Islam Untuk Semua Umat

Thursday, March 28, 2013

Balasan Istri Yang Bertakwa



Abdullah Al Wasiti bercerita bahwa pernah di Arafah aku melihat seorang perempuan ia berkata, “Barang siapa mendapat petunjuk Allah maka takkan ada yang dapat menyesatkannya. Barang siapa disesatkan Allah maka tidak ada orang yang akan menunjukkannya“.  

Tahulah aku bahwa wanita itu seorang tersesat jalan. Aku bertanya, ”Wahai perempuan dari mana asalmu?” ia menjawab “Maha suci Allah Dzat yang telah meng-Isra’-kan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho “.  

Tahulah aku bahwa perempuan itu berasal dari Muqodas. Aku bertanya: ”Untuk keperluan apa kedatanganmu kemari?” 
Ia menjawab: ”Diwajibkan oleh Allah atas manusia menunaikan haji bagi orang yang mampu menempuh perjalananya”. 
Aku bertanya: ”Kau punya suami?” 
Ia menjawab: ”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan dengan masalah itu!”. 
”Apa kau bersedia naik unta?” tanyaku. 
Ia menjawab: ”Perkara apa saja dari kebaikan yang kamu kerjakan maka Allah mengetahuinya”.  

Manakala perempuan itu hendak menaiki kuda, ia berkata: ”Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar menundukKan pandangan mereka!“.  Maka aku pun berpaling dari memandanginya. Setelah berada di punggung kendaraan kembali aku bertanya: ”Siapa namamu?” 
“Dan ceritakanlah kisah Maryam di dalam Al Qur’an” jawabnya. 

“Kau punya anak?” 
Ia menjawab: ”berwasiatlah ibrahim dengan milat itu kepada anak-anaknya dan Yaqub “.  

Akupun mengerti bahwa ia mempunyai beberapa anak. Aku melanjutkan pertanyaan: ”Siapa nama mereka?”
Ia menjawab: ”Dan Allah berfirman kepada Musa dengan firman-firman-Nya dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (pilihan). Hai Dawud,  sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi”. (jadi nama anak-anak mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Dawud).  

Aku bertanya: ”Ke daerah mana aku dapat menjumpai mereka?” 
Ia menjawab: ”..dan beberapa tanda, dengan bintang mereka diberi petunjuk jalan“. Akupun mengerti bahwa perempuan itu termasuk salah seorang yang ada dalam rombongan pengendara unta.  

Aku melanjutkan: ”Maryam beberapa hari ini kau belum makan apa-apa?” 
Ia menjawab: ”Sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Arrahman untuk berpuasa.“  

Manakala aku telah sampai ketempat anak-anaknya dan mereka melihat ibundanya mereka menangis seketika, perempuan itu berkata: ”Salah seorang di antara kamu pergilah ke kota dengan membawa uang untuk berbelanja “.

Aku bertanya kepada anak-anaknya tentang ibundanya itu. Mereka menjawab “Sesungguhnya dia sudah tiga hari ini  tersesat jalan. Ia bernadzar tidak akan berbicara apa-apa kecuali menggunakan bahasa Al Qur’an”. Setelah itu aku bertanya kepada mereka, begitu melihat bahwa mereka menangis semua. Mereka menjawab: ”Sesungguhnya ia dalam keadaan nadzar”.  

Maka aku pun buru-buru masuk menjumpainya dan bertanya kepadanya mengenai keadaan yang dialami. Perempuan itu menjawab: ”dan sakaratul maut datang dengan nyata“.  

Setelah kematiannya malamnya aku bermimpi bertemu dengan perempuan itu. Aku bertanya: ”Dimana kamu sekarang?” Ia menjawab :”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ditempatkan dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa“.  

