Islam Untuk Semua Umat

Monday, May 30, 2011

ANALISIS 9/11: Dari Ronald Reagan dan Perang Soviet-Afghan sampai George W Bush dan September 11, 2001


Artikel ini merupakan summary dari tulisan awal mengenai 9/11 dan peran Al Qaeda dalam kebijakan luar negeri Amerika (AS) oleh Michel Chossudovsky, "War on Terrorisme", Global Research, 2005.

Perang Soviet-Afghan adalah bagian dari sebuah agenda rahasia CIA dimulai pada masa administrasi Carter sebelum invasi Soviet, yang terdiri dari menyokong dan mendanai secara aktif brigade-brigade Islam, yang kemudian dikenal sebagai Al Qaeda.

Rezim militer Pakistan bermain dari awal pada akhir tahun 1970, sebagai peran kunci dalam operasi-operasi intelijen dan militer yang disponsori Amerika di Afghanistan. Pada era Pasca Perang Dingin, peran sentral Pakistan ini dalam operasi-operasi intelijen Amerika diperpanjang ke wilayah Asia Tengah - Timur Tengah yang lebih luas. Dari awal perang Soviet-Afghan pada tahun 1979, Pakistan di bawah pemerintahan militer menyokong brigade-brigade Islam secara aktif. Dalam hubungan dekat dengan CIA, intelijen militer Pakistan, Inter Services Intelligence (ISI), menjadi sebuah organisasi yang berkuasa, sebuah pemerintah paralel, memiliki pengaruh dan kekuasaan yang sangat besar.

"Menurut versi resmi sejarah, bantuan CIA kepada Mujahidin dimulai pada tahun 1980, seperti itu dikatakan, setelah angkatan darat Soviet menginvasi Afghanistan, 24 Desember 1979. Tetapi kenyataannya, dijaga secara rahasia sampai sekarang, adalah sebaliknya. Sesungguhnya, adalah 3 Juli 1979, