Islam Untuk Semua Umat

Friday, December 28, 2012

Kisah Nabi Ismail


Film kartun anak, berkisah tentang Nabi Ismail

Ismail (Bahasa Arab إسماعيل ) (sekitar 1911-1779 SM) adalah seorang nabi dalam kepercayaan agama samawi. Ismail adalah putera dari Ibrahim dan Hajar, kakak kandung dari Ishaq. Ia dianggkap menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Ia tinggal di Amaliq dan berdakwah untuk Qabilah Yaman, Mekkah. Namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran. Ia meninggal pada tahun 1779 SM di Mekkah. Secara tradisional ia dianggap sebagai Bapak Bangsa Arab.


Lintas Islam
Lintas Islam film, tokoh
Tuesday, December 25, 2012

Kisah Nabi Ibrahim





Film kartun anak, berkisah tentang nabi Ibrahim

Ibrahim (Bahasa Arab إبراهيم ) (sekitar 1997-1822 SM) merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia mendapat gelar dari Allah dengan gelar Khalil Allah (Sahabat Allah). Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal sebagai pengasas Kaabah. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq. Ibrahim dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi.


Lintas Islam film, tokoh
Thursday, December 20, 2012

Sang Pencerah


Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Ihsan Idol sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.

Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Versi novel kisah ini ditulis oleh wartawan-sastrawan Akmal Nasery Basral, dan mendapat predikat Fiksi Terbaik Islamic Book Fair Award 2011.



Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Muhammad Ihsan Tarore) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.

Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo), meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau.

Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.

Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen," katanya. Walhasil, Dahlan dimusuhi.

Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat.

Dahlan, yang piawai bermain biola, dianggap kontroversial. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.

Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priyayi Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.


Lintas Islam
Lintas Islam film, tokoh
Tuesday, December 18, 2012

Lion of The Desert (movie)

Cover Lion Of the Desert

Film Lawas: Pemimpin Libya Moummar Quaddafi membiayai epik gurun ini tentang seorang pahlawan Libya yang membantu bangsanya menahan serangan invasi Italia pada tahun 1929. Anthony Quinn berperan sebagai Omar Mukhtar, yang memimpin pasukan Libya untuk menahan pasukan Italia yang menginvasi di bawah Jenderal Rodolfo Graziana (Oliver Reed), yang berusaha untuk mendapatkan pijakan di tanah Libya di bawah perintah langsung dari diktator Italia Mussolini (Rod Steiger). Dengan kegigihan Mukhtar, seorang Libya, memerangi tank dan senjata tentara Italia bersama pasukan Badui di atas punggung kuda, berhasil menahan pasukan Italia selama dua puluh tahun, sampai Mukhtar akhirnya tertangkap dan dieksekusi.














Lintas Islam film, tokoh
Friday, December 14, 2012

Dari Sigmund Freud ke Imam Al Ghazali

Ilustrasi Wajah Al Ghazali


Benar juga dugaan saya... Pada tahun 90-an, saya pernah mengatakan kepada ustad saya yang seorang Muhammadiyah, seorang Doctor lulusan IAIN (almarhum, saat itu beliau masih bergelar S2), bahwa di masa depan Amerika dan orang-orang Barat akan banyak yang memeluk Islam melalui sufi. Beliau membantah prediksi saya tersebut dengan dalih bahwa orang-orang Barat sangat rasional, dan akan lebih menerima Islam melalui pemikiran Islam yang rasional daripada sufi. Kenyataannya, saat ini ilmuwan di Amerika dan Barat mulai meneliti hasil-hasil pemikiran Al Ghazali, terutama dalam kajian bidang psikologi. Bila apa yang dihasilkan oleh pemikiran Al Ghazali dapat dibuktikan secara ilmiah, maka bisa jadi akan terjadi pergeseran teori psikologi dari Sigmund Freud ke Al Ghazali, atau setidaknya akan terdapat dua aliran psikologi yaitu aliran Sigmund Freud dan aliran Al Ghazali.

Seperti telah diketahui oleh para ilmuwan, bahwa Sigmund Freud dan Al Ghazali memiliki teori yang sangat bertentangan seratus delapan puluh derajat. Teori Freud mengatakan bahwa motif dari tindakan manusia adalah untuk memuaskan kebutuhan fisik dan material mereka. Seseorang akan bahagia bila ia dapat mencapai tujuan ini. Sedangkan Al Ghazali dan kaum sufi berpendapat sebaliknya, bahwa manusia akan dapat mencapai kebahagiaan bila ia dapat mengendalikan hasrat untuk memuaskan kebutuhan fisik dan material mereka, yang dalam istilah agama disebut sebagai syahwat. Al Ghazali juga menulis karya yang membahas subyek tentang 'penyakit hati' yang saat ini menjadi penyakit modern, bagaimana mendiagnosa dan mengobatinya. Bila riset di Barat membuktikan bahwa teori Al Ghazali dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan orang-orang Barat secara mayoritas berpindah dari aliran Freud ke aliran Al Ghazali, maka kita akan menyaksikan revolusi psikologi dan kebudayaan di Barat yang lagi-lagi diinspirasikan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam abad pertengahan. Setelah Barat mengalami kebangkitan science, kedokteran, dan ilmu pengetahuan dengan menggali pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh Ibnu Sina, Ar Razi, Ibnu Rusyd dan ilmuwan-ilmuwan Islam dari mazhab Mutazillah dari abad pertengahan, maka di masa depan kemungkinan Barat akan mengalami revolusi kebudayaan setelah menggali pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh Al Ghazali dan ulama-ulama sufi dari abad pertengahan pula.

Sementara mayoritas Muslim yang hidup di negara-negara Muslim maupun di negara-negara sekuler akan selalu menjadi pengekor. Kita menyaksikan bahwa mayoritas muslim saat ini makin berperilaku seperti pengikut aliran Freud karena pengaruh pemikiran Barat yang sangat dominan. Banyak muslim saat ini yang berlomba-lomba dalam memuaskan hasrat fisik dan material, sehingga berbagai cara termasuk cara-cara yang haram pun dilakukan. Kesuksesan seorang muslim tidak lagi dinilai dari seberapa gigih ia mengendalikan hasrat syahwat mereka dan bertanggung jawab secara sosial, tetapi menilainya dari seberapa banyak kebutuhan fisik dan material yang dapat mereka puaskan dari harta yang berhasil mereka kumpulkan. Menjadi suatu pendapat umum saat ini, bahwa orang yang paling banyak memuaskan hasrat fisik dan material adalah orang-orang yang paling bahagia. Padahal orang-orang di Barat sana mulai menyadari bahwa keserakahan mereka dalam memuaskan hasrat fisik dan material adalah sumber dari ketidakbahagiaan. Kesadaran yang sama yang dialami oleh Al Ghazali di dalam film dokumenter Al Ghazali: The Alchemist of Happiness ketika ia meninggalkan rumah, mendermakan sebagian besar hartanya dan mengambil hanya yang cukup untuk kebutuhan pribadinya.

Al Ghazali memang banyak dituduh sebagai penyebab kemunduran science, kedokteran dan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam setelah kritiknya atas filsafat yang digunakan sebagai metodologi dalam mazhab Mutazillah memenangkan hati umat Islam dan mengakibatkan terjadinya penghukuman dan pengusiran (pengasingan) atas ulama-ulama Mutazillah. Ar Razi dihukum dengan cara dipukulkan kepalanya dengan buku hasil karyanya yang mengakibatkannya buta, karena ia dituduh zindiq (sesat) karena mengamalkan filsafat. Perintah penguasa saat itu: "Pukulkan bukunya ke kepalanya sampai bukunya hancur atau kepalanya yang hancur". Ibnu Sina dikejar-kejar, sehingga ia harus menjadi buronan dan berpindah-pindah tempat bersembunyi di rumah sahabat-sahabatnya. Ibnu Rusyd bernasib lebih baik karena ia hanya mengalami hukuman pengasingan. Penghukuman ini muncul akibat fanatisme dan pemahaman kerdil dari mayoritas umat Islam, sesuatu yang sesungguhnya tidak disukai oleh Al Ghazali. Dalam film dokumenter tersebut part 3, Al Ghazali mengatakan: "Bahaya muncul dari mereka yang kurang pengetahuan. Mereka yakin bahkan argumen yang masuk akal dari para filsuf, hanya karena ditulis oleh para filsuf, maka mesti ditolak. Tak peduli dari mana atau siapa ia mendengar argumen ini, karena tak memiliki cahaya pengetahuan, mereka tolak. Kepicikan dan kurangnya pengetahuan membuat mereka menolak segala argumen..... Muslim yang jahil lebih bahaya daripada orang kafir"

Tetapi pemikiran Al Ghazali mengalami nasib yang sama pula. Buku-bukunya dibakar oleh kaum fanatik Mediteranian dari Spanyol sampai Syria. Pemikirannya mulai banyak ditinggalkan setelah munculnya kritik oleh Ibnu Thaimiyah terhadap pemikiran Al Ghazali dan sufi. Ibnu Thaimiyah hidup di masa di mana Islam telah mengalami penurunan. Baghdad yang merupakan ibukota dari kekhalifahan Abbasiyah telah dihancurleburkan oleh pasukan Mongol. Cordoba yang merupakan ibukota dari kekhalifahan Abdurrahman (sisa-sisa Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri saat terjadi revolusi Abbassiyah) telah dihancurleburkan pula oleh pasukan Salib. Ibnu Thaimiyah tinggal di Baghdad. Di masa itu, sufi menjadi praktek-praktek keagamaan yang paling banyak dianut oleh mayoritas Muslim (mainstream). Seperti diceritakan oleh Annemarie Schimmel - seorang Doktor dari Jerman yang mendalami tentang subyek sufi - di masa itu anda akan menemukan sufi sebagai mainstream. Anda akan menemukan banyak guru-guru sufi yang menjadi pemimpin-pemimpin umat Islam. Umat Islam telah banyak yang putus asa karena kekalahan yang mengubah status sosial mereka dari kelas yang memimpin menjadi kelas yang dikalahkan, dan para guru sufi mengajarkan bahwa "kita dapat menolong diri sendiri, bila kita mengharapkan cinta dari Allah". Sufi telah memenangkan hati umat Islam, dan pada akhirnya memenangkan hati penguasa Mongol. Mereka memeluk Islam. Dan sufi juga pada akhirnya memenangkan hati Annemarie Schimmel. Ia juga memeluk Islam (hal yang sama terjadi di Indonesia, di mana Sufi juga memenangkan hati penduduk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang berpindah dari agama asli ke Islam jauh lebih cepat daripada di negara Hindustas melalui guru-guru sufi yang berasal dari Yaman. Sementara di negara Hindustan [India, Pakistan dan sekitarnya], hanya lima belas persen penduduk Hindustan yang berpindah dari agama asli ke Islam, walaupun kekhalifahan Islam telah menjejakkan kaki di sana selama lebih dari lima belas tahun).

Menurut Ibnu Thaimiyah, penguasa Mongol yang telah Muslim tersebut, dianggapnya tidak menjalankan syariat-syariat Islam sebagaimana yang dilakukan pada masa-masa ulama Salaf. Praktek-praktek keagamaan baru yang dihasilkan oleh peradaban sufi juga dianggapnya sebagai penyimpangan, yang tidak pernah dilakukan oleh ulama-ulama Salaf. Sejak Ibnu Thaimiyah lah muncul ide-ide tentang penegakan syariat dan penghapusan praktek-praktek di luar Islam yang murni, dan mengembalikan Islam sebagaimana yang dipraktekkan oleh ulama-ulama Salaf. Oleh karena itu aliran Ibnu Thaimiyah disebut sebagai aliran Salafy. Pada awalnya, ide Ibnu Thaimiyah ini tidak mendapatkan tempat di hati umat Islam.

Ide-ide Ibnu Thaimiyah ini semakin menguat ketika negara-negara Islam dijajah oleh negara-negara Barat dan dipaksakan untuk menerima hukum-hukum yang dipaksakan oleh penguasa-penguasa kafir ini. Murid dari murid dari murid-murid Ibnu Thaimiyah, Jamaludin Al Afghani, meghidupkan ide-ide Ibnu Thaimiyah ini. Selain ide tentang penegakan syariat dan pengecaman terhadap praktek-praktek sufi, Jamaludin Al Afghani juga memunculkan ide tentang kekhalifahan global dan kebutuhan akan pengajaran ilmu-ilmu modern (baca: Barat) untuk bisa mengalahkan Barat. Ide Jamaludin Al Afghani diteruskan oleh muridnya, Muhammad Abduh, selanjutnya dilanjutkan oleh murid dari Muhammad Abduh, Rasyid Ridha. Pada masa Rasyid Ridha ini, ide-ide Salafy semakin berbuah dan berpengaruh besar di dunia Muslim, terutama di negara-negara yang dijajah oleh Barat. Ide Salafy ini dibawa ke Indonesia oleh Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah dan Hasyim Asy'ari yang mendirikan Nahdlatul Ulama. Ada perbedaan penerimaan/penolakan antara Muhammadiyah dan NU dalam hal penerapan syariat dan sufi, tetapi mereka memiliki kesamaan untuk menerapkan metode pengajaran ilmu-ilmu Barat di sekolah-sekolah Islam.

Setelah penjajahan Barat berakhir, banyak dari negara-negara muslim bekas jajahan yang mengadopsi negara sekuler. Di negeri Mesir, aliran Salafy ini melahirkan gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna, sebagai reaksi atas tekanan pemerintahan sekuler Mesir. Selanjutnya nafas Ikhwanul Muslimin ini dibawa ke Indonesia dan kita dapat melihat afiliasi organisasi ini di Indonesia dalam Partai Keadilan Sosial (PKS).

Sementara di Arab Saudi, gerakan Salafy ini dikembangkan oleh murid dari murid dari murid-murid Ibnu Thaimiyah dari jalur lain, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab, yang mendirikan organisasi Salafy, tetapi lebih dikenal oleh umat Islam di luar kelompok mereka sebagai Salafy-Wahabi untuk membedakannya dengan organisasi Salafy lainnya. Jadi kita melihat ada beberapa reinkarnasi dari gerakan Salafy, yaitu Salafy yang lebih memfokuskan pada pendidikan seperti Muhammadiyah dan NU, ada yang memfokuskan pada politik seperti Ikhwanul Muslimin dan PKS, dan ada yang memfokuskan pada kemurnian fiqh dan penegakan negara Islam seperti Salafy-Wahaby. Selain mereka masih ada reinkarnasi dari gerakan Salafy ini di berbagai tempat. Dalam terminologi kajian Islam di Barat, aliran-aliran Islam biasanya dikategorikan menjadi Islam Klasik (yaitu Islamnya para Imam Mazhab dan Sufi) dan Islam Salafy. Istilah Salafy-Wahaby juga digunakan untuk membedakan Salafy-Wahaby dengan Salafy lainnya, mengingat extremisme Salafy-Wahaby dalam aksi mereka terhadap penegakan negara Islam dan pemurnian akidah. 

Ada satu lagi kategori Islam lain, yaitu Islam Liberal. Bila gerakan Salafy didasari motif perlawanan terhadap Barat, gerakan Islam Liberal muncul di era di mana penjajahan Barat atas dunia Muslim telah berakhir. Bila dibandingkan gerakan salafy yang memiliki pandangan negative terhadap Barat, Islam Liberal memiliki pandangan positif atas budaya barat. Islam Liberal menggunakan pendekatan "hermeneutic", yaitu metode yang digunakan oleh Barat untuk melakukan penelaahan atas kitab-kitab klasik. Metode ini merupakan pendekatan yang digunakan Kristen di Barat pada masa lalu untuk mengkaji Injil sehingga pemahaman terhadap Injil mengalami modernisasi. Para penggiat Islam Liberal berpendapat, bahwa Islam akan mendapatkan kejayaannya, bila umat Islam mau menelaah kembali kitab suci mereka dan menyesuaikan pemahaman atas kitab suci mereka sesuai dengan perkembangan masyarakat modern. 

Mengingat penjajahan Barat atas dunia Islam yang cukup panjang tersebut, maka wajar bahwa pemikiran Islam Klasik dan sufi telah lama ditinggalkan dan pemikiran aliran Islam lainnya menjadi mainstream di jaman modern ini. Menjadi ironis, ketika pemikiran Islam Klasik dan sufi mulai ditinggalkan oleh mainstream dunia Islam, justru di Barat saat ini sedang diteliti dan dikembangkan. Lebih ironis lagi, sejarah pengecaman terhadap ulama Islam oleh ulama-ulama Islam lainnya terulang, walaupun tidak sedahsyat yang terjadi pada ulama-ulama Mutazilah di masa lalu. Pengecaman tersebut bukan lagi suatu kritik, tetapi sudah menjadi 'pembunuhan karakter' dengan mengatakan bahwa sufi adalah sesat, bid'ah, musyrik, khurafat, bukan dari Islam, dan kecaman lainnya. Tidak mustahil bahwa di masa depan Barat kembali mendominasi pemikiran dalam hal kebudayaan yang dikembangkan dari kekayaan intelektual Islam di masa lalu, sementara dunia Islam mulai mempelajari karya intelektual Islam dari Barat seperti yang terjadi dengan science, kedokteran dan ilmu pengetahuan sebelumnya.


by: Lintas Islam




Temukan artikel lainnya di Lintas Islam Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click Join; atau kirim email kosong ke alamat:  lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Lintas Islam tashawuf, tokoh
Monday, December 10, 2012

Al Ghazali: The Alchemist of Happiness

Setelah googling, akhirnya saya menemukan terjemahan (subtitle) bahasa Indonesia untuk film ini, lalu menggabungkannya dengan file video berbahasa Inggris yang sudah saya miliki sebelumnya dan menguploadnya ke You Tube. Buruan nonton di You Tube atau di Lintas Islam bila tertarik untuk menontonnya, sebelum ketahuan oleh yang memiliki hak cipta...

Synopsis untuk film Al Ghazali: The Alchemist of Happiness:

Menjelajahi kehidupan dan pengaruh dari filsuf spiritual dan hukum terbesar dalam sejarah Islam, film ini meneliti krisis eksistensial iman Ghazali yang muncul dari penolakannya terhadap dogmatisme agama, dan mengungkapkan kesamaan yang mendalam dengan jaman kita sekarang. Ghazali dikenal sebagai Hujjatul Islam (Bukti Islam) dan jalan cinta dan keunggulan spiritualnya mengatasi perangkap dari agama yang terorganisir pada zamannya. Jalan-nya sebagian besar ditinggalkan oleh reformis Muslim awal abad ke-20 yang lebih keras dan kurang toleran, seperti mazhab Ibnu Taimiyah. Menggabungkan drama dengan dokumenter, film ini berpendapat bahwa Islamnya Al Ghazali adalah penawar untuk teror jaman ini.











Lintas Islam film, sejarah, tashawuf, tokoh
Friday, August 17, 2012

Qadha dan Qadhar

Kaligrafi Allah

Beriman kepada Qadha dan Qadhar adalah salah satu rukun Iman. Ini mensyaratkan bahwa mengimani qadha dan qadhar adalah bagian utama dari keimanan atau aqidah, di mana ketiadaannya menyebabkan Iman seorang Muslim tidak sempurna.

Qadha dan qadhar tidak disinonimkan secara khusus ke dalam bahasa Indonesia. Keduanya sama-sama disinonimkan sebagai takdir atau disinonimkan secara terpisah dalam kata serapan bahasa Arabnya, qadha dan qadhar. 

Perbedaan pokok qadha dan qadhar erat hubungannya dengan masalah waktu. Qadha memiliki pengertian bahwa jalannya peristiwa kehidupan (manusia) telah ditentukan sebelum perbuatan itu dilakukan. Misalnya perbuatan Anda membaca artikel ini telah di-skenariokan oleh Allah jauh sebelum Anda lahir ke dunia ini. Sebaliknya, Qadhar memiliki pengertian bahwa jalannya peristiwa kehidupan (manusia) terjadi akibat dari pilihan yang diambil atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Misalnya perbuatan Anda membaca artikel ini adalah akibat dari tindakan-tindakan sebelumnya yang Anda pilih dan lakukan sampai akhirnya Anda sampai kepada artikel ini.

Wacana Qadha dan Qadhar ini telah menjadi polemik di antara ulama-ulama dan mazhab-mazhab dalam Islam. Adalah mazhab Qadhariyah yang pertama kali menantang paham lama dari paham Qadha yang meyakini bahwa takdir manusia telah ditentukan bahkan ketika manusia itu masih dalam kandungan. 

Qadhariyah tampil sebagai "Pembela Keadilan Tuhan". Dalam doktrin Qadha, diyakini bahwa manusia telah ditentukan takdirnya oleh Allah untuk masuk surga atau neraka, bahkan sebelum manusia dilahirkan ke dunia. Mazhab Qadhariyah menentang dokrin tersebut dan mempertanyakan di mana letak keadilan Tuhan jika Ia menentukan sekelompok orang untuk masuk surga, sementara menentukan yang lainnya masuk neraka. Manusia diberikan "Free Will" oleh Allah dan diberikan akal untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Bagaimana pilihan manusia menggunakan "Free Will" inilah yang akan menentukan takdir mereka di surga atau neraka - apakah ia memilih perbuatan baik atau buruk. Karena doktrin ini, Qadhariyah disebut kafir oleh pembela doktrin Qadha karena menyatakan bahwa manusia dapat menentukan takdirnya sendiri.

Pada masa pergerakan Qadhariyah, mereka tidak mendapatkan dukungan politik dari penguasa Umayah saat itu bahkan mendapat perlawanan. Doktrin Qadhariyah dikuatirkan oleh penguasa Umayah akan melahirkan pemberontakan. Orang-orang akan berpikir bahwa tragedi Karbala misalnya, bukanlah takdir yang telah ditetapkan Allah sebelumnya, tetapi merupakan kesalahan penguasa Umayah yang dapat dituntut balas. Maka ditangkapilah orang-orang dari mazhab Qadhariyah oleh penguasa Umayah. Musnahlah tunas dari doktrin Qadhariyah pada pergerakan awalnya.

Walaupun perdebatan mengenai Qadha dan Qadhar telah dimulai lebih dari 1400 tahun yang lalu, perbedaan peradaban nyata yang dihasilkan dari penerapan keyakinan tersebut pada dua masyarakat yang berbeda semakin dirasakan pada hari ini. Doktrin Qadhar diadopsi oleh Eropa dan membentuk peradaban Eropa modern, mengeluarkan Eropa dari era kegelapan dan memunculkan gerakan Renaissance. Sementara dunia Islam mengadopsi doktrin Asy'ari (dan Maturidi), suatu doktrin yang lahir sebagai jawaban dari polemik qadha dan qadhar. Suatu doktrin yang seharusnya menghasilkan peradaban yang lebih baik dari peradaban Barat, andai saja dipahami secara benar oleh umat Islam. 


Kemunculan Mutazillah dan Imam-imam Tauhid

Walaupun secara organisasi Qadhariyah sudah tidak lagi eksis, tetapi sebagai ide, doktrin Qadhariyah tidaklah ikut mati. Doktrin Qadhariyah muncul kembali bersama dengan kemunculan mazhab Mutazillah. Kali ini Mutazillah mendapat dukungan dari penguasa Abbassiyah yang berhasil menggulingkan dinasti Umayyah dan dijadikan mazhab resmi kekhalifahan Abbassiyah oleh khalifah Al Makmun. Dengan dukungan resmi dari khalifah, Mutazillah menangkapi para ulama yang tidak sejalan dengan pemikiran Mutazillah. Ini menyebabkan berkembangnya kelompok-kelompok perlawanan terhadap mazhab Mutazillah. Oleh karena itu sebaiknya dibedakan antara perlawanan terhadap mazhab Mutazillah yang berlatar belakang politik dan perlawanan yang berlatar belakang keilmuan. Perlawanan terhadap Mutazillah yang berlatar belakang politik tidak menyisakan kebaikan apa pun bagi Mutazillah. Dikatakan, bahwa Mutazilah hanyalah sekte sesat yang harus dimusnahkan dari Islam. 

Sedangkan perlawanan yang berlatar belakang keilmuan memberikan ruang untuk pembahasan dan perenungan. Sebagai reaksi perlawanan terhadap doktrin Mutazillah, muncullah ulama-ulama Tauhid yang akhirnya merumuskan pokok-pokok Iman (Tauhid). Yang paling populer di antara mereka adalah Imam Asy'ari dan Imam Maturidi yang menjadi cikal-bakal dari doktrin Ahlussunnah Jamaah. Doktrin Maturidi diadopsi oleh kalangan Hanafiah, sedangkan mazhab Ahlussunnah lainnya mengadopsi doktrin Asy'ari. Ada beberapa perbedaan antara doktrin Asy'ari dan Maturidi, tetapi tidak signifikan untuk dibahas di dalam artikel ini. 


Doktrin Asy'ari Menjawab Polemik Qadha dan Qadhar

Imam Asy'ari adalah Imam Tauhid yang secara brilian menjawab polemik qadha dan qadhar. Doktrinnya diterima oleh mayoritas Muslim. Dengan metodologinya pula maka Sufi terintegrasi dengan Islam Klasik (Islam Ortodox bila menggunakan istilah Barat), sehingga Ahlussunnah wal jamaah kadang sering digolongkan sebagai Islam Ortodox (Islam tradisional) dan kadang pula digolongkan sebagai Islam Sufi. Oleh karena itu cukup membingungkan bila saat ini ada kelompok pembaharu yang mengaku sebagai Ahlussunnah wal jamaah, tetapi mengatakan bahwa Sufi adalah sesat dan Asy'ari juga sesat. Sesungguhnya ustad-ustad dari kalangan mereka lah yang sesat dan menyesatkan. Metodologi ini akan kita bahas di artikel lain, sehingga kita dapat membedakan metodologi yang digunakan Ahlussunnah wal jamaah dengan Mutazilah.

Kita akan membahas doktrin Asy'ari dalam kaitannya dengan qadha dan qadhar. Doktrin Asy'ari akan dapat dipahami secara benar, bila kita melihat doktrin Asy'ari dalam konsep bahwa waktu adalah paralel, bukan linear. Bila kita yang hidup di jaman modern ini saja masih sulit memahami tentang konsep Relativitas Waktu, apalagi umat Islam yang hidup pada jaman Asy'ari. Sehingga wajar doktrin Asy'ari banyak disalahpahami sebagai bentuk fatalisme, sehingga Asy'ari dan berikutnya Al Ghazali sering dituduh sebagai penyebab kejumudan (kemunduran) dalam peradaban Islam. Manusia baru mengenal konsep Relativitas Waktu setelah Einstein mengeluarkan teorinya tentang Relativitas Waktu. Semoga apa yang penulis ungkapkan tentang doktrin Asy'ari ini merupakan ungkapan yang benar dari doktrin Asy'ari tentang qadha dan qadhar.