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: ”Sesungguhnya istri yang mentaati suaminya dimohonkan ampunan oleh burung-burung yang terbang di udara, ikan-ikan yang ada di air dan para Malaikat yang ada di langit, selagi istri itu berada dalam keridhoan suaminya“. (Al-hadits )





Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.
Lintas Islam akhlak, keluarga, tashawuf
Thursday, March 21, 2013

Bersetubuh



Ibnu Abas mengatakan, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya seorang istri menjadikan seluruh waktu malamnya untuk beribadah dan siangnya selalu berpuasa, sementara suaminya mengajak dia tidur bersama (yakni bersetubuh) tetapi ia terlambat sebentar saja memenuhi panggilan (ajakannya), maka kelak di hari kiamat ia datang dalam keadaan terantai dan terbelenggu, serta ia dikumpulkan bersama syetan ditempat neraka yang paling bawah." (al-hadist)

Perlu sekali diketahui, hendaknya seseorang apabila hendak bersetubuh menjauhkan diri dari pandangan orang lain, karena termasuk diharamkan bersetubuh dilihat orang lain. Termasuk dalam kategori ini adalah persetubuhan yang dilakukan di tempat terbuka, tidak tertutup dari pandangan orang lain.  

Disunnahkan bagi orang yang hendak bersetubuh memulai dengan membaca Bismillahir rahmaanir rahiim, dilanjutkan membaca surat Al Ikhlas, kemudian bertakbir dan bertahlil (yakni membaca ALLAHU Akbar dan Laa ilaahaa illallah). Dilanjutkan membaca: “BISMILLAHIL ‘ALIIYIL ‘AZHIMI ALLAHUMMA IJ’AL ANNUTHFATA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QODARTA AN TUKHRIJA DZAALIKA MIN SHULBII.” Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Wahai Allah, jadikanlah sperma ini menjadi keturunan yang bagus kalau kehendaki keluar dari tulang rusukku. ” 

Rasulullah SAW mengajarkan: “Jika seorang di antara kamu bermaksud menyetubuhi istrinya, bacalah: “ALLOHUMMA JANNIBNISYSYAITHOONA WA JANNIBISYSYAITHOONA MAA ROZAQTANAA”. Artinya: “Wahai Allah jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari suatu rizqi yang engkau berikan kepada kami". Karena jika dalam waktu persetubuhan itu menghasilkan anak, maka syetan tidak akan membahayakannya.  

Apabila telah mendekati ejakulasi, maka hendaknya membaca do’a dalam hati yaitu “ALHAMDULILLAHILLADZII KHOLAQO MINALMAAI BASYARON FAJA’ALAHU NASABAN WASHIHRON WAKAANA ROBBUKA QODIIRON “. Artinya: "Segala puji bagi Allah dzat yang telah menciptakan manusia dari setetes air (sperma) lalu dia menjadikan dari setetes air itu keturunan dan keluarga. Dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa".   

Sewaktu bersetubuh hendaknya menghindari menghadap ke arah kiblat. Hal itu semata untuk menghormati kiblat. Hendaknya dalam persetubuhan antara laki-laki dan wanita ditutup dengan selimut. Hendaknya seorang istri jangan berpuasa (sunnah) kecuali telah memperoleh ijin suaminya. Kalaupun tetap berpuasa tanpa mendapatkan ijinnya maka puasanya tidak diterima,  kendati ia lapar dan dahaga saja. Seorang istri hendaknya pula jangan pula keluar rumah kecuali memperoleh ijin suami. Kalau terpaksa keluar rumah tanpa memperoleh ijinnya, maka para malaikat yang ada di langit melaknatinya, demikian pula para malaikat yang bertugas di bumi, malaikat rahmat dan malaikat juru siksa. Hal itu terus berlangsung hingga dirinya bertaubat atau  kembali ke rumahnya. Bahaya itu akan berlaku menimpa dirinya sekalipun suaminya seorang yang aniaya.





Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.
Lintas Islam akhlak, keluarga, tashawuf
Friday, March 15, 2013

Kedudukan Kaum Isteri




Hendaknya suami memberi pengertian kepada isterinya bahwa, sesungguhnya keberadaan isterinya tidak lebih bagaikan hamba sahaya (budak) dimata tuannya. Atau bagaikan tawanan yang tidak berdaya karena itu isteri tidak berhak mempergunakan harta-harta suaminya kecuali memperoleh izinnya.  
  
