatan lil’aalamin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin seluruh pembawa cahaya di dunia dan akhirat, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang paling bercahaya di dunia dan di akhirat, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala tidak memperlihatkan cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia, namun akan diperlihatkan kelak di akhirat. Sehingga kelak di hari kiamat, jangankan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, para pengikut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dari para shalihin, para wali Allah dan para muqarrabin ketika mereka melintasi shiraat (jembatan), maka neraka jahannam menjerit dan berkata : “segeralah melintas wahai hamba-hamba Allah, cahaya kalian membakarku”, cahaya itu adalah cahaya tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, cahaya sujud kepada Allah subhanahu wata’ala, cahaya air mata doa, cahaya penyesalan atas segala perbuatan dosa yang telah lalu. Ingatlah bahwa malaikat di kiri kanan seorang hamba senantiasa mencatat perbuatannya dalam setiap detiknya, detik-detik yang terlewati tidak akan pernah kembali selama-lamanya, maka sebelum terlambat dan sebelum sakaratul maut menjelang, kembalilah kepada Allah dan ikutilah tuntunan, pedoman dan budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana akan menjadi lentera dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Hadirin yang dimuliakan Allah 
Hadits agung yang kita baca menjelaskan bahwa diantara tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyukai “Tayamun” yaitu mengawali sesuatu dengan bagian kanan, seperti disaat memakai sandal, menyisir rambut, dan dalam bersuci serta dalam segala perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun dalam hal ini ada pengecualian, sebagaimana Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut bukanlah segala hal yang diperbuat oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diawali dari bagian kanan, akan tetapi terdapat hal yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diawali dari bagian sebelah kiri seperti keluar dari masjid, atau keluar dari kamar mandi maka mendahulukan kaki yang kiri.

Hal ini merupakan tuntunan yang sempurna, sebagaimana dalam ilmu kedokteran membuktikan bahwa darah terlebih dahulu mengalir dari jantung ke bagian kanan, meskipun jantung berada disebelah kiri, sehingga aliran darah mengalir lancar di bagian kanan, sedangkan di bagian kiri aliran darah melemah disebabkan darah telah membawa sel-sel dan bakteri dari bagian kanan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak hal selalu memulainya dengan bagian kanan, karena bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri, sebab darah terlebih dahulu mengalir ke bagian kanan, hal ini menunjukkan kesempurnaan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun hadits tersebut tampaknya sangat ringkas dan sederahana, yaitu memulai setiap perbuatan dengan bagian kanan, seperti ketika memakai sandal maka dimulai dari bagian yang kanan, ketika menyisir rmabut maka dimulai dari bagian yang kanan.

Jika ada yang mengatakan zaman sekarang kok hal-hal yang seperti ini yang dipelajari, orang-orang udah pada sampai ke bulan kok ini masih kitab aja yang diotak-atik”, namun saat ini telah terbukti bahwa orang yang mengatakan pernah sampai ke bulan itu adalah sebuah kedustaan sebagaimana yang dikatakan oleh para Ilmuwan, dimana jika dilihat dari gambar tersebut akan tampak dari dua arah, yang berarti dari cahaya dua lampu dari sudut yang berbeda, maka hal itu adalah kebohongan yang direkayasa. Justru tuntunan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam inilah yang merupakan kemodernan, maka hal-hal seperti inilah yang seharusnya untuk kita perhatikan dan kita ikuti tuntunannya.




Lintas Islam hadits

bersetubuh





قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ، إِذَا أَرَادَ، أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، فَقَالَ : بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ، فِي ذَلِكَ، لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا.

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW: “Jika diantara kalian bersetubuh dengan suami/istrinya, maka ucapkanlah: BISMILLAH, ALLAHUMMA JANNIBISSYAYTAN, WA JANNIISSYAYTHAAN MAA RAZAQTANA”. Maka jika ditentukan dalam persetubuhan itu keturunan, Syaitan tidak bisa menjebak anaknya/menggoda anaknya kelak” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Maha Suci Allah Subhanahu wata’ala Yang telah memohon dan meminta kepadaNya jutaan milyar jiwa dari zaman ke zaman dan generasi ke generasi, dan Dia Allah subhanahu wata’ala melihatnya, dan memberi kepada yang dikehendakiNya untuk diberi hajat-hajatnya, atau bagi mereka yang tidak diberi hajatnya maka diangkat darinya satu musibah, atau tidak dengan memberi apa yang diminta dalam doanya namun menghapuskan dosanya. Sebagaimana kuatnya iman sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu yang berkata : “Aku gembira dengan datangnya musibah kepadaku, pertama karena musibah itu bukan menimpa pada imanku, dan yang kedua karena musibah itu akan menjadi penghapus dosaku, dan ketiga bahwa Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajatku dengan datangnya musibah tersebut, sehingga aku gembira dengan datangnya musibah kepadaku”, demikianlah keadaan orang-orang yang telah ditinggalkan oleh musibah dan tidak lagi mendekatinya, demikian sayyidina Umar bin Khattab Ra senantiasa berdoa sebagaimana dalam riwayat shahih Al Bukhari :

اَللّهُمَّ ارْزُقْنِيْ شَهَادَةً فِي سَبِيْلِكَ، وَاجْعَلْ مَوْتِي فِيْ بَلَدِ رَسُوْلِكَ

“ Ya Allah anugerahilah kepadaku syahadah (meninggal syahid) di jalanMu, dan jadikanlah wafatku di negeri utusanMu (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”

Maka dikabulkanlah doa beliau oleh Allah subhanahu wata’ala dan beliau meninggal syahid dan tidak hanya wafat di wilayah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi juga dimakamkan disamping sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah subhanahu wata’ala telah memberinya lebih dari yang ia minta.

Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits yang kita baca di malam hari ini, merupakan hadits yang sangat ringkas, yaitu bacaan atau doa untuk pasangan suami istri ketika melakukan jima’, namun kalimat ini membuka rahasia keluhuran untuk generasi-generasi di masa mendatang. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada ummatnya ketika akan bersetubuh dengan istrinya maka hendaklah ia membaca doa :

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتنَا

“ Dengan nama Allah, wahai Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkan syaitan dari (keturunan) yang Engkau anugerahkan kepada kami”

Sehingga jika dari persetubuhan itu Allah subhanahu wata’ala menjadikan darinya keturunan, maka syaitan tidak akan bisa mengecohnya atau menyesatkannya selama-lamanya, hal ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala akan memberi penjagaan yang sempurna kepada keturunan itu hingga ia besar tidak akan dikecoh oleh syaitan di dalam hari-harinya di siang dan malamnya, sebagaimana yang banyak terjadi saat ini sebab jebakan syaitan seperti mereka yang terjebak dalam minum-minuman keras, perzinaan, perjudian, kerusakan aqidah dan lain sebagainya dari hal-hal munkar dan kemaksiatan. Kesemua ini disebabkan oleh godaan syaitan yang menghantam orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut. Dan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah membentengi ummatnya dari hal-hal tersebut bahkan sebelum mereka lahir, yaitu dengan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan mengamalkannya maka seseorang sebelum ia lahir bahkan ketika masih berupa sel-sel mani ia telah terjaga dari jebakan-jebakan tersebut dengan doa yang diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian setelah bayi lahir, maka dikumandangkan adzan di telinganya, sehingga suara atau kalimat yang pertama kali didengar adalah kalimat “Allahu Akbar”, lalu bayi itu kembali ke pelukan ibunya dan disusui oleh ibunya, dan terlebih lagi jika sang ibu adalah seseorang yang sangat gemar membaca Al qur’an, sehingga ketika menyusuinya ia sambil melantunkan ayat-ayat Al quran, bukan seperti yang kebanyakan terjadi pada ibu-ibu zaman sekarang, dimana sambil menyusui bayinya ia sibukkan dengan ngerumpi dan membicarakan aib-aib orang lain, maka tidak selayaknyalah hal ini terjadi pada kita ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka hadits ini akan menjaga generasi yang akan datang, dan jika semua ummat Islam mengamalkannya, atau 10% saja dari kaum muslimin mengamalkannya maka 10% dari generasi ummat muslim tidak akan dapat digoda oleh syaitan, sungguh hal ini merupakan keberuntungan dan kemajuan besar bagi umat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga generasi-generasi seperti ini akan muncul, dan semoga sunnah ini kita semua mengamalkannya dan menjadi perintisnya, sehingga kelak ketika kita berjumpa dengan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam gembira karena kita telah menyebarkan hadits ini kepada kalangan yang sudah menikah, agar mengamalkannya.




Lintas Islam hadits

air bekas wudhu




يقول أَبَو جُحَيْفَةَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِالْهَاجِرَةِ، فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ، فَتَوَضَّأَ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ، مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ، فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، الظُّهْرَ رَكْعَتَيْنِ، وَالْعَصْرَ رَكْعَتَيْنِ، وَبَيْنَ يَدَيْهِ عَنَزَةٌ .


وَقَالَ أَبُو مُوسَى، رضي الله عنه : دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِقَدَحٍ فِيهِ مَاءٌ، فَغَسَلَ يَدَيْهِ، وَوَجْهَهُ فِيهِ، وَمَجَّ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُمَا، اشْرَبَا مِنْهُ، وَأَفْرِغَا، عَلَى وُجُوهِكُمَا، وَنُحُورِكُمَا .

(صحيح البخاري)



Berkata Abu Juhaifah (ra) : keluar pada kami Rasulullah saw diwaktu musim puncaknya panas, maka dibawakan untuk beliau saw bejana utk wudhu, maka beliau saw berwudhu, maka jadilah orang berebutan mengambil air bekas wudhu beliau saw dan mengusapkannya ke wajah dan tubuh mereka, maka Rasul saw shalat dhuhur dua rakaat, lalu ashar dua rakaat (jamak taqshir) dan dihadapannya terdapat pancang penghalang.

Dan berkata Abu Musa ra : dibawakan pada Nabi saw bejana air, maka beliau saw mencuci kedua tangan, dan wajah beliau saw, dan berkumur, lalu bersabda Rasulullah saw kpd kami berdua : Minumlah kalian berdua air ini, dan basuhkan ke wajah kalian berdua dan leher kalian berdua.

(Shahih Bukhari)



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ .

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala, yang saat ini kita berada di dalam naungan rahmat dan keluhuran-Nya, di dalam naungan kewibawaan-Nya, di dalam naungan kekuasaan-Nya, di dalam naungan kasih sayang-Nya, Yang Maha menentukan masa depan kita di dunia dan akhirat. Dan perkumpulan seperti inilah yang akan membuka banyak gerbang kebahagiaan dan rahmat Allah di dunia dan akhirat. Dan kita senantiasa berlindung kepada Allah dari perkumpulan-perkumpulan yang di dalamnya diperbuat hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, yang darinya Allah subhanahu wata’ala banyak mendatangkan musibah di dunia dan akhirat, karena perkumpulan dosa dan maksiat itu mencipta musibah baik di masa hidup di dunia atau kelak di akhirat. Sungguh perbuatan-perbuatan dosa tersebut akan mendapatkan balasan dari Allah subhanahu wata’ala berupa musibah di dunia dan akhirat. Sehingga sangatlah berbeda antara perkumpulan yang mulia (didalamnya diperbuat hal-hal yang baik dan mulia) dan perkumpulan yang hina (didalamnya diperbuat dosa), yang mana perkumpulan dosa akan menimbulkan bala’ dan musibah di dunia dan akhirat, sedangkan perkumpulan yang mulia akan mendatangkan rahmat dan kebahagiaan dari Allah subhanahu wata’ala di dunia dan akhirat. Alhamdulillah di malam hari ini kita berada dalam perkumpulan kebahagiaan dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang akan terus berlimpah di dunia dan akhirat.

Hadirin yang dimuliakan Allah, Riwayat sayyidina Abu Juhaifah RA yang tadi kita baca menjelaskan bahwa di suatu hari yang sangat panas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada para sahabat. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fath Al Bari dan Al Imam An Nawawi di dalam Syarh An Nawawiyyah ‘Alaa Shahih Muslim mengatakan bahwa makna kata “Al Haajirah” adalah panas terik. Namun di kalangan para Ulama’ ahli hadits berbeda pendapat apakah waktu tersebut adalah waktu shalat zhuhur ataukah waktu shalat asar, akan tetapi yang pasti di saat itu sinar matahari sangat panas. Maka para sahabat membawa tempat berwudhu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau pun berwudhu, kemudian orang-orang berebutan mengambil air bekas wudhu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengusapkan wajah dan tubuh mereka. Mereka berebutan untuk mengambil keberkahan dari bekas air wudhu’ sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadits ini mengandung banyak makna, diantaranya adalah diperbolehkannya “Tabarruk”, yaitu mengambil barakah dari sesuatu yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala, baik itu berupa benda atau manusia yang shalih, maka hal tersebut diperbolehkan oleh Allah subhanahu wata’ala dan merupakan sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bertabarruk bisa dari benda atau manusia yang shalih, lebih-lebih pemimpin para shalihin sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantara bentuk bertabarruk kepada orang-orang shalih adalah seperti memohon doa, atau dengan meminta disentuh dadanya atau kepalanya agar diberi ketenangan, kesejukan atau kesembuhan dari penyakit oleh Allah subhanahu wata’ala dengan keberkahan orang tersebut, dan hal-hal seperti demikian dahulu diperbuat oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diperbuat oleh para sahabat untuk mengobati orang lain bahkan terhadap kaum non muslim. Sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat Shahih Al Bukhari dimana sekelompok para sahabat melakukan perjalanan dakwah ke tempat yang jauh hingga mereka tiba di tempat suatu qabilah yang mereka semua masih menyembah berhala, dan ketika itu pimpinan (kepala suku) mereka sedang sakit, kemudian orang-orang dari qabilah tersebut berkata kepada para sahabat mungkin mereka bisa mengobati pimpinan qabilah tersebut. Maka para sahabat pun kebingungan apa yang akan mereka perbuat, namun mereka beranggapan jika kepala suku mereka disembuhkan dari sakitnya, maka sangat mungkin jika qabilah tersebut akan masuk Islam. Kemudian salah seorang sahabat membaca surat Al Fatihah lantas meniupkan ke dalam air lalu diberikan kepada kepala suku itu untuk diminum, yang akhirnya dengan izin Allah subhanahu wata’ala ia pun sembuh dari sakitnya. Begitu juga perbuatan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengobati seorang sahabat,,, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :

بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

“ Dengan nama Allah, debu bumi kami dengan ludah sebagian kami, tersembuhkan penyakit dengan izin Allah subhanahbuw wata’ala”.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menempelkan jempol ke lidah beliau shallallahu ‘alaihi wasalam lalu disentuhkan ke tanah kemudian ditempelkan pada yang sakit, demikian yang diperbuat oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengobati yang sakit, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Dengan nama Allah, debu bumi ini, dengan air liur sebagian dari kami akan tersembuhkan penyakit kami dengan izin Allah subhanahu wata’ala”. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diperbolehkan untuk berbuat hal tersebut. Al Imam An Nawawi di dalam Syarh An Nawawiyyah ‘alaa Shahih Muslim menjelaskan bahwa diantara sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membaca surat Al Ikhlas dan Mu’awwadzatai ( Al Falaq dan An Naas) ketika hendak tidur, kemudian sedikit meludahkan atau meniupkan pada kedua telapak tangannya kemudian mengusapkan ke seluruh tubuhnya, demikian yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Al Imam An Nawawi berkata bahwa hal tersebut merupakan tabarruk dengan air ludah yang lidahnya selesai membaca Al qur’an Al Karim, hal tersebut merupakan mengambil barakah dari tubuh kita untuk tubuh kita sendiri. Demikian juga Hajar Aswad, dimana setiap orang yang berkunjung ke Ka’bah akan selalu berusaha dan berebutan untuk menciumnya. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Umar bin Khattab berkata :

وَاللَّهِ إِنِّي لأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ ، لا تَضُرُّ وَلا تَنْفَعُ ، وَلَوْلا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“ Demi Allah sesungguhnya aku tau bahwa kau adalah batu, yang tidak mendatangkan bahaya dan tidak pula mendatangkan manfaat, dan jika bukan karena aku telah melihat Raululullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciummu niscaya aku tidak akan menciummu”

Padahal sebuah batu yang merupakan benda itu tidak dapat memberi manfaat dan mudharat, namun setelah disentuh dan dicium oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka batu itu menjadi sunnah untuk dicium, hingga sampai saat ini orang-orang berebutan untuk menyentuh dan mencium batu tersebut. Maka dalam riwayat di atas disebutkan bahwa para sahabat berebutan untuk mengambil bekas air wudhu’ rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengusapakan pada wajah dan tubuh mereka. Kemudian seusai berwudhu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat zhuhur 2 rakaat dan shalat asar 2 rakaat dengan cara di jama’ dan di qashr. Qashar yaitu melakukan shalat yang jumlahnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat, adapun shalat Maghrib dan shalat subuh tidak bisa diqashar (diringkas). Sedangkan shalat jama’ adalah menggabungkan 2 shalat dalam satu waktu, seperti melakukan shalat zhuhur dan asar di waktu zhuhur ( Jama’ taqdim) atau di waktu asar (Jama’ ta’khir), atau melakukan shalat maghrib dan isya’ di waktu maghrib (Jama’ taqdim), atau di waktu isya’ (Jama’ ta’khir) dan hal ini hanya diperbolehkan bagi orang yang melakukan safar (perjalanan lebih dari 82 Km). Dan di saat itu dihadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat sebuah pembatas (tongkat, panah atau yang lainnya), dimana dijelaskan oleh para Fuqaha (Ulama’ ilmu fiqh) jika dihadapan seseorang yang sedang melakukan shalat terdapat pembatas maka tidak diperbolehkan untuk lewat di depan orang yang shalat tersebut, tetapi jika tidak ada pembatas maka boleh dilewati di depannya namun hal ini hukumnya makruh. Kebiasaan yang ada di masjid-masjid besar yang memiliki banyak pintu, maka di hadapan imam tidak terdapat sesuatu apapun. Namun jika melakukan shalat di lapangan atau tempat terbuka, maka cukuplah di hadapan imam saja yang diberi pembatas, sedangkan para makmum tidak perlu memberi pembatas di hadapannya, sebab jika ada orang yang terlambat datang maka ia bisa menyelip diantara barisan-barisan shalat. Begitu juga jika shalat tersebut adalah shalat sunnah, maka ketika seseorang sedang melakukan shalat dan dihadapannya telah diberi pembatas maka orang lain jangan melewati di hadapannya. Oleh karena itu dulu ketika para sahabat akan melakukan shalat maka mereka mencari tiang dan shalat menghadap tiang tersebut agar tidak ada yang lewat di depan mereka. Namun jika ada orang yang melakukan shalat di depan pintu masuk atau pintu keluar, maka janganlah menyalahkan orang-orang yang telah lewat di depannya, karena kesalahan ia sendiri yang telah melakukan shalat di depan pintu masuk atau pintu keluar.

Kemudian dalam riwayat di atas disebutkan bahwa sayyidina Abu Musa Al Asy’ari dan sayyidina Bilal membawakan bejana air kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membasuh kedua tangannya, kemudian membasuh wajah beliau dan berkumur-kumur di dalamnya, yang mana bau air liur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih wangi dari wanginya misk, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka berdua : “Minumlah dari air ini, kemudian usapkan pada wajah dan tubuh kalian”, karena air yang disentuh oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam membawa keberkahan, sebagaimana air yang memancar dari jari-jari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di saat perjanjian Hudaibiyah, ketika itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :

حَيَّ عَلَى الطُّهُورِ الْمُبَارَكْ

“ Inilah air yang sangat suci dan diberkahi”

Ketika para ulama’ mempertanyakan tentang air yang paling mulia, maka mereka menyatakan bahwa air yang paling mulia adalah air zam zam, dimana makruh hukumnya menggunakan air zam zam untuk membersihkan najis atau beristinja’, sehingga air zam zam hanya digunakan untuk berwudhu’ dan minum karena kemuliaan air tersebut. Tetapi air yang paling mulia adalah air yang keluar dari jari-jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun air itu saat ini sudah tidak ada, bahkan air itu lebih mulia daripada air yang berada di surga, sebab air yang ada di surga bukan keluar dari jasad makhluk yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian makna riwayat yang terdapat dalam Shahih Al Bukhari, yang di dalamnya terdapat banyak makna yang diantaranya adalah shalat jama’ dan shalat qashar, serta kesunnahan tabarruk, dimana sebagian orang menganggap hal ini sebagai sesuatu kesyirikan dan bid’ah yang terlarang, sebab kedangkalan pengetahuan mereka akan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan di dalam kitab-kitab Shahih seperti Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim dan lainnya. Jika mereka mau membuka dan memahami semua yang ada dalam kitab-kitab tersebut tersebut maka akan mereka temui bahwa tabarruk atau mengambil keberkahan merupakan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan bahwa sayyidah Asma bint Abu Bakr As Shiddiq menyimpan jubah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau mengobati orang-orang yang sakit dengan cara mencelupakan bagian dari jubah tersebut kemudian memerasnya, lalu air itu diberikan kepada yang sakit dan air itu pun membawa kesembuhan dengan izin Allah subhanahu wata’ala berkat jubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian yang teriwayatkan di dalam Shahih Muslim.