Menurut Asy'ari, doktrin qadhar dari Mutazilah dan lawannya doktrin qadha menempatkan proses penentuan qadha dan qadhar (takdir) dalam waktu yang linear. Lihat gambar berikut untuk lebih mudah memahami pengertian tentang waktu linear:


Dalam model waktu linear, kehidupan manusia misalkan dimulai pada t=0. Dengan berjalannya waktu, manusia memasuki masa kini (t=1) dan masa sebelumnya (t=0) menjadi masa lalu. Pada saat manusia berada di t=0, ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di t=1 apalagi di t=2. Pada saat di t=1, ia baru mengetahui apa yang telah terjadi di t=0, tetapi tidak mengetahui apa yang akan terjadi di t=2. Setelah melanjutkan kehidupan berikutnya, ia baru mengetahui apa yang terjadi di t=2 dan kehidupan di t=1 - nya menjadi masa lalu.

Asy'ari mengatakan bahwa waktu linear adalah miliknya manusia. Sedangkan Allah tidak hidup dengan dibatasi oleh waktu. Lihat gambar di bawah ini sebagai model waktu bagi Allah:



Untuk mempermudah ilustrasi, gunakan benda seperti pulpen dan taruh di depan mata Anda. Lingkaran pulpen tersebut akan membentuk lingkaran seperti lingkaran berwarna biru pada gambar. Jika Anda putar pulpen tersebut, maka masa lalu, masa kini dan masa depan akan berhimpit. Ini yang disebut bahwa waktu adalah paralel. Dalam dimensi waktu Allah, tidak ada yang namanya masa lalu, masa kini dan masa depan. Karena Allah tidak dibatasi oleh waktu, Ilmu Allah meliputi masa lalu, masa kini dan masa depan. Allah mengetahui apa yang terjadi, telah terjadi dan akan terjadi pada waktu yang bersamaan. 

Dalam model Relativitas Waktu Einstein, paralelnya waktu telah dapat dijelaskan secara rasional. Hanya saja Einstein tidak menyebutkan bahwa hidup dalam waktu yang paralel hanya dapat dilakukan oleh Allah. Ia menyebutkan bahwa obyek yang bergerak dengan kecepatan cahaya (nur) dapat melakukan perjalanan melintas waktu. Berarti mungkin pula malaikat yang wujudnya Nur (cahaya) dapat pula melakukan perjalanan melintas waktu. Pada saat Isra' Mi'raj, diceritakan bahwa nabi Muhammad SAW menaiki malaikat Bouraq. Dalam perjalanan tersebut, nabi diperlihatkan kehidupan setelah hari kiamat (akhirat) mengenai manusia-manusia yang menjalani siksa neraka dan diganjar kenikmatan di surga. Bila menggunakan model waktu linear, maka akan disimpulkan bahwa siksa neraka dan balasan kebaikan di surga sudah berlangsung di belahan dunia lain pada masa hidup nabi (bersamaan waktunya). Padahal semua ayat dan keterangan teks-teks agama menegaskan bahwa siksa neraka dan balasan kebaikan di surga baru diselenggarakan setelah terjadinya kiamat. Ini berarti besar kemungkinan bahwa nabi Muhammad SAW pada saat itu telah melakukan perjalanan melintas waktu ke masa depan, ke masa di mana kiamat telah terjadi dan kehidupan neraka dan surga telah berjalan.

Berikut ini adalah hadits shahih yang bercerita tentang takdir: "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata: Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga." (Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643)

Bila hadits tersebut ditempatkan pada waktu yang linear, maka akan disimpulkan bahwa takdir manusia (Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagia) telah dituliskan di dalam Lauful Mahfudz sejak manusia masih di dalam kandungan. Frase kedua dari hadits tersebut juga seringkali menimbulkan protes dari kaum murtadun-kafirun bahwa Tuhan-nya orang Islam adalah kejam, karena menyebabkan masuk ke neraka orang-orang yang telah melakukan amalan ahli surga dan sebaliknya. Karena hadits ini pula maka umat Islam dianggap menganut paham fatalisme.

Tetapi bila ditempatkan pada waktu yang paralel, apakah yang sesungguhnya ditulis pada kitab Lauful Mahfudz? Apakah takdir manusia yang belum terjadi di masa depan atau takdir manusia yang telah terjadi di masa depan? Pada dunia yang paralel, masa lalu, masa kini dan masa depan adalah berhimpit. Atau dengan kata lain, Allah dan malaikat telah mengetahui akhir kesudahan seorang manusia bahkan pada saat ia belum dilahirkan ke dunia. Mungkin saja bahwa kitab Lauful Mahfudz adalah kitab yang akan kita terima nanti di akhirat, yaitu kitab yang mencatat semua amal kita di dunia. Dan dalam dunia yang paralel, apa yang akan terjadi pada kehidupan seorang manusia di masa depan bukanlah suatu rahasia lagi.

Asy'ari juga melahirkan konsep tentang "Kasab". Konsep "Kasab" ini membingungkan orang-orang pada masanya, sehingga kata "Kasab" sering digunakan sebagai anekdot: "Konsep kamu serumit konsep Kasab-nya Asy'ari". Memang akan jadi membingungkan bila kita menempatkannya pada waktu yang linear. Kasab adalah doktrin Asy'ari yang mengatakan bahwa manusia tidaklah dapat membuat perbuatan (amal). Perbuatan yang dilakukan manusia adalah karena adanya izin dari Allah. Allah lah yang membuat perbuatan dan membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya suatu perbuatan. Kasab dapat terjadi akibat adanya Iradah dan Qudrah. Iradah adalah free will (kehendak, ikhtiar, usaha), sedangkan Qudrah adalah ketetapan Allah dan Asy'ari menempatkan Qudrah di atas Iradah. Iradah adalah sebab terwujudnya Iradah, tetapi Qudrah saja tanpa didahului oleh Iradah dapat menyebabkan terjadinya kasab. Misalnya seseorang tidak akan punya anak bila tidak melakukan hubungan suami-isteri. Tetapi orang yang melakukan hubungan suami-isteri belum tentu punya anak bila tidak ada Qudrah dari Allah. Sedangkan yang terjadi pada Maryam, ia dapat memiliki anak tanpa berhubungan dengan lelaki mana pun karena Qudrah tidak mewajibkan adanya Iradah. Menurut doktrin qadha, mereka berpendapat bahwa memiliki anak adalah takdir (qudrah) yang telah ditetapkan oleh Allah atas dirinya sejak ia masih di dalam kandungan. Sedangkan pada doktrin Mutazilah, seseorang memiliki anak karena ia melakukan hubungan suami-isteri (hubungan sebab-akibat). 

Para penganut paham qadha berpendapat bahwa amal manusia menjadi wujud adalah akibat adanya Qudrah (ketetapan Allah) yang ditulis sejak manusia masih di dalam kandungan. Penganut paham Mutazilah berpendapat bahwa amal manusia adalah akibat adanya Iradah (ikhtiar manusia), sehingga kehidupan manusia bersifat mekanistik. Kaum Mutazilah berpendapat bahwa Allah tidak mengurusi urusan parsial, hanya sebatas menciptakan manusia. Selanjutnya iradah manusia yang menentukan amal dari manusia dan Allah akan mengganjar perbuatan baik mereka dengan pahala dan perbuatan jahat dengan dosa. Sedangkan Asy'ari berpendapat bahwa waktu dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang terkecil sebagaimana atom, dan dalam waktu-waktu yang terkecil tersebut Allah berperan dalam menentukan takdir manusia melalui proses "Kasab". Dengan demikian, Asy'ari menolak doktrin qadha bahwa takdir telah ditentukan Allah sejak manusia masih dalam kandungan, dan menolak doktrin Mutazilah bahwa kuasa Allah tidak berperan dalam proses kehidupan manusia. Seringkali manusia menginginkan sesuatu (iradah) tetapi tidak dapat terwujud (qudrah), sementara manusia lain menginginkan sesuatu yang mustahil bagi dirinya tetapi dapat terwujud dengan izin Allah. Asy'ari menolak doktrin Mutazilah bahwa iradah manusialah yang menentukan seseorang masuk surga atau neraka. Sementara Asy'ari juga menolak doktrin qadha bahwa seseorang telah ditentukan tempat akhirnya di neraka atau surga sejak manusia masih di dalam kandungan. Tetapi karena Asy'ari menempatkan qudrah di atas iradah, banyak orang yang salah berpendapat bahwa doktrin Asy'ari adalah doktrin yang membela pendapat qadha yang merupakan paham fatalisme dan dituduh sebagai penyebab kemunduran berpikir dalam dunia Islam.

Mengenai protes kaum murtadun-kafirun atas frase kedua dari hadits di atas yang menuduh bahwa Allah adalah kejam karena memasukkan ke neraka orang-orang yang melakukan amal ahli surga dan sebaliknya, itu adalah merupakan ungkapan sikap manusia-manusia yang sombong dan kesombongan adalah sikap yang menjadikan Iblis menjadi kafir dan terkutuk. Allah Maha Berkuasa atas makhluknya. Rabiah menyikapi kemahakuasaan Allah tersebut dengan ucapannya, "Jika Allah memasukkan aku ke dalam neraka, aku ridha". Rabiah mengatakan bahwa tanpa adanya ganjaran surga, manusia sudah selayaknya beribadah kepada Allah karena Allah telah memberikan kebaikan kepada manusia yang tidak dapat dibayar dengan ibadah mereka kepada Allah.

Di jaman nabi Musa, ada seorang alim yang telah menghabiskan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan kemaksiatan, sehingga Allah mengirim malaikat untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya. Malaikat berkata, "Allah mengutus kami untuk menyampaikan bahwa engkau akan diganjar dengan surga, tetapi Allah bertanya apakah engkau ingin masuk surga karena amalmu atau karena ridha Allah?"
Orang alim tersebut menjawab, "Aku ingin masuk surga karena amalku,"
Malaikat berkata, "Kalau begitu engkau masuk neraka karena engkau beribadah dengan nafas dari Allah, tangan dari Allah, kaki dari Allah, mulut dari Allah. Hanya Allah lah yang dapat masuk surga karena amalmu ada karena Dia"
Orang alim tersebut menyadari kekhilafannya, "Kalau begitu, aku ingin masuk surga karena ridha Allah"
Malaikat berkata, "Masuklah engkau ke dalam surga karena ridha Allah" 

Menggunakan doktrin kasab Asy'ari, dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin seseorang masuk surga bila tidak melakukan ibadah kepada Allah dan meninggalkan larangannya. Tetapi dengan melakukan ibadah dan meninggalkan larangannya tidak berarti orang tersebut pasti masuk surga. Itu tergantung ridha Allah. Sayangnya, banyak muslim masa kini yang mensalahtafsirkan doktrin tersebut dengan mengatakan "Masuk surga itu bukan karena amal, tetapi karena ridha Allah. Ustad belum tentu masuk surga dan koruptor belum tentu masuk neraka. Semua terserah Allah". Untuk mendapatkan ridha Allah adalah merupakan suatu kepastian sekaligus sebuah misteri, hanya niat baik dan luruslah yang dapat mengarahkan manusia pada pengertian yang merupakannya sebaik-baiknya pengertian.

Orang sakit diwajibkan untuk berikhtiar mencari kesembuhan, tetapi tidak wajib orang yang berikhtiar mendapatkan kesembuhan. Ada yang telah menghabiskan puluhan bahkan jutaan rupiah untuk pengobatan tetapi tidak kunjung mendapatkan kesembuhan, tetapi ada yang hanya dengan air yang dibacakan doa mendapatkan kesembuhan. Mencari nafkah adalah wajib, tetapi tidak wajib orang yang bekerja lebih keras atau lebih cerdas mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Ada orang yang berpendidikan tinggi bekerja sampai kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala, tetapi penghasilannya kalah banyak dengan orang yang berpendidikan lebih rendah dan bekerja biasa-biasa saja. 

Oleh karena itu kita dapat menyaksikan perbedaan yang nyata antara sikap orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang ingkar seperti Qarun dan Fir'aun. Orang-orang yang ingkar seperti Qarun dan Fir'aun jika diberikan kelebihan oleh Allah, mereka akan lupa dan berkata bahwa apa yang diperolehnya adalah karena kecerdasannya, kerja kerasnya, filosofi hidupnya, atau sejenisnya. "Karun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku'. (Al Qashash:78﴿. Atau seperti orang-orang Yahudi yang bila mendapat kesulitan selalu melemparkan kesalahan kepada nabi Musa, tetapi bila mendapatkan nikmat mereka memuji diri mereka sendiri: "Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: 'Itu adalah karena (usaha) kami'. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S. Al A'raf:131﴿. Sedikit pun manusia dari golongan mereka tidak menyadari bahwa nikmat yang mereka peroleh adalah ujian dari Allah SWT: "Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: 'Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku'. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui." (Q.S. Az Zumar:49﴿

Sedangkan orang-orang yang beriman, menyadari bahwa segala nikmat yang diberikan Allah kepada mereka adalah sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Semakin banyak manusia diberi nikmat, semakin besar tanggung jawab mereka nanti di akhirat. Seperti semakin banyak manusia diberikan nikmat harta, semakin lama mereka menunggu untuk masuk surga karena terlalu lama harus mempertanggungjawabkan dari mana harta mereka diperoleh dan ke mana harta mereka dibelanjakan pada saat hisab. Dari sepuluh sahabat Rasululllah yang dijamin masuk surga, adalah Abdurrahman bin Auf yang paling akhir masuk surga dan bertemu Rasulullah karena di antara para sahabat ialah yang paling banyak dianugerahi kekayaan. Abdurrahman bin Auf bertanya kepada Rasulullah, apa yang harus ia lakukan agar dapat mempercepat waktu menunggu tersebut. Rasulullah meminta beliau untuk menyumbangkan semua hartanya dan saran itu dilakukannya. Waktu yang diperlukan Abdurrahman bin Auf untuk bertemu Rasulullah adalah 500 tahun dan beliau mendatangi Rasulullah dengan merangkak. Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah, bagaimana dengan kita yang jauh dari Rasulullah? Berapa ratus atau ribu tahun yang kita butuhkan untuk dapat bertemu Rasululllah? Ilustrasi ini bukan penulis maksudkan untuk melemahkan semangat kita dalam melakukan kebaikan dan menjauhi larangan-Nya, tetapi justru untuk menjadi cambuk dalam beribadah kepada-Nya, agar jangan melihat hasil yang diperoleh di dunia dari segala ikhtiar yang telah kita lakukan untuk beribadah kepada-Nya. Orang-orang yang beriman harus berhusnuzon kepada Allah, karena apa pun posisi kita saat ini - miskin atau kaya, cerdas atau bodoh, sehat atau sakit, muda atau tua, dianugerahi keturunan atau mandul, dst - masing-masing memiliki tanggung jawab, kenikmatan dan beban yang insyaallah sama kedudukannya di mata Allah. 

Manusia hanya diberikan kewajiban untuk berikhtiar, sedangkan hasil akhir adalah bergantung kepada kehendak Allah. Tetapi ketergantungan orang-orang beriman bukanlah ketergantungan yang fatalistik. Ketergantungan orang-orang beriman kepada Allah adalah ketergantungan yang progressif dan kreatif. Menjadi orang beriman tidaklah cukup dengan menyadur banyak ayat dan banyak hadits, lalu merasa menjadi Muslim yang paling sesuai dengan Qur'an dan Sunnah Rasul. Tetapi menjadi orang beriman juga memerlukan usaha-usaha untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik, tanpa itikad untuk menjadi pesaing Allah. Itulah semangat dari doktrin Asy'ari yang dapat penulis pahami.

Ayat berikut dapat menjadi kesimpulan dari pembahasan di atas sebelumnya: "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (QS. Al-Isro’ 17:13-15)






Temukan artikel lainnya di http://www.lintas-islam.blogspot.com

Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click http://groups.yahoo.com/group/lintas-islam/join; atau kirim email kosong ke alamat: lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Lintas Islam akhlak, aqidah
Thursday, August 16, 2012

Hazard dan Risk

Bagi para pekerja yang pernah bekerja di perusahaan asing (PMA) terutama dari negara-negara Barat, mereka mengetahui bahwa orang-orang dari negara-negara Barat tersebut sangat peduli dengan manajemen keamanan (safety management). Tetapi banyak dari mereka yang tidak mengetahui, bahwa konsep management safety tersebut diinspirasikan pertama kali oleh ilmuwan Islam (Arab). Tetapi jangan senang dulu, karena ilmuwan tersebut berasal dari mazhab yang keburu dicap kafir oleh sebagian besar umat Islam, yaitu Qadariyah dan berikutnya Mutazilah. Mazhab merekalah yang pertama kali dalam sejarah menantang konsep bahwa jalan hidup manusia telah ditakdirkan oleh Allah - dalam konsep Jawanya, manusia hanyalah sebagai wayang dan dalangnya adalah Allah. Mereka menantang konsep ini, dan mengatakan bahwa manusia dapat menentukan jalan hidup mereka sendiri. Konsep ini disebut sebagai Qadhar, lawan kata dari Qidha (Qadha).

Sayangnya, mereka keburu dicap kafir karena dituduh telah mengatakan bahwa manusia dapat menentukan takdirnya sendiri. Tetapi konsep mereka ini justru diadopsi oleh Barat dan menginspirasi munculnya gerakan humanisme yang menempatkan manusia bukan sebagai obyek, tetapi subyek dari takdir mereka sendiri.

Manajemen safety bermula dari konsep Hazard, yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang asalnya adalah dari bahasa Arab, yaitu al Zahr yang berarti "dadu". Permainan dadu adalah permainan populer yang dimainkan oleh banyak orang di seluruh dunia. Dadu adalah suatu alat permainan yang memiliki 6 (enam) sisi, di mana bila dilemparkan salah satu sisinya pasti akan muncul entah pada lemparan pertama, kesepuluh, atau keseratus. Keunikan dadu ini memunculkan dua sifat: kepastian dan kemungkinan (probabilitas). Kepastiannya adalah bahwa salah satu sisi dari dadu tersebut pasti akan muncul tetapi kemunculannya pada lemparan yang keberapa adalah merupakan probabilitas.

Setiap sistem memiliki hazard seperti bahwa manusia akan mati entah apakah pada saat usianya 1 tahun, 10 tahun, 70 tahun, atau seratus tahun. Jalan tol atau jalan kampung memiliki hazard terjadinya tabrakan antara mobil dengan mobil atau mobil dengan orang, entah apakah satu kecelakaan atau seratus kecelakaan dalam setahun. Orang yang bekerja di ketinggian memiliki hazard jatuh dari ketinggian. Bahkan orang tidur pun memiliki hazard tidak dapat bernafas yang dapat menyebabkan kematian.

Oleh karena hazard adalah sesuatu yang pasti, maka hazard tidak dapat diubah. Tetapi resiko (risk) terjadinya hazard dapat dikendalikan. Seperti kecelakaan di jalan tol adalah sesuatu yang tidak dapat diubah, tetapi resiko terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan seperti pengaturan kecepatan kendaraan, memperbaiki lubang-lubang di jalan, dll.

Resiko sendiri merupakan gabungan dari probabilitas dan konsekuensi, atau secara simbol dapat dituliskan sebagai Risk = PoF (probability of failure) X CoF (consequence of failure). Suatu sistem mungkin memiliki konsekuensi terjadinya hazard lebih tinggi, tetapi dengan menurunkan probabilitas terjadinya hazard, sistem tersebut memiliki resiko yang lebih rendah daripada sistem sejenis yang memiliki konsekuensi terjadinya hazard yang lebih rendah. Misalnya perbandingan antara jalan tol dengan jalan kampung. Jalan tol memiliki konsekuensi terjadinya kecelakaan lebih tinggi daripada jalan kampung. Tetapi bila kecepatan kendaraan di jalan tol diatur, kelayakan safety kendaraan-kendaraan yang melaju di jalan tol diperketat, jalan-jalan dibuat mulus tanpa lubang, rambu-rambu peringatan diperbanyak dan perlengkapan safety seperti seat belt dikenakan; sedangkan di jalan kampung kendaraan-kendaraan melintas dengan kecepatan seenaknya, jalan-jalan banyak yang berlubang dan banyak polisi tidur, orang-orang menyeberang tanpa melihat kiri-kanan jalan, maka kombinasi dari konsekuensi dan probabilitas ini mungkin dapat menjadikan jalan tol lebih aman terhadap kecelakaan daripada jalan kampung.

Orang-orang yang berusia lebih tua memiliki konsekuensi terkena penyakit berat yang lebih tinggi daripada orang-orang muda. Tetapi bila orang-orang tua tersebut menyuntikkan energi seperti mengkonsumsi suplemen, rajin berolahraga, menjaga makanan yang masuk ke dalam perut, dll, maka bisa jadi resiko mereka terkena penyakit berat lebih rendah daripada orang-orang muda yang hidup secara sembrono.

Dalam bahasa agama, bila hazard adalah takdir, maka takdir tidak dapat diubah tetapi resiko terjadinya takdir dapat dikendalikan. Dengan manajemen safety yang baik, angka harapan hidup di negara-negara maju dapat ditingkatkan dan angka mortalitas (kematian) bayi dapat dikurangi. Ini menjadi bukti bahwa takdir memang tidak dapat diubah, tetapi dapat dikendalikan kalau manusia mau bertindak secara rasional. 

Ketika terjadi peristiwa 9/11, industri pesawat dan penerbangan di Amerika mengalami collapse karena tidak ada masyarakat yang mau lagi menaiki pesawat. Tetapi ketika Adam Air mengalami kecelakaan, masyarakat Indonesia masih mau menaiki pesawat mereka - mungkin karena tiket Adam Air yang lebih murah atau karena masyarakat menganggap bahwa kecelakaan adalah takdir - sampai akhirnya pemerintah menutup maskapai tersebut.

Semua konsep yang berhasil diterapkan di Barat, bila diadopsi oleh komunitas lokal akan berhasil diterapkan bila masyarakatnya dapat menyikapinya secara rasional. Seperti konsep demokrasi, ia akan berhasil diterapkan bila masyarakat bersikap rasional dalam memilih pemimpin mereka; bukan karena kandidat tersebut memberikan hadiah lebih banyak, karena lebih ganteng daripada yang lain, karena satu suku, satu agama atau satu pengajian. Pemerintahan dan sistem perwakilan akan berhasil bila dijalankan secara rasional. Sistem pajak juga akan berhasil bila dikelola secara rasional. 

Kemiskinan, penindasan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan harta negara bukanlah takdir. Andaikan dikatakan sebagai takdir, maka takdir yang dimaksud adalah kekuatan entropy: bahwa kekuasaan akan cenderung menindas yang lemah, pengelolaan harta negara akan cenderung korup, dan proses menjadi kaya adalah memiskinkan masyarakat lain. Manusia dianugerahi akal oleh Allah untuk bersikap rasional sehingga dapat menyuntikkan energi ke dalam sistem untuk mengembalikan sistem ke dalam keteraturan, untuk mengendalikan resiko terjadinya takdir (hazard) yang buruk. Dan sayangnya untuk kebajikan bersama, hal tersebut tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, bila kaum tersebut tidak mau mengubah nasibnya sendiri".

Diperlukan kesadaran kolektif untuk mengelola takdir agar takdir suatu masyarakat di masa depan lebih baik daripada masa sebelumnya. Agama seringkali berfungsi pasif bahkan anti kemajuan dan sering dituduh sebagai sumber dari kejumudan dan keterbelakangan. Padahal pada saat kemunculannya pertama kali, Islam merupakan agama yang memiliki konsep paling modern dan paling progressif daripada konsep agama-agama lainnya.






Temukan artikel lainnya di http://www.lintas-islam.blogspot.com

Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click http://groups.yahoo.com/group/lintas-islam/join; atau kirim email kosong ke alamat: lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Lintas Islam akhlak, aqidah
Wednesday, August 15, 2012

Entropy

Sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita, bila seorang tua - ibu, bapak, nenek, kakek, dll - menjadi seorang yang sangat cerewet ketika mereka semakin beranjak tua. Mereka selalu khawatir dengan segala sesuatu dan beranggapan bahwa bila mereka tidak cerewet, segala sesuatu tidak akan menjadi lebih baik. Atau dengan kata lain: "Segala sesuatu bila dibiarkan dengan sendirinya, akan berubah dari buruk menjadi lebih buruk". 

Pernyataan tersebut sesuai dengan hukum kedua dari thermodinamika. Hukum tersebut berhubungan dengan konsep entropy. Definisi sederhananya, bahwa entropy adalah ukuran dari ketidakteraturan dari sebuah sistem. Hukum thermodinamika mengatakan bahwa "entropy selalu meningkat di alam dan dalam semua sistem yang terisolasi secara hipotetis di dalamnya". Aplikasi praktis dari hukum ini mengatakan bahwa untuk mengurangi efek dari entropy, energi harus disuntikkan ke dalam sistem. Tanpa menyuntikkan energi, sistem akan semakin tidak beraturan.

Hukum ini diterapkan oleh para filosof bukan hanya pada dunia ilmiah (laboratorium), tetapi juga didefinisikan untuk semua sistem seperti manusia, mobil, rumah, ekonomi, peradaban atau segala sesuatu yang menjadi tidak beraturan. Manusia semakin tua akan semakin berantakan dan menderita berbagai penyakit berat. Oleh karena itu, semakin tua manusia akan menyadari bekerjanya hukum alam ini pada diri mereka sendiri.

Sebagai perbandingan, bila kita membiarkan meja di rumah kita dengan sendirinya, maka meja tersebut semakin hari akan semakin berantakan, sampai energi diberikan untuk mengembalikan meja tersebut kepada keteraturan.

Dengan bahasa lain, hukum ini menyatakan bahwa "Sang alam tidak menyukai segala sesuatu yang diciptakan". Peralatan dari besi akan berkarat dan kembali ke alam. Mobil akan rusak dan menjadi tumpukan besi tua. Ekonomi akan chaos (krisis) dan menciptakan ketidakteraturan dalam masyarakat. Peradaban akan mengalami degradasi sehingga peradaban manusia kembali ke jaman jahiliyah. Sampai sebuah energi disuntikkan ke dalam sistem untuk mengembalikannya kepada keteraturan.