Bahkan menurut pendapat mayoritas ulama bahwa, seorang isteri tidak boleh mempergunakan hartanya juga sekalipun harta itu mutlak miliknya sendiri, kecuali telah mendapat restu suami. Sebab kedudukan isteri itu seperti orang yang menanggung hutang banyak yang harus membatasi penggunaan hartanya.  

Selain itu telah kewajiban bagi kaum isteri supaya memiliki sikap pemalu terhadap suaminya sepanjang waktu. Tidak banyak membantah perkataan suami. Merendahkan pandangannya di hadapan suami. Mentaati perintah-perintahnya, dan siap mendengarkan kata-kata yang diucapkan suaminya. Menyongsong kedatangan suami dan mengantarkannya ketika hendak keluar rumah. Menampakkan rasa cinta dan bergembira di hadapannya. Menyerahkan dirinya secara penuh di sisi suaminya ketika di tempat tidur.  

Termasuk perkara penting yang perlu mendapat perhatian kaum isteri adalah, hendaknya selalu memperhatikan kebersihan mulutnya, baik dengan cara digosok dalam berbagai waktu, menggunakan misik atau wewangian lain. Membersihkan pakaian, selalu bersolek di hadapan suami sebaliknya tidak berhias jika suami sedang pergi.  

Al Ashmu’i menceritakan pengalamannya ketika berjalan-jalan di suatu dusun. Katanya, suatu hari aku melihat seorang wanita di suatu desa. Ia berpakaian merah menyala, semua kukunya dikenakan pacar dan tangannya menggenggam tasbih. Al Ashmu’i bergumam: Alangkah indahnya wanita itu, hampir tidak ada  keindahan yang melebihinya.  

Setelah mengetahui sapaanku, ia bersyair: "Demi Allah sesungguhnya aku mempunyai seorang kawan yang akrab yang tidak dapat kutinggalkan sewaktu-waktu aku bercengkerama bersama dirimu”. Al Ashmu’i melanjutkan, “Sekarang aku tahu bahwa, wanita itu ternyata seorang isteri yang solehah. Ia mempunyai suami di mana ia selalu berhias untuk menyenangkan dirinya.”  

Selanjutnya, seorang isteri hendaknya menjauhkan diri dari sikap berkhianat terhadap suami. Baik berkhianat ketika ditinggal suami, saat di tempat tidur atau berkhianat pada hartanya. ”Tidak dihalalkan bagi seorang isteri memberikan makanan dari rumah suaminya kecuali mendapat izinnya. Kecuali berupa makanan basah (yang kadar airnya tinggi) yang dikhawatirkan busuk. Kalau seorang isteri memberi makanan tanpa memperoleh izin suaminya, maka suaminya yang mendapat pahala dan ia sendiri mendapat dosa." (al-hadits).  

Seorang isteri juga harus menghormati keluarga suaminya, kerabat-kerabatnya kendati hanya dengan ucapan. Hendaknya isteri dapat menempatkan dirinya dalam memandang perkara yang sedikit yang dimiliki suami sebagai perkara yang banyak.  Tidak menolak jika diajak tidur bersama, kendati saat itu ia sedang berkendaraan.    

  


by: Lintas Islam

Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.
Lintas Islam akhlak, keluarga, tashawuf
Thursday, March 7, 2013

Hak-hak Suami atas Isteri



Firman Allah dalam surat An-Nisaa’ Ayat 34: ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (kemaluannya), maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. ” 

Rasulullah SAW bersabda: ”Sebaik-baik wanita (isteri) adalah seorang wanita yang apabila kamu pandang menyenangkan dirimu, kalau kamu perintah mentaatimu, kalau kamu pergi ia menjaga harta dan dirimu”  