Lintas Islam hadits

wudhu





عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي سَفَرٍ، وَأَنَّهُ ذَهَبَ، لِحَاجَةٍ لَهُ، وَأَنَّ مُغِيرَةَ، جَعَلَ يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَيْهِ، وَهُوَ يَتَوَضَّأُ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ، وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ . (صحيح البخاري )





Dari Mughirah bin syu’bah ra, sungguh ia pernah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan, dan Nabi SAW menjauh untuk buang air kecil, dan Mughirah Ra kemudian mendekat untuk menuangkan air dan beliau berwudhu, dan beliau SAW membasuh wajah, lalu kedua tangan, lalu mengusapkan air dirambut beliau SAW, dan mengusap kedua sepatu beliau SAW (tanpa membukanya untuk membasuh kaki) (Shahih Bukhari)

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala yang Maha melimpahkan tuntunan tuntunan mulia agar hamba - hambaNya menjadi terang benderang dengan cahaya iman dan cahaya Allah, cahaya keindahan Allah, cahaya keagungan Allah, cahaya kewibawaan Allah, cahaya kemuliaaan Allah, cahaya yang menerangi dirinya, hatinya, dan wilayah sekitarnya,dan terus akan meneranginya di kuburnya hingga yaumil qiyamah bersama pemimpin orang orang yang dilimpahi cahaya Allah, Sayyina Muhammad salallahu 'alaihi wa baraka 'alaihi wa 'ala aalih

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, tunduk dan taatlah seluruh makhluk yang ada di permukaan bumi kepada Allah subhanahu wa ta'ala padahal mereka tidak diciptakan untuk kekal dan abadi, sedangkan kita yang sudah disiapkan oleh Allah, surga sudah dibangun dengan megahnya, dengan indahnya dan akan kekal abadi dan na'udzubillah neraka pun sudah dibuat dengan sangat mengerikannya, ini semua sudah ada dimasa saat ini tinggal kita yang akan masuk kedalam salah satunya, semoga kita semua didalam surganya Allah subhanahu wata'ala dan tidak menyentuh api neraka dan tidak disentuh api neraka amiin allahumma amiin

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, didalam hari-hari ini bulan shafar yang dimuliakan Allah bahwa banyak hal yang mulia yang terjadi namun saya tidak bisa menyebutkan semuanya karena kita akan sedikit mensyarahkan hadits ini dan membaca kitab Risalatul Jami'ah disyarahkan sebagaimana perintah Guru Mulia kita Al-Musnid Al-'Arif billah Al-Habib Umar bin Hafidh, namun sekilas saja tentang bulan shafar, jangan sampai seseorang menunda suatu hal niat baik, perbuatan baik misalnya pernikahan, atau mau berdagang, atau mau buka toko atu lainnya, " ah bulan shafar jangan, katanya ini bulan sial" , tidak ada bulan sial, yang ada adalah bulan shafar sebagian riwayat mengatakan bulan shafar itu turunnya ketentuan ketentuan musibah bagi umat ini untuk setahun di riwayat demikian, namun hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, bulan Shafar tidak ternafikan atau terhilangkan dari limpahan rahmatnya Allah, bulan yang mulia, karena dibulan Shafar inilah terjadi peperangan yang pertama yaitu di tahun pertama hijriah disebut Ghazwatul Waddan atau Ghazwatul Abwa' dimana Rasul bersama 50 atau dalam riwayat lain 40 dalam sirah ibn Hisyam dari kaum muhajirin tidak satupun anshor yang ikut untuk menghadapi Quraysh yang sudah bergabung dengan beberapa qabilahdisekitar kota Madinah untuk menyerang Madinah, mereka berjumlah sangat banyak namun terhalangi oleh air, seperti sungai, maka saling berhadapan terhalang oleh air, Rasul salallahu 'alaihi wa sallam hanya 50 orang saja, maka mulailah orang-orang Quraysh ( karena terhalang air ) melempar ratusan panah kepada kaum muslimin Muhajirin pimpinan Sayyidina Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam namun, ketika ratusan panah terlempar maka mulailah orang muslim sebagaimana Rasul salallahu 'alaihi wwa sallam dalam perangpun pakai adab, tidak boleh menyerang sebelum orangnya menyerang ( lawan musuhnya ), kalau musuhnya belum menyerang tiadak boleh bergerak menyerang, sedang musuhnya melempari dengan panah yang sangat banyak maka maju satu orang yaitu Sa'ad bin Abi Waqqas radhiallahu 'anhu wa ardohu ia melepas satu panah ke arah Quraysh, orang Quraysh mundur semua dan merekapun terpecah belah kabur ketakutan. satu panah dari Sa'ad bin Abi Waqqas karena panah itu bukan panah yang terbuat dari besi biasa, tapi panah itu diikuti kekuatan Allah subhanahu wa ta'la bukan menusuk akan tetapi menghancurleburkan keberanian ribuan musuhnya yang berada di seberang, satu panah terlempar mereka mundur semua takut kena, kenapa? biasanya muslimin tidak melawan, kali ini muslimin melawan, takut mereka , dan mereka gentar terkena panah, mundur akhirnya pulang tidak terjadi pertumpahan darah, dan tidak terjadi peperagan Rasul salallahu 'alaihi wa sallam menang begitu saja dengan hanya lemparan satu panah Sa'ad bin Abi Waqqas radhiallahu 'anhu wa ardahu. Panah yang dilemparkan dengan ketaqwaan dengan hati dan jiwa yang penuh dengan iman dan keikhlasan, hal ini terjadi di bulan Shafar tahun pertama hijriah. Lalu di tahun kedua hijriah bulan Shafar, terjadi peristiwa yang sangat indah yaitu pernikahan sayyidina Aly bin Abi dan Sayyidatina Fathimatuzzahra Al-Batul radhiallahu anhuma wa ardohuma. Didalam Fathul Bary syarah Shahih ALbukhary oleh Ibn Hajar Atsqalany dijelaskan kejadiannya ( khilaf ulama ) namun yang terkuat adalah pernikahan mereka terjadi di bulan Shafar, Guru Mulia kita juga akan menikahkan putrinya beberapa hari mendatang di bulan Shafar, jadi jangan sampai kita kaget ketika masuk bulan Shafar, " tar dulu tunggu dulu, bulan safar nih bulan sial" ( astaghfirullah). Hadirin hadirat, Kalau bulan sial, Rasul tidak menikahkan putrinya di bulan sial, Rasul menikahkan putrinya di bulan Shafar, berarti bulan Shafar bulan mulia dan tidak akan kekurangan dengannya dari rahmatnya Allah, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, lalu juga di bulan Shafar terjadilah Fatah Khaibar yaitu jebolnya benteng Khaibar oleh Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah yang peperangan Khaibar sudah sampai beberapa waktu yang lalu dimana mereka mempunyai benteng - benteng yang banyak, tinggal satu benteng saja yang tidak bisa ditembus oleh pasukan Rasul salallhu 'alaihi wa sallam, oleh Sayyidina Abu BAkar Assidieq kepemimpinan diberikan tidak bisa menembus juga, kemudian Sayyidina Umar akhirnya diberikan kepada Sayyidina Aly ( secara ringkas saja ) itu kejadian di bulan Muharram sampai masuk bulan Shafar tahun 7 Hijriah itulah kejadian Fath Khaibar ditangan Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah kejadiannya di bulan Shafar, kemudian di bulan Shafar tahun 7 Hijriah itu pula Abu Hurairoh radhiallahu 'anhu wa ardohu bertemu dengan Rasul salallhu 'alaihi wa sallam kemudian terus mengikuti Rasul tidak pernah berpisah dengan Rasul hingga wafat Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah demikian sekilas tentang bulan Shafar, selanjutnya mengenai hadits yang kita baca ini adalah hadits dimana Rasul salallahu 'alaihi wa sallam memang sering mengadakan perjalanan, didalam riwayat ini bahwa didalam perjalanannya Beliau akan buang air kecil, dan disaat itu Mughirah mengalirkan air agar beliau berwudhu.... Di dalam riwayat Imam Qadhi Iyadh dalam kitab Assyifa, suatu waktu Rasul dalam perjalanan juga, bersama Sayyina Anas bin Malik radhiallahu anhu / Sayyidaina Zeid bn Haritsah radhiallahu 'anhu, saat itu berkata Rasul salallahu 'alaihi wa sallam tidak mau buang air kecuali di tempat yang tertutup, ketika itu di padang yang luas tidak ada pepohonan yang dekat dan tidak ada pula bebatuan yang besar yang dekat, maka Rasul memerintahkan kepada sahabatnya yaitu Anas bin Malik / Zeid bin Haritsah ( salah satu dari mereka ) " datangi semua pohon yang kalian liat dan semua batu besar yang kalian liat! katakan engkau dipanggil oleh Rasullah, " maka bergeraklah seluruh batu - batu besar yang didatangi oleh Sayyidina Anas bin Malik ( diucapkan kau dipanggil oleh Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam) dia ( batu ) datang membelah tanah, pohon didatangi, kau dipanggil Rasulullah maka pohonpun datang membelah tanah, mengeluarkan akarnya dan bergerak menyeret akarnya menuju Rasul salallahu 'alaihi wa sallam sampai Rasulullah tertutup oleh batu dan pepohona lalu Rasul salallahu 'alaihi wa sallam melakukan buang airnya. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, di dalam riwayat ini, Sayyidina Mughirah radhiallahu 'anhu menjelaskan juga tentang furudhul wudhu ( fardu fardu wudhu ), arkanul wudhu ( rukun rukun wudhu ) yang diperbuat Nabi salallahu 'alaihi wa sallam yang rukunnya, yang sunahnya belum disebut, yang wajibnya itu Beliau salallahu alaihi wa sallam pun membasahi wajahnya, lalu kedua tangannya, lalu membasuh sedikit rambutnya, lalu mengusap kedua sepatunya. ini hadits ( karena kita membaca hadits setiap minggu ), hadits ini penjelasannya akan kita perjelas nanti disaat kita membaca kitab Risalatul Jami'ah jika sudah sampai kita di babul wudhu, karena penjelasannya panjanglebar mengenai masalah khuffayn ini, masalah khuffayn ini cukup mengusap sepatu tanpa perlu harus membukanya untuk berwudhu tapi ada syarat - syaratnya yang nanti kita akan bahas panjanglebar, hal ini belum termasuk dengan rukun - rukun lainny yaitu niat dan tartib atau berniat ( merupakan hal yang wajib dalam wudhu) lalu tertib, tertib itu dilakukan dengan berurutan. Mengapa Imam Syafi'i mengada - ngada membikin fardu wudhu rukun - rukun wudhu sendiri? menambah furudhul wudhu sendiri dengan niat? maka ketahuilah, jika kita tidak mempunyai wudhu, lalu kita niat cuci muka saja, cuci tangan, cuci kaki lalu sholat, berarti bukan wudhu, kalo wudhu kan niat saya mau sholat, saya mau baca Al-Qur'an, saya mau mensucikan diri berarti kan niat,

إنَّماَالأَعْمَالُ بِالنِيَات وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرءٍ مَا نَوَى






kalau tidak ada niatnya, tidak ada pahalanya, kalau seandainya tidak ada niatnya kita berpuasa dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari kita cuma nahan lapar dan haus saja sedang niat tidak, ya maka tidak mendapat pahala puasa, karena tidak berniat, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah segala sesuatu itu, didalam kebaikan, pahala, mestilah didahului dengan niat. Dan juga tertib, tertib itu berurutan ( nanti akan kita jelaskan ).




Lintas Islam hadits
Tuesday, December 16, 2014

Kajian Hadits: Pengetahuan tentang Rasulullah


قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ شَيْءٍ، لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ، إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي، حَتَّى الْجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَأُوحِيَ إِلَيَّ، أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ، فِي قُبُورِكُمْ، مِثْلَ أَوْ قَرِيبَ، مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، يُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ، أَوْ الْمُوقِنُ، فَيَقُولُ هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى، فَأَجَبْنَا، وَاتَّبَعْنَا، هُوَ مُحَمَّدٌ، هُوَ مُحَمَّدٌ، هُوَ مُحَمَّدٌ، فَيُقَالُ، نَمْ صَالِحًا، قَدْ عَلِمْنَا، إِنْ كُنْتَ لَمُوقِنًا بِهِ، وَأَمَّا الْمُنَافِقُ، أَوْ الْمُرْتَابُ، فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ، يَقُولُونَ شَيْئًا، فَقُلْتُهُ.

(صحيح البخاري)


Dari Asma binti Abibakar Assshiddiq Ra: Sabda Rasulullah SAW (saat khutbah Shalat Gerhana Matahari): “Tiadalah dari sesuatu yang belum kulihat sebelumnya kecuali diperlihatkan padaku ditempat berdiriku ini, hingga surga dan neraka, dan diwahyukan padaku sungguh kalian akan diuji di kubur kalian seperti beratnya ujian kedatangan fitnah dajjal, (ujian yang berat), maka dikatakan (oleh malaikat di kubur): Apa pengetahuanmu tentang orang ini (Muhammad SAW), maka ia (ruh itu) akan berkata: Dia Muhammad Rasulullah (SAW), diutus pada kami dengan membawa petunjuk dan kejelasan, maka kami memanutnya dan menjadi pengikutnya, Dia Muhammad, dia Muhammad, dia Muhammad..!(SAW), maka dikatakan padanya: Beristirahatlah hamba shalih, kami sudah yakin bahwa kau orang beriman. Namun jika munafik atau orang yang ragu dalam agama, ia hanya bisa menjawab: Tidak tahu, kudengar orang orang berkata tentangnya maka aku ikut ikutan saja” (Shahih Bukhari)

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Luhur, yang Maha menerbitkan cahaya keluhuran dan berpijar sepanjang waktu dan zaman menerangi jiwa dengan iman, menerangi jiwa dengan keluhuran, menerangi jiwa dengan keindahan sehingga perbuatannyapun indah, sehingga ucapannya pun indah, sehingga hari-harinya indah, hingga hatinya tenang dengan kesejahteraan dan keindahan dunia dan akhirat. Demikianlah tugas para utusan Ilahi dari zaman ke zaman untuk membawa rahasia keindahan Robbul’alamin, Maha Tunggal dan Maha Sempurna, Maha Abadi dan Maha Penguasa sepanjang waktu dan zaman sebelum waktu dan zaman tercipta hingga waktu dan zaman tercipta, hingga waktu dan zaman berakhir dengan kehidupan yang kekal dan abadi. Ialah yang Maha Tunggal dan Maha Kekal, Maha memberikan keabadian kepada hamba-hamba-Nya, dan Maha menuntun hamba-hambaNya kepada keindahan lewat para nabi-nabi-Nya yang kesemua adalah pembawa keindahan dunia dan akhirat, memperindah kehidupan rumah tangga, memperindah kehidupan antara anak-anak dan keturunan, memperindah segala bentuk hubungan makhluk satu sama lain bahkan antara manusia hewan dan tumbuhan, dan Dialah Allah yang mengajarkan pula keindahan untuk mengenal-Nya yang Maha indah, Robbul’alamin subhanahu wata’ala yang Maha mencipta keindahan dan menerbitkannya di dalam jiwa hamba-hambaNya yang beriman dan keindahan itu akan menjadi kekal dan abadi dimulai dari gerbangnya لا إله إلّا الله محمّد رسول الله, dan berakhir pula hidupnya dengan لا إله إلّا الله محمّد رسول الله

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, hadits ini menjelaskn dimana RasulSAW bersabda (ما من شيء لمأكن أريته إلاّ رأيته في مقامي )

Beliau berkhutbah riwayat sayyidatina Asma binti abi Bakar as Sidieq radhiallahu ‘anhuma bahwa di saat Beliau khutbah shalat gerhana matahari, maka saat itulah Rasul salallahu wa ‘alaihi wasallam di antara khutbahnya mengucapkan “tiada sesuatu yang belum kulihat sebelumnya, kecuali diperlihatkan kepadaku di tempatku berdiri ini, ( حتى الجنة والنار ) sampai surga dan neraka kulihat dari tempatku berdiri ini, (فأوحي إليّ أنّكم تُفتنون في قبوركم ) dan diwahyukan kepadaku “sungguh kalian akan mendapat cobaan lagi yang berat di kubur kalian saat dikuburkan ( مثل أو قريب من فتنة المسيح الدجّال ) seperti atau mirip dengan beratnya orang yang mendapat cobaan hidup dimasa kehidupan Dajjal, pendusta yang membawa kerusakan di muka bumi barat dan timur, betapa beratnya cobaan itu dimisalkan oleh Sang Nabi. Lalu dikatakan kepada mayyit tersebut yang baru wafat,”( يقال ما علمك بهذا الرجل؟ )? ditunjukkan wajah Rasul sallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam kepada mayyit, ”apa pengetahuanmu tentang pria ini?, tentang lelaki ini? Apa yang kau tahu?” jika ia orang yang beriman (فأما المؤمن أو الموقن ) atau orang yang yaqin penuh dengan keyakinan di dalam menjalankan kehidupan di dunia yaitu berusaha, berusaha semampunya dan berjuang untuk menghindari hal yang hina, dan berjuang semampunya untuk manjalankan hal-hal yang mulia, maka jika mereka itu, mereka akan berkata, ( هو محمّد رسول الله ) ”kenal dia dengan Nabinya, walau kita tidak jumpa dengan Nabi kita, telah wafat 14 abad yang silam, namun ketika di alam barzakh diperlihatkan wajah Nabinya dia mengenalnya, ( فيقول هو محمّد رسول الله، ) ia berkata “orang ini Muhammad Rasulullah, dia Muhammad Rasulullah, ( جاءنا بالبيّنات والهدى ) datang kepada kami membawa petunjuk dan penjelasan yang benar, (فأجبنا ) lalu kami mengikutinya, menjawabnya, (اتّبعنا و) dan kami mengikuti tuntunannya, (هو محمّد، هو محمّد، هو محمّد ) dia Muhammad, dia Muhammad, dia Muhammad (salallahu ‘alaihi wa sallam)", kenal dia dengan sayyidina Muhammad, karena di masa hidupnya memang idolanya sayyidina Muhammad, di masa ia ditinggal oleh seluruh kekasihnya, ditinggal oleh semua harta dan temannya dan kerabatnya, di saat itu dia melihat idolanya, Sayyidina Muhammad. Dia orang yang paling beruntung masuk ke dalam kuburnya, ia bertemu dengan Sang Idola yang dipilihkan oleh Allah untuk menjadi panutan tunggal daripada seluruh makhluk yang dimuliakan Allah, maka dikatakan, malaikat berkata, ”( نم صالحا ) silahkan istirahat wahai orang soleh! ( قد علمنا إن كنت لموقنا به ) kami sudah mengerti dan sudah jelas sekarang bahwa engkau orang yang memiliki kayakinan yang kuat lagi beriman", 

( فأما المنافق ) Orang yang munafiq, apa itu munafiq? orang yang jika berbicara... dusta, jika berjanji... ingkar, jika dipercaya.. khianat, kumpul tiga sifat ini padanya dia bisa tergolong pada kelompok orang yang munafiq ( أو المرتاب ) dengan menggunakan ba' bukan dal, almurtab ( المرتاب ) itu orang yang ragu dengan agamanya, ragu dengan keislamannya betulkah Allah itu ada? betulkah Nabi Muhammad itu pernah dibangkitkan atau cuma cerita?? maka jika orang seperti ini ditanya "kenal kau siapa pria ini?" ia berkata "( لا أدري ) aku tidak kenal, (سمعت الناسَ يقولون شيأً ) aku cuma dengar dengar orang orang mengucapkan sesuatu, ( فقلته ) maka aku mengucapkannya". Sebagian riwayat para muhadits menjelaskan makna kalimat ini, iya, ketika orang munafiq itu diperlihatkan wajah Sang Nabi tapi matanya dibutakan dari melihat wajah Sang Nabi sehingga ia mengatakan tidak tahu siapa itu, aku cuma dengar saja orang mengucap sesuatu tapi aku tidak tahu apa yang kulihat, karena jika wajah Sang Nabi terlihat padanya maka di dunia tidak ada manusia yang tidak akan mengenal wajah Sang Nabi salallahu 'alaihi wa sallam karena cerahnya cahaya Muhammad Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam bagaikan matahari dan bulan seakan beredar di wajahnya. 