Dalam bahasa agama, ketidakberaturan tersebut disebut sebagai takdir - bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan untuk tidakberaturan di kemudian hari (hingga akhirnya musnah). Tetapi takdir juga menentukan bahwa energi akan selalu hadir untuk mengurangi efek entropy tersebut. Malaikat bertanya, "Mengapa Engkau menciptakan manusia yang kerjanya menciptakan kerusakan?". Allah lalu mengajarkan nama-nama kepada Adam dan menunjukkannya kepada malaikat sehingga malaikat mengakui, "Engkau tahu yang kami tidak ketahui". Dalam memanfaatkan waktu Allah berkata, "Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi", tetapi ada suatu energi positif untuk mengatasi efek entropy tersebut: "kecuali orang-orang beriman yang mengerjakan amal shalih dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran".

Semua makhluk hidup termasuk manusia akan mati, tetapi Allah memberikan nafsu syahwat sehingga mereka dapat bereproduksi. Allah memberikan penyakit, tetapi Allah menyediakan obat bagi mereka yang mau mengeluarkan energi (berikhtiar) untuk mencari kesembuhan.

Fenomena entropy ini tidak menunjukkan bahwa Allah tidak sempurna, justru sebaliknya membuktikan bahwa Allah lah yang paling sempurna. Segala ciptaan-Nya adalah fana, sehingga bagaimana sang makhluk bisa menyombongkan diri dihadapan-Nya? Dalam surah Waqiah, Allah bertanya kepada manusia yang menentang kekuasaan-Nya, "Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), mengapa kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?". 

Para kaum munafikun-kafirun dalam forum mereka mengatakan bahwa Tuhannya orang Islam adalah Tuhan yang kejam, selalu menakut-nakuti umat-Nya dengan neraka. Tuhan yang benar menurut mereka adalah Tuhan yang penuh kasih sayang. Ketahuilah bahwa ini hanyalah persangkaan mereka. Mereka mengatakan hal tersebut bukan dengan pengetahuan, tetapi justru karena ketidaktahuan mereka. Pada saatnya, Allah akan mengambil ruh mereka yang menentang-Nya dengan cara yang benar-benar kejam. Sedangkan bagi mereka yang takut akan siksa-Nya dan mengikuti segala perintah-Nya, ruh mereka akan diambil dengan cara yang sangat lembut sehingga hanya menimbulkan rasa sakit yang sedikit.

Fenomena entropy ini juga memberikan pelajaran, bahwa segala energi yang dikerahkan untuk mengurangi efek entropy bukanlah suatu upaya untuk menentang takdir. Justru menjadi kewajiban karena energi tersebut adalah anugerah yang diberikan Allah khusus kepada manusia. Orang sakit yang mau berikhtiar untuk berobat mencari kesembuhan justru akan diganjar dengan pahala. Ketika peradaban semakin menjadi rusak, orang-orang beriman justru diperintahkan untuk berwasiat amar ma'ruf nahi mungkar. Orang-orang beriman dikatakan sebagai umat yang terbaik karena mereka melakukan tugas amar maruf nahi mungkar tersebut. Menciptakan keteraturan dan ketertiban adalah tugas orang-orang beriman sebagai khalifah di muka bumi.

Bila manusia sudah menjadi tidak peduli dengan sungai-sungai yang semakin kotor dan berbau, semakin terbiasa dengan kemungkaran, semakin terbiasa dengan kondisi kota yang semrawut, semakin terbiasa dengan kejahatan dan korupsi, semakin tidak peduli dengan sulitnya kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan yang baik, semakin tidak tersentuh dengan penderitaan orang-orang yang tidak beruntung, justru pada saat itulah manusia harus mempertanyakan kualitas keimanannya. 





Temukan artikel lainnya di http://www.lintas-islam.blogspot.com

Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click http://groups.yahoo.com/group/lintas-islam/join; atau kirim email kosong ke alamat: lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Lintas Islam akhlak, aqidah
Monday, February 27, 2012

Imam Ja'far as Sadiq

Hanya sedikit ulama yang selama berabad-abad telah berusaha menjembatani perbedaan antara Syiah dan Sunni, Sufi dan Salafi, Modernis dan Tradisionalis; dan lebih sedikit lagi yang dinaikkan begitu tinggi dalam keilmuan mereka dan diklaim dengan validitas yang sama oleh kaum Syiah dan Sunni, Sufi dan Salafi, Modernis dan Tradisionalis. Imam Ja'afar Sadiq adalah salah satu dari ulama tersebut. Kaum Syiah menganggap beliau sebagai Imam keenam. Kaum Sunni menganggap beliau sebagai seorang guru dari  mujtahidin besar, Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas. Para Sufi dari semua tariqah mendudukkannya dalam rantai periwayatan pengetahuan spiritual dari Nabi, kaum Salafi menerima hadis yang diriwayatkan melalui beliau, kaum modernis menganggap beliau sebagai guru dari beberapa saintis empiris dan rasional terbaik yang terkenal pada zamannya, dan tradisionalis mengikuti bimbingan beliau dalam hal iman dan ritual. Bila Sunnah Nabi adalah seperti batang pohon, Imam Ja'afar adalah salah satu cabang utamanya.

Imam Ja'afar mengajarkan rekonsiliasi dan persaudaraan di antara perselisihan agama dan sektarian. Mengenai Sunni ia berkata: "Berdoalah dengan suku mereka, ambil bagian dalam pemakaman mereka, kunjungi mereka yang sakit dan berikan kepada mereka apa yang menjadi hak mereka". Syekh Hisyam meriwayatkan doa berikut dari Imam Ja'afar tentang Abu Bakar as Siddiq RA dan Umar bin Al Khattab RA: "Ya Allah, Engkau adalah saksiku, bahwa aku mengasihi Abu Bakar dan aku mencintai Umar dan jika apa yang aku katakan tidak benar semoga Allah memutuskanku dari syafaat Muhammad". Sungguh berbeda pendekatan para Imam besar dengan pendekatan picik dari kaum Syiah dan Sunni hari ini yang menaruh pisau di leher saudara mereka yang lain karena mereka tenggelam di dalam kebodohan dan prasangka yang terakumulasi selama berabad-abad untuk melayani narasi sejarah yang mereka buat di masa lalu.

Imam Ja'afar as Sadiq adalah Syaikh dari Syaikh besar, guru dari Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi), Imam Malik (pendiri mazhab Maliki), Jabir bin Hayyan (Kimiawan) dan Wasil bin Atta (pendiri mazhab Muta'zilah). Keilmuannya mencakup esoteris dan juga eksoteris, ilmu Isyarah dan juga ilmu Ibarah, ilmu kalam dan ilmu hadis, sunnah, ilmu alam dan ilmu-ilmu sejarah. Dia adalah al-Hakim, orang bijaksana sejati sesuai Alquran, seorang alim yang lengkap yang mengerti bahwa Syariah diterapkan tidak hanya untuk dunia manusia tetapi juga untuk dunia semesta alam. Beliau menerapkan pengetahuan yang tajam untuk menciptakan pola Ilahi di dunia manusia melalui Fiqh, tetapi beliau juga melihat pola-pola di alam dan dalam sejarah dan beliau mengajarkannya kepada murid-muridnya. Beliau adalah pewaris dua rahasia, satu dari Abu Bakar as Siddiq RA, dan yang lain dari Ali bin Abi Thalib kwh.

Ja'far as Shadiq lahir di Madinah pada tanggal 20 April 702 Masehi dari rahim Ummu Farwa, yang merupakan cucu dari Muhammad bin Abi Bakr, salah seorang putra dari Abu Bakar as Siddiq, Khalifah Rasyidin pertama dalam Islam versi Sunni. Ayahnya adalah Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainul Abidin bin Hussein bin Ali bin Abi Thalib kwh yang dianggap oleh Syiah sebagai Imam kelima. Beliau adalah seorang ulama yang bekerja keras untuk menjembatani kesenjangan antara Syiah dan Sunni dan antara Islam dan agama lain. Tak heran jika Syiah dan Sunni, Sufi dan Salafi, tradisionalis dan modernis mengklaim beliau sebagai milik mereka.

Imam Ja'afar adalah seorang master dari Ilmu Ibarah dan Ilmu Isyarah. Ulama Islam klasik membagi pengetahuan ke dalam dua kategori besar, yaitu yang bisa diakses oleh pikiran dan yang hanya dapat diakses oleh hati. Yang termasuk kategori pertama adalah rasional, logika, matematika, sains, sosiologi, hadis dan kewajiban-kewajiban dan ritual-ritual agama. Pengetahuan ini dapat diajarkan dan dapat dipelajari dari seorang Alim. Ilmu ini disebut Ilmu Ibarah dari akar bahasa Arab Alif-Ba-Ra yang berarti menyeberang, seperti mengarungi dari satu tepi sungai ke tepi lainnya. Ini adalah pengetahuan yang diberikan kepada murid di dalam sekolah atau universitas. Pengetahuan hati, di sisi lain, tidak dapat diakses oleh pikiran tetapi hanya dapat diakses oleh hati. Yang termasuk dalam kategori ini termasuk cinta, kasih sayang, kerendahan hati (zuhud), kesalehan (wara), etika (akhlak) dan kesadaran akan kehadiran Ilahi. Pengetahuan ini tidak dapat diajarkan. Namun Syaikh besar dapat membantu murid-murid untuk membersihkan hati mereka dan membukakannya kepada kemungkinan yang tak terbatas dari ilmu Isyarah. Kadang-kadang, kedua aliran pengetahuan itu juga disebut sebagai Ilmu Ghaib (pengetahuan yang berada di luar persepsi) dan Ilmu Zahir (pengetahuan yang dapat diakses oleh persepsi). Terminologi ini konsisten dengan terminologi Quran. Namun, diskusi Ilmu ghaib adalah di luar lingkup tulisan ini.

Imam Ja'afar as Sadiq menjauhkan diri dari ketegangan politik pada masanya, dan berfokus pada mengajar dan mendidik masyarakat. Pilihan ini merupakan keuntungan besar bagi peradaban Islam. Ada kebijaksanaan dalam strategi ini. Sejarah berhutang budi kepada Imam Ja'afar as Sadiq atas dedikasi beliau bagi pengetahuan dan pengajaran yang menghasilkan tokoh-tokoh besar di bidang fikih, tasawuf, sains dan matematika.

Di bawah penguasa Umayyah, Ja'far as Sadiq dianggap oleh banyak pengikut Syiah sebagai imam Syi'ah keenam, dan bagaimanapun, Syiah dianggap bidah dan pemberontak oleh para khalifah Umayyah. Banyak kerabat Ja'far as Shadiq telah tewas di tangan Umayyah. Tak lama setelah kematian ayahnya, paman Ja'far as Sadiq, Zaid bin Ali memimpin pemberontakan melawan Bani Umayyah. Ja'far as Sadiq tidak berpartisipasi, tetapi banyak dari sanak saudaranya, termasuk pamannya tewas, dan lainnya dihukum oleh Khalifah Umayyah. Ada pemberontakan lain selama tahun-tahun terakhir dari Bani Umayyah, sebelum Bani Abbasiyah berhasil merebut kekhalifahan dan mendirikan dinasti Abbasiyah pada tahun 750 Masehi, ketika Ja'far as Shadiq berusia 48 tahun. 

Muhammad al-Baqir dan putranya, Ja'far as Sadiq, secara eksplisit menolak gagasan pemberontakan bersenjata. Banyak faksi pemberontak berusaha meyakinkan Ja'afar as Sadiq untuk mendukung klaim mereka. Ja'afar as Sadiq menghindari permintaan mereka tanpa secara eksplisit mengajukan klaimnya sendiri. As Sadiq menyatakan bahwa meskipun ia, sebagai imam yang ditunjuk, adalah pemimpin sejati umat, ia tidak akan mengajukan klaimnya untuk kekhalifahan. Kediaman politik Ja'far as Sadiq pada pandangan ini dikatakan telah melahirkan taqiyyah sebagai doktrin Syiah. Taqiyyah adalah doktrin Syiah yang mengatakan bahwa dibolehkan untuk menyembunyikan pendapat benar seseorang jika dengan mengungkapkannya, ia menempatkan diri sendiri atau orang lain dalam bahaya.

Para penguasa baru Abbasiyah, yang telah naik ke tampuk kekuasaan atas dasar klaim mereka atas keturunan mereka dari paman Nabi,  Abbas bin Abdul Muthalib, sangat curiga terhadap Ja'far as Sadiq, yang dianggap oleh banyak orang memiliki klaim yang lebih baik untuk kursi kekhalifahan. Banyak pengikut Zaid bin Ali yang siap untuk mengikuti Ja'afar as Sadiq dieksekusi secara kejam oleh Abbasiyah. 

Ja'far as Sadiq diawasi secara ketat dan sesekali dipenjarakan untuk memutuskan hubungan beliau dengan pengikutnya. Ja'afar as Sadiq menjalani penganiayaan dengan sabar dan melanjutkan studi dan menulis di mana pun beliau menemukan dirinya. Beliau meninggal pada tanggal 14 Desember 765 akibat diracuni oleh khalifah Al-Mansur. Beliau dimakamkan di Madinah, di kuburan terkenal Jannatul Baqi.