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa bersabar terhadap perangai isterinya, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala yang diberikan pada Nabi Ayyub AS. Barang siapa bersabar (yakni Isteri) terhadap perangai suaminya, maka Allah akan memberikan pahala seperti pahala yang diberikan Allah pada orang yang gugur dalam membela agama Allah. Barang siapa (isteri) menganiaya suaminya dan memberi beban pekerjaan yang tidak pantas menjadi bebannya (yakni suami) dan menyakitkan hatinya, maka para Malaikat juru pemberi Rahmat (Malaikat Rahmat) dan Malaikat juru siksa (malaikat azab) melaknatinya (yakni isteri). Barang siapa (isteri) yang bersabar terhadap perbuatan suaminya yang menyakitkan, maka Allah akan memberinya seperti pahala yang diberikan Allah pada Asiyah dan Maryam binti Imran". (Al-hadts). 

Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa saja kaum wanita (istri) yang mati sedangkan suaminya meridhainya, maka kelak ia masuk surga.” (Diriwayatkan Tirmizdi Ibnu Majah, Hakim dari Ummu Salamah).  

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang isteri menunaikan shalat lima waktunya, berpuasa di bulannya, pandai-pandai memelihara kemaluannya dan mentaati suaminya, kelak akan dikatakan kepadanya: ”Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.” (Diriwayatkan oleh Ahma) 

Tersebut dalam suatu riwayat ada seorang perempuan datang menghadap Nabi SAW seraya berkata: “Wahai Rasulullah, aku ini utusan dari kaum wanita yang diminta menghadapmu. Yaitu menanyakan masalah jihad yang hanya diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki. Kalau merreka terluka mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, mereka bahkan sebagai orang-orang yang hidup disisi Tuhannya seraya memperoleh rizki. Sedangkan kami dari golongan wanita ini selalu setia mengikuti dan membantu mereka menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Namun demikian kenapa kami tidak memperoleh pahala berjihad seperti yang diberikan kepada mereka?" Rasullah SAW bersabda :”Sampaikan kepada siapa saja kaum wanita yang kamu jumpai bahwa, mentaati suami dengan mengakui hak-haknya sesungguhnya telah menyamai dengan pahala berjihad. Tetapi sedikit sekali di antaramu melaksanakan.” (Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Thabrani). 

Dalam Firman Allah SWT Surat An-Nisa’ ayat ke 32: ”Bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi mereka wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan.”  Yang dimaksud adalah pahala yang diberikan Allah SWT kepada kaum lelaki karena menunaikan jihad. Sedangkan pahala yang diberikan Allah SWT kepada kaum wanita adalah lantaran mereka memelihara kemaluannya dan mentaati Allah SWT serta mentaati suaminya. Pahala kaum lelaki dan wanita di akhirat kelak kedudukannya sama. Yang demikian karena, perbuatan baik itu dilipatgandakan pahalanya hingga sepuluh kali lipat. Baik hal itu berlaku bagi kaum lelaki maupun wanita. Keutamaan kaum lelaki atas kaum wanita hanyalah sebatas masa di dunia. Demikian menurut penafsiran Asy Syarbini di dalam Tafsirnya.  

Imam Ali RA mengatakan: ”Seburuk-buruk sifat kaum lelaki namun sebaik-baik sifat sifat kaum wanita, adalah penakut. Sebab kaum wanita (isteri) itu bakhil maka akan dapat memelihara hartanya dan suami saja, kalau  isteri (wanita) itu merasa besar maka perasaan besarnya itu akan mencegah dirinya banyak bicara kepada setiap orang dengan gaya bicara yang lunak, yang memungkinkan mengundang perhatian. Kalau wanita itu penakut dari segala sesuatu maka ia tidak akan keluar rumah dan merasa takut ke tempat-tempat yang dapat mengundang dugaan lantaran takut kepada suaminya. Nabi Dawud AS mengatakan: ”Isteri yang berakhlak buruk bagi seorang suami, kalau dimisalkan adalah bagaikan orang tua renta yang memikul beban berat. Sedang isteri yang shalihah bagi seorang suami bagaikan mahkota yang dilapisi emas. Manakala suami memandangnya, maka membuat ketenangan. ” 





Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.

Lintas Islam akhlak, keluarga, tashawuf