Berkata sayyiduna Barra bin 'azib, "(سألني أكان وجه رسول الله مثل السيف؟ قال لا بل مثل القمر) , apakah wajah Rasulullah itu seperti pedang?? tegas, keras?" dijawab "tidak.. bahkan seperti bulan purnama, orang yang paling banyak tersenyum, orang yang paling ramah, orang yang paling baik terhadap semua makhluknya Allah, kepada orang yang beriman, kepada hewan, kepada tumbuhan, kepada manusia bahkan kepada musuh-musuhnya, ketika digali parit lobang untuk Sang Nabi di pintu depan rumahnya, maka Nabi salallahu 'alaihi wa sallam diketuk pintunya, saat itu Beliau keluar sebelum orang itu mengetuk pintu, tapi Nabi sudah membuka pintu, orang itu kaget mundur dan terjatuh kedalam lubang yang digalinya sendiri, teman-temannya yang ikut menggali untuk perangkap sang Nabi kabur, lihat Nabinya keluar temannya jatuh kedalam lubang, siapa yang pertama kali mengulurkan tangannya, menolong orang yang telah menggali lobang untuk ia terjatuh dan terpelosok di lubang itu? yang menolongnya adalah nabi Muhammad. Diulurkan tangan beliau menolong orang yang menggali tempat untuk menguburnya hidup-hidup. Inilah perbuatan Muhammad Rasulullah, hingga ketika sayyidina Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Ka'ab, sayyina Abdullah orang yang beriman sedang bapaknya pimpinan orang munafiq terbesar di Madinah, paling jahat, dikabarkan terus jumlah muslimin sekian jumlah senjata mereka sekian yang pergi kesini sekian, yang ke sana sekian dikabarkan terus kepada orang-orang Yahudi, orang-orang Qurays. Dia menjadi pemimpin orang munafiq di kota Madinah dan dia pemimpin Madinah. Ia kesal dengan nabi karena orang lebih menghargai Nabi daripada dia yang menjadi pemimpin Madinah. Nabi tidak merevolusi, tidak menjatuhkannya dari pemimpin Madinah. Silakan menjadi pemimpin Madinah tapi orang taat kepada Sayyidina Muhammad. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, ketika wafat Ibn Ubay ini, bersyukur orang orang muslim. Alhamdulillah pemimpin orang munafiq yang sering membocorkan rahasia muslim wafat. Kalau pimpinannya wafat mudah-mudahan anak buahnya pada tobat. 

Beda dengan Sang Nabi yang didatangi putranya, Abdullah bin Abdullah bin Ubay ibn Salul, datanglah Abdullah putranya ini "Ya Rasulullah, ayahku sedang mendekati sakarotul maut, bolehkah aku meminta pakaianmu?, bajumu tuk dipakaikan kepada ayahku?" berkata Sayyidina Umar "Tidak pantas ya Rasulullah, pimpinan munafiq mau menyentuh pakaianmu ya Rasulullah, apalagi dikubur dengan pakaianmu." Rasul membuka jubahnya dan memberikannya kepada Abdullah bin Abdullah Bin Ubay bin Salul, berkata Abdullah, "Ya Rasulullah, ayahku wafat tidak ada yang mengurusnya, muslim tidak mau mengurusnya karena dia pimpinan munafiq, jahat terhadap Nabi salallahu 'alaihi wa sallam, selalu berusaha mengumpulkan musuh-musuh islam untuk menyerang Madinah dan membunuh Sang Nabi, wafat dan muslimin tidak ada yang mengurus, teman-temannya yang munafiq tidak berani mengurus, karena kalau mengurus maka dia akan ketahuan sebagai temannya.. jenazah pun ditinggal, tinggal abdullah putranya berkata kepada Rasul, Rasul menaruh ridanya dan berjalan menuju Abdullah bn Ubay. Rasul yang memandikan, Rasul yang menyolatkan, Rasul yang menurunkan jenazahnya ke dalam kubur, lalu Rasul berdoa, berkata sayyidina Umar, "Jangan di doakan ya Rasulullah! jangan disholatkan!" setelah selesai, disolatkan, dikuburkan oleh Rasul, lalu selesai dimakamkan, baru turun ayat " وَلَا تُصَلِعَلىَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ مَّاتَ ًأَبَداً وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَاتُوْا وَهُمْ فٰسِقُوْنَ". "اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْسَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ  "Jangan sholati orang seperti Abdullah bin Ubay, jangan pula kau doa untuknya. Jika kau memintakan pengampunan pada Allah untuknya, tidak akan Allah ampuni, walau kau memohon 70 kali memohon pengampunan, Allah tidak akan mengampuni ibn Ubay ibn Salul dari kejahatnnya." 

Hadirin hadirat, apakah ayat ini telat turun?? kenapa ayat ini turun setelah Nabi memandikannya dan menyolatkannya dan menguburkan serta mendoakannya? kenapa ayat ini turun terlambat? inilah akhlaq sayyidina Muhammad yang ingin diperlihatkan Allah kepada orang orang munafiq lainnya. Hadirin hadirat kenapa ayat turun setelah itu?? karena apa? karena sudah selesai perbuatan Rasul orang muslimin dan muslimat dan munafik tahu akhlaq Rasul, baru Allah memberikan peringatan untuk jangan sholat untuk orang seperti dia, membuat orang munafik lain banyak yang taubat, jika kau istighfari dia atau tidak kau istighfari, maksudnya kau minta pengampunan untuknya atau tidak kau minta pengampunan jika kau minta pengampunannya 70 kalipun Aku tidak akan mengampuninya kata Allah di riwayat shahih Bukkhary. Maka berkata Rasul kepada sayyidina Umar ra. "Ya Umar aku tahu Allah tidak akan mengampuni Abdullah bin Ubay, Allah sebut 70 kali pun kau minta pengampunan Allah tidak akan mengampuni. Seandainya aku tahu bisa diampuni dengan lebih dari 70 kali aku mohonkan ampunan akan diampuni, maka aku akan mohon lebih dari 70 kali agar diampuni Abdullah bin Salul, pimpinan munafik terbesar di Madinah ," Inilah pekerti Muhammad Rasulullah, apakah ini artinya Nabi Muhammad lebih baik dari Allah?? Allah tidak mau mengampuni tetapi Nabi Muhammad mau mengampuni? Tentunya tidak demikian, karena siapakah yang menciptakan Nabi Muhammad?? Inilah bentuk kelembutan Allah... Inilah bayangan kasih sayang Allah.... Sayyidina Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam, Allah menunjukan akhlaqnya, orang yang paling kucintai adalah seperti itu akhlaqnya....