*****

Imam Ja'afar dikenal di dalam sejarah sebagai salah satu yang terbesar di antara para ulama dan guru. Metode mengajar pada masa itu adalah di dalam sebuah halaqah (lingkaran) atau setengah lingkaran di mana seorang Syaikh memberikan pengetahuan dan kebijaksanaan kepada mereka yang menghadiri halaqahnya. Imam Ja'far awalnya mengajarkan di halaqah yang dimulai oleh ayahnya Imam Baqir. Ketika pengunjung halaqah berkembang, halaqah diadakan di Masjid Nabawi di Madinah. Begitu besar pancarannya bahwa beliau segera menarik sejumlah besar murid. Di antara mereka yang sering mengunjungi halaqah di tahun-tahun awal adalah Imam Abu Hanifah yang mengatakan hubungannya dengan Imam Ja'afar as Shadiq: "Kalau bukan karena dua tahun bersama Ja'far as Shadiq, aku akan binasa". Beliau menyebut Imam Ja'far sebagai "ulama paling terpelajar yang pernah aku lihat". Referensi di sini adalah untuk transmisi pengetahuan rohani. Syariah memiliki dua aspek eksternal dan aspek internal. Aspek internal Syariah adalah sauh di mana aspek eksternal ditambatkan. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai Imam al-Azam (Imam Besar) di bidang fiqh. Seperti diakui oleh Imam Abu Hanifah, dasar-dasar spiritual dari mazhab fiqh Hanafi berhutang banyak kepada pengetahuan spiritual yang ditransmisikan oleh Imam Ja'far as Sa'adiq dan melalui rantai transmisi yang tak terputus dari para keturunan sampai kepada Ali bin Abi Thalib kwh dan Abu Bakar as Siddiq RA (bagi mereka yang ingin membenamkan diri ke dalam laut yang dalam ini) sampai kepada Nur Muhammad, Cahaya Muhammad SAW.

Ulama terkenal lain yang menghadiri halaqah Imam Ja'far adalah Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab fiqh Maliki. Sebagian besar mahasiswa hukum Islam tidak menyadari bahwa banyak dari Fiqh Maliki didasarkan pada putusan yang diberikan oleh Ali bin Abi Thalib kwh selama Kekhalifahan Umar bin Al Khattab RA. Imam Malik (711-795) dari Madinah lebih muda dari Imam Ja'far as Shadiq (700-765 M) dan Imam Abu Hanifah (699-767CE). Imam Malik berkata tentang Imam Ja'afar: "Aku adalah pengunjung tetap beliau selama beberapa waktu, dan aku tidak pernah melihat beliau sekali pun tanpa shalat, puasa atau membaca Al Qur'an." Pada generasi berikutnya setelah Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, Imam Syafi'i (d 820) dari Damaskus mempelajari ajaran Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dan mengembangkan mazhab fiqh Syafi'i. Fiqih Hambali yang tumbuh dari gerakan protes terhadap Muta'zilah menggunakan mazhab-mazhab fiqh  sebelumnya sebagai dasarnya. Jadi semua mazhab utama Fiqh, Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali dan Ja'fariya berhutang budi pada pengetahuan yang ditransmisikan oleh Imam Ja'afar as Sadiq.

Imam Ja'far bukan hanya seorang ulama Kalam, Sunnah dan Hadis. Ia juga seorang sejarawan dan master kimia, astronomi, matematika dan ilmu alam. Salah seorang muridnya, Jabir bin Hayyan, melanjutkan ajaran beliau untuk membedakan dirinya sebagai ahli kimia dan ahli matematika terkemuka pada masanya. Wasil bin Ata (w. 748 M) yang merupakan pendiri mazhab filsafat (rasional) Mutazilah juga murid yang menghadiri halaqah Imam Ja'afar.  Kelengkapan dan nafas keilmuan yang ditampilkan oleh Imam Ja'far konsisten dengan perintah Al-Quran untuk belajar tidak hanya ilmu-ilmu jiwa tetapi juga ilmu-ilmu alam dan sejarah karena di ketiga ilmu tersebut ada Tanda-tanda pola Ilahi. Quran menyatakan: "Kami akan menunjukkan kepada mereka ayat-ayat Kami di cakrawala dan di dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa itu memang kebenaran." (41, 53). Di cakrawala berarti dunia eksternal (zahir) manusia seperti sejarah, sosiologi dan dunia alam (ilmu-ilmu alam). Baru setelah abad ketujuh belas studi tentang Quran dan Sunnah dipisahkan dari studi sejarah dan ilmu alam di sekolah-sekolah Islam yang mendatangkan konsekuensi bencana bagi peradaban Islam.

Pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana mungkin bagi seseorang untuk memiliki pengetahuan tentang ilmu alam dan matematika dimana ia tidak belajar dari guru lainnya? Imam Ja'far as Sadiq dan ayahnya Imam Baqir mengetahui ilmu-ilmu ini jauh sebelum kitab-kitab Yunani, India, Cina, Persia dan lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pertanyaan ini mendalam dan membutuhkan jawaban yang serius. Kesulitan dalam menjawab pertanyaan ini muncul dari klaim oleh ilmu pengetahuan modern dan oleh manusia modern yang hanya mengakui bahwa metode empiris dan rasional hanyalah dua metode yang dapat diterima untuk memperoleh pengetahuan. Mereka tidak mengakui perolehan pengetahuan dengan cara supra-rasional atau transenden.

Hal ini telah menjadi kesulitan yang dihadapi oleh orang bijak sepanjang zaman. Orang-orang menertawakan orang-orang bijak karena mereka tidak bisa memahami kebijaksanaan dari orang-orang bijak. Bahkan lebih sulit lagi untuk memahami para nabi. Kaum Nuh menertawakannya saat ia membangun bahtera. Firaun memerintahkan bawahannya untuk membangun bangunan tinggi sehingga ia bisa "melihat" Tuhannya Musa!

Sebagian besar bahasa intuisi adalah Ilmu Isyarah. Ia dapat dirasakan, disinggung tetapi tidak dapat diajarkan. Beberapa dapat diakses rasio, beberapa tidak. Imam Ja'far as Sadiq adalah seorang wali. Melalui pelatihan, garis keturunannya, kesalehan, karakter dan hatinya yang telah disucikan mencerminkan kasih karunia Ilahi, intuisinya lebih besar dibandingkan kebanyakan orang. Jika dia mengatakan bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, itu bukan karena ia belajar dari orang Mesir atau Yunani tetapi karena pengetahuan yang diberikan oleh Allah (ilmu Laduni). Itu merupakan karunia Ilahi, diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.

Imam Muhammad al-Baqir dan Imam Ja'far as Sadiq tahu bahwa dunia Muslim akan dibanjiri dengan buku-buku dari para filsuf Yunani dan Alexandria dan bahwa umat Islam secara membabi buta akan menerima segala sesuatu yang mereka tulis sebagai kebenaran Injil. Dengan demikian, banyak teori yang salah dan keliru akan mengacaukan imajinasi mereka, merusak pikiran mereka, dan menempatkan mereka di bawah kegelapan total selama berabad-abad, seperti apa yang terjadi pada peradaban Yunani di masa lalu. Kedua Imam menjelaskan kepada murid-murid mereka teori-teori para filsuf, menunjukkan kesalahan mereka dan menyajikan teori-teori mereka sendiri yang benar. Demikian pula beliau mengajarkan mereka fisika, kimia, geografi dll sebelum mata pelajaran tersebut diterjemahkan dari bahasa India, Cina, Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab.

Kebangkitan intelektual penting umat Islam pada abad kedua Hijrah bukan karena pengaruh kebudayaan Hellenic atau pengaruh asing lainnya, seperti dikatakan oleh beberapa sejarawan Barat. Jika tidak ada kedua Imam tersebut yang meluruskan kesalahan-kesalahan dalam filsafat-filsafat Yunani, filsafat-filsafat Yunani tersebut hanya akan menjadi tumpukan buku-buku tua seperti yang terjadi di Yunani pada masa pra Islam. Buku-buku filsafat diabaikan oleh sebagian besar dari masyarakat Yunani, tetapi cerita tentang dewa-dewi diyakini dan menjadi bagian utama dari peradaban Yunani pra Islam. Melalui peradaban Islam, cerita tentang dewa-dewi ditinggalkan dan filsafat dikembangkan menjadi sains dan teknologi.

*****

Tulisan berikut ini diekstrak dari buku "The Great Muslim Scientist and Philosopher". Buku ini adalah sebuah terjemahan dari buku "Maghze Mutafakkir Jehan Shia", buku berbahasa Persia yang terkenal. Buku berbahasa Persia itu sendiri adalah sebuah terjemahan dari sebuah thesis berbahasa Perancis yang dipublikasikan oleh The Research Committee of Strasbourg, France, tentang kontribusi yang dibuat oleh Ja'far as Sadiq bagi sains, filosofi, literatur dan irfan (gnosticism). 'Kaukab Ali Mirza' mengerjakan terjemahan dari bahasa Persia ke bahasa Inggris.


Rotasi Bumi mengelilingi Matahari:

Pada usia 11 tahun, Imam Ja'far membantah teori bahwa matahari, bulan dan planet-planet berputar mengelilingi bumi. Beliau mengatakan bahwa matahari, selama perjalanannya memutari bumi, melewati 12 rasi bintang dalam satu tahun dan tetap di setiap konstelasi selama 30 hari, jadi mengapa ia kemudian menghilang dari pandangan pada malam hari. Ia seharusnya tetap terlihat di konstelasi masing-masing selama 30 hari. Teori Ptolemy mengatakan bahwa matahari memiliki dua gerakan. Salah satu gerakannya adalah bahwa ia melintasi tanda zodiak dan bergerak mengelilingi bumi dalam satu tahun dan gerakan lainnya adalah bahwa ia bergerak mengelilingi bumi dalam satu malam dan satu hari, sebagai akibatnya kita dapat melihatnya terbit di timur dan terbenam di barat.

Ptolemy adalah seorang ahli geografi dan astronom yang lahir di Alexandria pada abad ke-2 SM. Ia memperkaya pengetahuannya dengan membaca buku-buku ilmuwan besar Yunani di perpustakaan Alexandria. Dia meminjam dari Euclid, matematikawan besar, ide bahwa matahari berputar mengelilingi bumi dan kemudian mengembangkan teorinya sendiri yang dikenal sebagai Sistem Ptolomeus. Sejak itu sampai abad ke-8 SM tidak ada yang membantah teori ini.

Aristoteles adalah seorang pemikir dan filsuf  besar. Buku-bukunya, Arganan dan Fisika, adalah harta yang paling berharga bagi umat manusia, tetapi teorinya bahwa bumi diam dan matahari dan bintang-bintang berputar di sekitarnya, menunda kemajuan ilmu Astronomi dan manusia terus berada dalam kegelapan kebodohan selama 1800 tahun.

Imam Ja'far mengatakan bahwa kedua gerakan itu tidak kompatibel. Ketika matahari harus melewati tanda zodiak dalam satu tahun dan tinggal di konstelasi masing-masing selama 30 hari bagaimana ia bisa mengubah arah dan pergi mengelilingi bumi dalam 24 jam?

Ia juga mengatakan bahwa bumi berputar mengelilingi porosnya sendiri. Poincares, ilmuwan besar yang hidup di abad ke-20 menertawakan teori ini. Ketika seorang ilmuwan di abad ke-20 bisa menolak untuk percaya teori ini, bagaimana mungkin orang yang hidup di abad ke-1 dan ke-2 Hijriah bisa percaya kepada teori Imam Ja'far? Rotasi bumi pada porosnya sendiri dapat dibuktikan dengan pengamatan saja. Ketika astronot mendarat di permukaan bulan, dan mengarahkan teleskop mereka terhadap bumi mereka melihat bahwa ia berputar perlahan pada porosnya.

Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa hanya melalui dugaan bahwa Imam Ja'far as-Sadiq mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya sendiri. Kadang-kadang terjadi bahwa dugaan terbukti benar. Tapi muncul pertanyaan mengapa tidak ada orang lain yang telah menduga untuk waktu yang lama. Ini membuktikan bahwa beliau tahu hukum astro-fisika yang memungkinkannya untuk membuat penemuan itu. Jika beliau tidak tahu hukum-hukum tersebut, maka tidak mungkin baginya untuk menemukan rotasi bumi pada porosnya. Penemuan ini tidak mungkin tanpa disengaja. Seseorang harus tahu penyebab untuk mengetahui efeknya.

Tragisnya, karena alasan tersebut di atas, kredit dari penemuan gerakan putaran bumi mengelilingi matahari diberikan kepada Copernicus yang adalah seorang astronom dan ahli matematika di abad ke-15. Teori rotasi bumi mengelilingi porosnya sendiri jatuh kepada Galileo yang menemukan teleskop.


Teori Empat Elemen:

Pada usia 12 tahun, Imam Ja'afar menolak teori Empat Elemen Aristoteles dan membuktikan bahwa itu salah. Ia berkata: "Aku tidak tahu bagaimana orang seperti Aristoteles bisa mengatakan bahwa di dunia hanya ada empat elemen - Tanah, Air, Api, dan Udara. Tanah bukanlah elemen karena berisi banyak unsur (elemen). Setiap logam, yang ada di bumi, adalah sebuah elemen.

Selama 1.000 tahun teori ini tidak pernah terbantahkan, dan tetap menjadi batu sandungan fisika. Imam Ja'far as Sadiq membuktikan bahwa Air, Udara, dan Api juga bukan elemen, tetapi campuran elemen. Hal itu dikatakannya 1.100 tahun sebelum ilmuwan Eropa menemukan bahwa udara bukanlah elemen dan telah memisahkan konstituennya. Untuk memperoleh fakta bahwa Air bukanlah elemen, tetapi campuran elemen, tidaklah mungkin untuk disimpulkan pada masa dan usia Imam Ja'far. Dia mengatakan bahwa ada banyak elemen di udara dan bahwa mereka semua sangat penting untuk pernapasan.

Barulah pada abad ke-18, yang dianggap zaman keemasan ilmu pengetahuan, setelah Lavoisier memisahkan oksigen dari udara dan menunjukkan peran penting yang dimainkannya dalam pernapasan dan pembakaran, maka mereka menerima bahwa udara bukanlah suatu elemen. Namun, kemudian mereka berpendapat bahwa unsur-unsur lain tidak berperan dalam pernapasan. Pada pertengahan abad ke-19, barulah para saintis mengubah pandangan mereka tentang peranan yang dimainkan oleh elemen-elemen lain dari udara dalam pernapasan. Pada saat itu juga dibuktikan bahwa meskipun oksigen memurnikan darah, ia juga membakar bahan-bahan yang mudah terbakar yang bersentuhan dengan oksigen. Jika makhluk hidup bernapas dengan oksigen murni untuk waktu yang lama, organ pernapasan mereka akan teroksidasi. Oksigen tidak merusak organ pernapasan mereka karena bercampur dengan gas lainnya. Oleh karena itu, mereka menyimpulkan bahwa kehadiran gas-gas lainnya walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit di udara juga penting untuk pernapasan.

Selain itu, oksigen yang merupakan gas paling berat dari semua gas lain di udara akan mengendap di bagian bawah dan menutupi permukaan bumi sampai kedalaman tertentu. Akibatnya, organ pernapasan dari semua hewan akan terbakar dan kehidupan hewan akan punah. Selain itu, ia akan memotong suplai karbon dioksida, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tidak memungkinkan tanaman untuk tumbuh di permukaan bumi. Adanya gas lain di udara tidak membiarkan oksigen mengendap turun ke bawah dan menghancurkan hewan dan tumbuhan.

Akhirnya, setelah lebih dari 1000 tahun, teori Imam Ja'far as Sadiq bahwa kehadiran dari semua gas di udara sangat penting untuk pernapasan itu terbukti benar. Beliau adalah orang pertama yang menemukan bahwa oksigen menghasilkan keasaman. Waktu tidak memungkinkan beliau untuk membuatnya dikenal oleh dunia, tetapi beliau memang terbukti pelopor dan pemimpin dalam studi ilmiah oksigen.



Asal-usul Alam Semesta:

Teori Imam Ja'far lainnya yang indah adalah tentang 'Asal-usul Alam Semesta'. Ketika para saintis modern membaca teori ini mereka akan mengkonfirmasi bahwa teori tersebut benar-benar sesuai dengan teori modern, yang belum menjadi sebuah hukum fisika. Namun, ia memiliki perbedaan yang unik bahwa teori tersebut telah diucapkan 12 abad yang lalu. Teori ini berbunyi sebagai berikut:

"Alam semesta lahir dari sebuah partikel kecil, yang memiliki dua kutub yang berlawanan. Partikel itu menghasilkan atom. Dengan cara ini materi muncul menjadi ada. Kemudian materi ini menjadi beragam. Keberagaman ini disebabkan oleh kepadatan atau kelangkaan dari atom-atom."

Hal yang paling signifikan dalam teori ini adalah deskripsi dari dua kutub yang berlawanan. Pentingnya point ini disadari ketika keberadaan dua kutub yang berlawanan telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Hari ini teori tersebut adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan dalam ilmu atom dan elektronik.

Satu lagi teori yang menarik adalah bahwa alam semesta tidak selalu dalam satu kondisi yang sama. Dalam satu periode mengembang (ekspansi) dan pada periode lain menyusut (kontraksi).

Fenomena ini dianggap selama berabad-abad sebagai 'tak terbayangkan' dan teori tersebut tidak dapat dipahami secara penuh oleh para astronom terkemuka. Setelah abad ke-18 teleskop yang kuat makin banyak dibangun dan para astronom bisa melihat benda langit di luar tata surya kita. Adalah pada tahun 1960 bahwa telah diamati dan dikonfirmasi oleh para astronom bahwa jarak antara galaksi kita dengan galaksi tetangga meningkat. Observasi ini telah menyediakan bukti yang cukup bahwa alam semesta berada dalam keadaan mengembang (ekspansi). Kita tidak tahu kapan ekspansi ini dimulai. Penemuan lubang hitam telah membuktikan pernyataan lain bahwa alam semesta kadang-kadang menyusut (kontraksi) juga terbukti benar. Oleh karena itu teori Imam Ja'far itu terbukti benar.

Imam Ja'afar juga menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta termasuk benda mati, selalu bergerak meskipun kita tidak melihatnya. Tidak ada sesuatu pun yang tanpa gerak.

Teori ini, yang tidak bisa diterima di masanya, adalah merupakan fakta ilmiah pada hari ini. Tidak mungkin membayangkan, menjelaskan dan menggambarkan obyek dalam alam semesta, yang tanpa gerak. Gerakan adalah esensi dari keberadaan. Jika tidak ada gerak maka ia tidak ada. Ia adalah gerakan terus-menerus dari Sang pencipta kehidupan. Dengan kata lain gerakan abadi itu sendiri adalah kehidupan. Jika gerakan berhenti, kehidupan tidak akan ada lagi. Adalah merupakan kehendak Allah bahwa gerakan abadi tidak pernah berhenti dan siklus kehidupan terus berlanjut. Gerakan abadi ini akan terus berlanjut sampai saat yang dikehendaki-Nya.

Jabir, muridnya pernah bertanya kepada Imam "Bagaimana pergerakan bintang-bintang menjaga mereka agar tidak jatuh?"

Imam Ja'far menjawab: "Taruh batu pada sebuah gendongan dan putarkan mengitari kepalamu. Batu akan tetap berada pada gendongan selama engkau memutarnya. Tetapi begitu engkau berhenti memutar, batu itu akan jatuh ke tanah.. Dengan cara yang sama gerakan abadi dari bintang-bintang menjaga mereka agar tidak jatuh ke bawah."


Kontribusi dalam Fisika:

Imam Ja'far as Sadiq membuat banyak penemuan dalam fisika yang tak seorang pun bahkan memimpikannya sebelum atau setelah masa beliau. Salah satu hukum yang dinyatakan olehnya adalah tentang keburaman dan transparansi dari material-material. Beliau mengatakan bahwa material-material yang padat dan penyerap adalah berwarna buram, dan material-material yang padat dan penolak adalah transparan. Ketika beliau ditanya tentang sesuatu yang diserap oleh material buram, beliau menjawab "Panas".

Hari ini teori tersebut adalah merupakan salah satu dari Hukum Fisika. Betapa indahnya bahwa pada abad ke-2 H, ia bisa mengucapkan suatu teori baru dan unik.


Kontribusi dalam Sastra:

Imam Ja'far as Sadiq mendefinisikan 'Sastra' sebagai definisi yang tak ada seorang pun pernah membantahnya selama dua belas abad terakhir. Beliau berkata: "Sastra adalah pakaian yang seseorang kenakan pada apa yang ia katakan atau tulis sehingga ia mungkin tampak lebih menarik." Beliau lebih lanjut mengatakan bahwa adalah mungkin bahwa sastra mungkin tidak memiliki pengetahuan, tetapi tidak ada pengetahuan tanpa sastra. Setiap jenis pengetahuan berisi sastra, tetapi setiap jenis sastra tidak selalu mengandung pengetahuan. Ini memang definisi ringkas dan komprehensif tentang hubungan antara pengetahuan dan sastra.

Imam Ja'far memang pelopor untuk memulai jaman sastra. Jika ia tidak mengambil langkah pertama dan memberikan dorongan kepada para saintis dan para sastrawan, tidak akan ada kebangkitan sastra dan tidak ada Renaissance dari pengetahuan.


Komposisi Tubuh Manusia:

Imam Ja'far mengatakan bahwa sementara semua manusia diciptakan dari tanah (bumi), yang merupakan suatu fakta yang diketahui, ia juga mengatakan bahwa apa yang ada di bumi (tanah) juga ada di dalam tubuh manusia, tetapi semua unsur (elemen) ini tidak dalam proporsi yang sama. Empat unsur adalah dalam jumlah yang sangat besar, delapan unsur berada dalam jumlah kecil dan delapan unsur berada dalam jumlah yang sangat kecil. Teori ini terbukti benar pada akhir abad ke-18 dengan penguraian tubuh manusia. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa rasio unsur-unsur utama dalam tubuh manusia adalah sama di seluruh dunia seperti yang dikatakan oleh Imam Ja'far as Sadiq. Keempat unsur yang berada dalam jumlah besar dalam tubuh manusia adalah: Oksigen, Karbon, Hidrogen dan Nitrogen. Delapan unsur yang berada dalam jumlah kecil adalah: Magnesium, Sodium, Potasium, Kalsium, Fosfor, Sulfur, Besi, dan Klor. Delapan unsur lainnya yang berada dalam jumlah yang sangat kecil adalah: Molibdenum, Cobalt, Mangan, Tembaga, Seng, Fluorin, Silikon dan Iodin.


Penemuan Hidrogen:

Menurut dunia Barat, keajaiban terbesar Imam Ja'far adalah wahyu tentang adanya oksigen di udara. Dunia barat mengakui sekarang bahwa Imam Ja'far telah menemukan teori ini dua belas setengah abad yang lalu. Imam Baqir telah mengatakan tentang adanya hidrogen di dalam air dan bahwa air dapat berubah menjadi api, karena hidrogen adalah gas yang sangat mudah terbakar. Penemuan kedua gas tersebut tergantung pada pemisahan mereka dari udara dan air. Pemisahan hidrogen dari air lebih sulit daripada pemisahan oksigen dari udara. Oksigen murni tersedia di udara, tetapi hidrogen murni tidak tersedia di mana saja. Oleh karena itu hidrogen tidak dapat diperoleh sampai tenaga listrik yang cukup berhasil dikembangkan dan air dihidrolisis. Dunia heran tentang bagaimana para imam bisa mengungkapkan adanya hidrogen di udara yang merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa dan tidak ada secara bebas di alam. Mereka tidak bisa mengidentifikasikan gas-gas ini dan menemukan sifat-sifatnya tanpa memisahkannya dari air melalui proses hidrolisis, yang tidak mungkin dapat dilakukan tanpa arus listrik yang kuat.

Orang pertama yang mampu memisahkan hidrogen dari air di zaman modern adalah ilmuwan Inggris Henry Cavendish, yang meninggal pada tahun 1810. Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian dia mampu menghidrolisis air dan mendapatkan gas hidrogen. Ia juga dapat mengkonfirmasi bahwa gas hidrogen adalah sangat mudah terbakar sebagai akibat dari kecelakaan aneh pada saat ia melakukan eksperimen, yang mengakibatkan kebakaran rumahnya. Akhirnya Lavoisier, ahli kimia Perancis, yang memberi nama hidrogen untuk gas ini.


Teori Cahaya:

Kontribusi besar lain bagi ilmu pengetahuan oleh Imam Jafar as Sadiq adalah Teori Cahaya. Beliau mengatakan bahwa cahaya yang dipantulkan oleh obyek-obyek yang berbeda datang kepada kita, tetapi hanya sebagian dari sinar memasuki mata kita. Itulah alasan mengapa kita tidak dapat melihat obyek yang jauh dengan jelas.

Jika semua sinar cahaya yang datang dari mereka memasuki mata kita, obyek akan muncul dekat dengan kita. Jika kita membuat suatu perangkat melalui mana semua sinar cahaya yang datang dari penggembalaan unta pada jarak 3000 zirah (satu zirah adalah 40 inci) memasuki mata kita, maka kita akan melihat mereka merumput pada jarak hanya 60 zirah misalnya. Semua obyek ini akan terlihat 50 kali lebih dekat kepada kita.

Teori ini menyebar luas melalui murid-muridnya dan mencapai Eropa pula.

Adalah teori ini, yang membantu Lippershey dari Flanders untuk membuat teropong pertamanya pada tahun 1608. Galileo memanfaatkan teropong ini dan menemukan teleskop pada tahun 1610. Jika Imam Ja'far tidak merumuskan teori cahaya, teropong dan teleskop tidak akan ditemukan dan dibuat, dan Galileo tidak akan bisa mengkonfirmasi melalui pengamatan visual mengenai teori Copernicus dan Kepler bahwa semua planet termasuk bumi berputar mengelilingi matahari. Ketika Galileo ditanya mengapa teleskop membuat benda-benda langit terlihat begitu dekat sehingga mereka bisa melihat pegunungan bulan, dia mengulangi kata-kata Imam Ja'far as Sadiq dan berkata: "teleskop ini mengumpulkan semua sinar cahaya yang datang dari benda-benda langit Ketika semua sinar cahaya yang datang dari benda-benda langit terkonsentrasi, obyek yang berada pada jarak 3.000 meter muncul di depan kita seolah-olah mereka pada jarak hanya 60 meter. "

Sebelum masa Imam Ja'afar, diyakini bahwa cahaya dari mata kita jatuh pada obyek yang berbeda sehingga mereka bisa dilihat. Beliau adalah orang pertama yang mengatakan bahwa "sinar cahaya dari objek yang berbeda datang ke mata kita dan memungkinkan kita untuk melihat mereka. Sinar cahaya dari mata kita tidak pergi keluar dan jatuh pada objek lain, jika seperti itu kita akan dapat melihat mereka dalam kegelapan juga. "

Imam Ja'afar juga mengajukan sebuah teori yang sangat menarik tentang kecepatan cahaya. Dia mengatakan bahwa cahaya adalah semacam gerakan yang sangat cepat. Hal ini selaras dengan teori modern cahaya.