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah kita baru saja kehilangan seorang ulama besar, seorang allamah dan 'arif billah, Fadhilatussayyid Adda'i ilallah al-'arif billah al'Allamah al-habib Abdulqadir bin Muhammad al- haddad, yang beliau merupakan pimpinan pondok pesantren al-Hawi di condet baru saja wafat sore ini, beliau wafat hari senin hari wafatnya Sayyidina Muhammad, pewaris Sang Nabi salallahu 'alaihi wa sallam, namun kita sedih karena bintang-bintang yang berpijar di bumi Jakarta ini berkurang lagi 1 yaitu pijaran dari ulama yang soleh berkurang lagi satu, seperti sabda Nabi salallah 'alaihi wa sallam:

يَذْهَبُ الصَّالِحُوْنَ الأَوَّلُ فَالْأَوَّل حَتَّى لَا يَبْقَى إِلَّا حُفْنَة كَحُفْنَةِ الشَّعِيْرِ لَا يُبَالِيهُمُ اللهُ ( أو كما قال )

Satu persatu para solihin meninggalkan permukaan bumi, orang soleh satu persatu wafat sampai tersisa sampah-sampah yang tidak Allah peduli, Allah tidak peduli apa yang menimpa mereka, apabila di suatu wilayah terdapat ulama yang soleh, kemudian tidak ada lagi ulama yang soleh, maka Allah tidak peduli dia ditimpahi musibah atau ia ditimpa apapun, apa yang menimpanya Allah tidak peduli.

Hadirin hadirat mudah-mudahan Allah menumbuhkan kembali cahaya-cahaya kemulian yang terwariskan dengan tumbuhnya para solihin, para ulama di wilayah kita dan bangsa kita dan kota kita, dan seluruh muslimin muslimat di barat dan timur agar jangan sampai kita ini dianggap sampah yang tidak dipedulikan oleh Allah SWT. Tentunya Allah Maha Perduli, setidakpedulinya Allah tentunya Allah Maha Perduli daripada orang yang paling perduli dengan kita. Orang yang paling perduli dengan kita tidak mampu mengawasi kita 24 jam, tidak pula siap mengatur detak jantung kita, berapa ratusribu kali detak setiap harinya, tidak akan pula mampu memberikan penglihatan, pendengaran, lisan, sanubari dan lainnya. Allah yang Maha Perduli kepada kita, Dialah yang Maha Tunggal dan Maha tetap ada di saat kita didalam rahim. Allah pula yang mengatur penciptaan kita dari setetes air mani sampai menjadi segumpal darah sampai menjadi segumpal daging, sampai menjadi tubuh, lantas dilahirkan ke muka bumi dan dizinkan oleh Allah dan ditentukan berapa jumlah nafasnya. Seorang yang luhur alhabib Abdulqadir bin Muhammad al Haddad, semua orang yang mengenalnya tahu dia adalah orang baik, tidak satu pun orang menyaksikan dia sebagai orang yang tidak baik, budi pekertinya luhur, soleh, istiqomah, memuliakan tamu, dan dia orang yang sangat ramah kepada siapa pun, orang yang 'alim, orang yang jahil, orang yang soleh atau orang yang penuh dosa, muslim atau nonmuslim dihormati oleh beliau. Selalu mendatangi semua undangan jika beliau dalam keadaan sehat wal afiat. Beliau inilah yang sangat mencintai Allah dan RasulNya, dan beliau juga menjadi ayah bagi yatim piatu di alhawi condet. Dan orangnya, ilmunya luas tapi tidak banyak bicara di mimbar-mimbar, tetapi para ulama besar yang berbicara di mimbar-mimbar mengakui kedalaman ilmu alhabib Abdulqadir bin Muhammad al Haddad. Tidak terlihat seperti orang yang soleh yang besar keramatnya atau punya saat terkabul doa-doanyaa, namun orang soleh yang kita kunjungi mengakui alhabib Abdulqadir bin Muhammad al Haddad adalah orang yang sangat soleh. 

Hadirin hadirat, terbenamnya matahari ini adalah perjumpaan ruhnya dengan Nabi Muhammad, dengan pertanyaan di hadits ini, apa pengetahuanmu terhadap lelaki ini? beliau akan menjawab ia Muhammad Rasulullah.. (جاءنا بالبيّنات والهدى فأجبنا واتّبعنا، هو محمّد، هو محمّد، هو محمّد ) beliau wafat sore hari ini sekitar Asar, dan akan dimakamkan pukul 9 pagi... bagi yang bisa hadir maka hadir karena ulama yang soleh itu kaya raya tetapi bukan dengan harta dan mewariskan, tetapi bukan kepada keluarga akan tetapi kepada orang yang hadir, menyolatkannya, dan mencintainya maka pijaran-pijaran cahaya yang ia wariskan dari guru-gurunya ia limpahkn kepada mereka berupa keberkahan di dunia dan akherat. Mudah-mudahan Allah melimpahkan keberkahan kepada kita dan tidak menjadikan bala dan cobaan dengan semakin berkurangnya para wali Allah dari muka bumi ini, mudah-mudahan Allah menggantikan orang-orang yang soleh yang telah lalu dan menjaga muka bumi ini dari bala yang sangat besar, hingga kewafatan beliau juga membawa rahmat bagi kita sebagaimana Rasul bersabda,


" حياتي و مماتي رحمة لكم) hidupku dan wafatku rahmat bagi kalian"

mudah-mudahan Allah tidak menjadikan wafatnya habib Abdulqadir ini menjadi keburukan dan musibah yang besar khususnya bagi kota Jakarta, tetapi jadikanlah rahmat untuk tumbuhnya lebih banyak ulama dan solihin di kota ini. Amiiin..

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, hari-hari berlalu, tinggal beberapa hari lagi kita melewati muharram syahrullah almu'azhom, bulannya Allah bulan muharram, bulan ini adalah bulan yang paling mulia diantara 4 bulan suci setelah romadhan. Tidak ada yang lebih mulia dari bulan romadhan, setelahnya adalah muharram, setelah itu dzulqo'dah, dzulhijjah lalu rajab. Al-imam Qulyuby mengatakan 4 bulan yang mulia itu (dzulqo'dah, dzulhijjah, muharram, rajab). Rasul sangat banyak beribadah padanya, khususnya bulan Muharram. Beberapa hari lagi bulan muharram akan berpisah dengan kita, maka berusahalah untuk menambah kebaikan kita, pahala, keluhuran dan menjauhi kehinaan, mumpung bulan luhur ini masih kita lewati dan belum tentu kita temui Muharram yang akan datang.




Lintas Islam hadits