Imam Ja'afar pernah mengatakan selama halaqah bahwa sinar cahaya yang kuat bisa memindahkan benda yang berat. Cahaya yang Musa lihat di Gunung Sinai adalah semacam itu. Ia dapat memindahkan gunung jika Allah menghendaki. Dapat dikatakan bahwa dengan membuat pernyataan ini, ia meletakkan dasar dari teori laser.


Teori Transfer Penyakit oleh Sinar:

Imam Ja'far as Sadiq mengatakan bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu memancarkan sinar jenis khusus. Jika sinar ini jatuh pada orang yang sehat, mereka cenderung untuk membuatnya sakit.

Teori ini tidak diterima oleh dokter dan ahli biologi. Mereka berpendapat bahwa mikroba dan virus adalah penyebab utama dari banyak penyakit yang disebarkan oleh serangga, udara, air, makanan dan kontak langsung dan tidak langsung dengan pasien.

Tidak ada seorang pun sebelum Imam, pernah mengatakan bahwa penyakit juga ditransfer dari satu orang ke orang lain dengan cara sinar, yang dipancarkan dari pasien yang menderita penyakit tertentu. Ide ini diejek oleh orang-orang terpelajar sampai hal itu terbukti benar oleh penelitian ilmiah.


Teori Materi dan Anti-Materi:

Salah satu teori yang unik dari Imam Ja'far as Sadiq adalah bahwa segala sesuatu kecuali Allah memiliki lawan, tetapi ini tidak mengakibatkan konflik, jika tidak seluruh alam semesta akan hancur. Ini adalah teori tentang materi dan anti-materi. Perbedaan antara materi dan anti-materi adalah bahwa di dalam materi elektron bermuatan negatif dan proton bermuatan positif. Namun di dalam anti-materi, elektron bermuatan positif dan proton bermuatan negatif. Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa jika satu kilogram materi bertabrakan dengan satu kilogram anti-materi, begitu banyak energi akan dilepaskan sehingga seluruh dunia akan hancur.

Profesor Alfven berpendapat bahwa tidak ada sumber lain di alam semesta, yang dapat menghasilkan energi begitu besar seperti quasar, kecuali ledakan akibat tumbukan materi dengan anti-materi.

Sama seperti uranium yang digunakan untuk meledakkan bom atom, helium akan digunakan untuk meledakkan materi dengan anti-materi. Ilmuwan Rusia telah berhasil memperoleh anti-materi helium.


Teori Cahaya Bintang:

Imam Ja'far as Sadiq mengatakan bahwa di antara kelompok bintang yang kita lihat di malam hari, ada yang sangat terang dan cukup signifikan bila dibandingkan dengan matahari kita.

Karena keterbatasan pengetahuan manusia, banyak orang pada masa Imam Ja'afar dan abad-abad setelahnya, menganggap teori ini tidak logis, tidak rasional dan tidak bisa diterima. Mereka tidak percaya bahwa bintik kecil cahaya yang disebut bintang-bintang, bisa memiliki lebih banyak cahaya daripada cahaya matahari kita yang besar dan cerah.

Kira-kira dua belas setengah abad kemudian, terbukti bahwa apa yang dia katakan benar. Telah ditemukan bahwa ada bintang di alam semesta, yang miliaran kali lebih terang dari matahari. Mereka disebut quasar. Cahaya quasar adalah sekitar kuadriliun kali (sepuluh ribu milyar kali) cahaya matahari kita. Beberapa dari mereka berada pada jarak sekitar 9.000 juta tahun cahaya dari bumi. Quasar pertama tersebut ditemukan pada tahun 1927.

Teori lain yang penting adalah bahwa ada banyak dunia lain selain dunia kita sendiri, bahwa kita bahkan tidak dapat menghitungnya. Jumlah mereka hanya dalam pengetahuan Allah (swt). Sama seperti kita makhluk hidup di planet ini, ada makhluk hidup di planet lain di alam semesta di mana terdapat kondisi yang cocok.

Teleskop kita hari ini bahkan tidak cukup kuat untuk memungkinkan kita melihat apa yang di luar quasar. Oleh karena itu kita tidak tahu seberapa besar alam semesta ini. Kita hanya dapat menduga bahwa di alam semesta akan ada jutaan dan jutaan dunia, yang telah ada selama miliaran tahun dan akan terus ada selama miliaran tahun yang akan datang.

Karena itu kita harus menerima sebagaimana Imam Ja'far as Sadiq katakan, bahwa, tidak ada seorang pun kecuali Allah (swt) yang tahu jumlah dunia yang besar dan kecil.


Pencemaran Lingkungan:

Imam Ja'far as Sadiq mengatakan bahwa kita tidak boleh mencemari lingkungan kita, jika tidak maka akan menjadi mustahil untuk hidup di planet ini. Jelas dia mempunyai zaman kita dalam pikirannya ketika ia membuat pernyataan tersebut. Polusi bukan masalah di masanya. Tidak ada satu pun pabrik yang ada di masa itu dan logam-logam dilebur dalam tungku kecil dengan membakar kayu. Ini bukan teori tetapi fakta ilmiah yang tidak dapat dibantah. Diperkirakan bahwa jika peningkatan polusi udara pada tingkat sekarang berlanjut selama 50 tahun lebih, 50% dari plankton akan mati dan jumlah oksigen di udara akan berkurang dengan proporsi yang sama.

Negara kaya Jepang mengabaikan saran dari Imam Ja'far as Sadiq dan mencemari lingkungan dan menderita akibatnya. Setelah Perang Dunia II, di mana Jepang dikalahkan, pendapatan tahunan rata-rata pekerja Jepang hanya US $30. Hari ini adalah US $500. Dalam memproduksi kapal, radio, TV, tape-recorder, komputer, kain rayon, dll  telah melahirkan berbagai penyakit yang tidak pernah diketahui telah ada sebelumnya. Sebuah penyakit baru dan berbahaya telah muncul baru-baru ini di Jepang. Penyakit ini disebut Eta Eta karena pasien menangis Eta Eta dalam kesakitan. Gejala pertama penyakit ini adalah sakit parah dan tak tertahankan di dalam tulang. Setelah beberapa waktu, tulang menjadi rapuh sehingga mereka pecah menjadi potongan-potongan seperti kaca. Penyebab penyakit ini adalah akumulasi dalam jumlah besar kadmium di dalam tubuh karena meminum air dan mengkonsumsi produk-produk pertanian yang telah terkontaminasi oleh unsur kadmium. Penyakit baru lain telah muncul di Kyushu di Jepang. Mereka yang menderita penyakit ini kehilangan penglihatan mereka dan jaringan tubuh mereka lenyap. Akibatnya, mereka tidak bisa menggerakkan anggota tubuh mereka. Jika mereka tidak diperlakukan dengan benar mereka secara bertahap akan mati. Penyebab penyakit ini adalah akumulasi merkuri di dalam tubuh melalui air dan makanan  yang tercemar.

Sejak zaman Hippocrates, dokter Yunani terkenal, sampai hari ini sekitar 40.000 jenis penyakit telah didiagnosa, gejala mereka dicatat dan pengobatan telah diresepkan. Tetapi penyakit yang telah muncul di Jepang karena polusi lingkungan mereka adalah tidak diketahui oleh ilmu kedokteran.


Sains dan Filsafat:

Imam Ja'far as Sadiq tidak hanya seorang pemimpin agama, tetapi ilmuwan, filsuf dan seorang sastrawan. Mereka digunakan untuk mengajar teologi, filsuf, ilmu pengetahuan dan sastra. Beliau adalah sarjana pertama di dunia yang membedakan antara sains dan filsafat. Tidak ada orang sebelumnya yang menaruh perhatian pada point yang penting bahwa mereka adalah dua subyek yang berbeda. Beliau mengatakan, sementara menunjukkan perbedaan antara keduanya yang mengejutkan banyak filsuf. Mereka dapat dibagi dalam dua bagian.

Bagian pertama berbunyi sebagai berikut: "Sains dan filsafat adalah dua mata pelajaran yang berbeda Sains memberikan kita hasil yang pasti dan tepat bahkan jika mereka kecil dan tidak berarti. Tetapi filsafat tidak melayani tujuan praktis dan tidak memberikan hasil yang bermanfaat..."

Bagian kedua berbunyi sebagai berikut: "Namun, adalah di luar ruang lingkup sains untuk menemukan kebenaran hakiki; tetapi adalah di dalam domain filsafat untuk melakukan hal itu."

Karena Imam Ja'afar adalah seorang pemimpin agama, beliau sudah mengetahui kebenaran melalui agama dan tidak ingin menemukannya melalui filsafat. Namun, adalah keyakinan kuatnya bahwa filsafat akan memecahkan banyak masalah. Beliau karena itu lebih tertarik pada filsafat daripada sains karena ia membantu untuk mengenali Sang Pencipta.

Imam Ja'far as Sadiq bukanlah seorang dokter sebagai profesi, tetapi dia memperkenalkan dan merumuskan metode diagnosis dan pengobatan di bidang kedokteran. Sarjana Barat merasa sulit untuk percaya bagaimana bahwa beliau bisa merumuskan diagnosis tertentu dalam usia dan masa itu.



Saran Baik untuk Ibu:

Imam Ja'far as Sadiq telah menyarankan para ibu bahwa mereka harus meletakkan bayi mereka yang baru lahir untuk tidur di sisi kiri mereka.

Selama berabad-abad saran ini dianggap oleh banyak orang sebagai tidak berarti dan tidak masuk akal karena tidak ada yang bisa melihat kegunaan dalam menempatkan bayi untuk tidur di sisi kiri ibu. Beberapa orang bahkan berkomentar bahwa berbahaya untuk mengikuti saran beliau. Ibu dapat berputar saat tidur dan menindih bayi sampai mati. Tak seorang pun di Timur atau Barat mengikuti saran yang serius ini. Bahkan selama periode Renaisans, ketika para sarjana di Eropa mempelajari setiap teori secara kritis, tidak ada yang berusaha untuk mencoba mencari tahu apakah saran itu memiliki dasar ilmiah.

Pada tahun 1865, Ezra Cornell mendirikan Universitas Cornell di NYK. Di universitas ini ia membentuk di bawah jurusan kedokteran, sebuah lembaga untuk Penelitian Bayi Baru Lahir dan Menyusui. Seorang sarjana penelitian lembaga ini yang melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia, mengamati bahwa ibu-ibu di setiap negara membawa bayi mereka di lengan kiri. Para dokter di lembaga ini mengamati bahwa bayi yang ditidurkan di sisi kiri dari ibu mereka tidur lebih nyenyak dan damai tetapi mereka yang diletakkan di sisi kanan, bangun sesekali dan menangis. Dilaporkan bahwa selama beberapa hari pertama setelah kelahiran mereka, bayi tidak akan dapat beristirahat sama sekali, jika mereka tidak berada di sisi kiri ibu mereka.

Setelah penemuan holografi, gambar holografik dari bayi yang belum lahir diambil yang mengungkapkan bahwa detak jantung ibu sampai ke telinga bayi di dalam kandungan. Percobaan dilakukan pada mamalia yang berbeda untuk mengetahui reaksi janin. Semua percobaan menunjukkan bahwa setiap kali jantung ibu berhenti berdetak, janin menjadi tidak dapat beristirahat dan gelisah, karena ia makan darah, yang datang kepadanya pada setiap detak jantung.

Percobaan ini membuktikan bahwa bayi-bayi yang belum lahir tidak hanya terbiasa untuk mendengar detak jantung ibu mereka, tetapi keberadaan mereka tergantung pada detak jantung. Arti detak jantung bagi mereka adalah pasokan konstan makanan. Berhentinya detak jantung merupakan sinyal kelaparan dan kematian. Mereka sangat tergantung pada detak jantung yang bahkan setelah mereka lahir, mereka menjadi gelisah jika mereka tidak mendengarnya. Bayi yang baru lahir mengetahui detak jantung ibunya cukup baik dan itulah sebabnya mereka dapat tidur dengan nyaman dan damai, bila diletakkan di sisi kiri ibu mereka karena bisa mendengar detak jantung dengan jelas.

Jika Universitas Cornell belum didirikan dan penelitian tentang bayi tidak dilakukan, tidak seorang pun akan menyadari pentingnya saran Ilmiah dari Imam Ja'far Sadiq bahwa ibu seharusnya meletakkan bayi mereka untuk tidur di sisi kiri mereka.

Imam Ja'far as-Sadiq mendahului waktunya 1.100 tahun ke depan.





Temukan artikel lainnya di http://www.lintas-islam.blogspot.com

Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click http://groups.yahoo.com/group/lintas-islam/join; atau kirim email kosong ke alamat: lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Lintas Islam fiqh, sejarah, tokoh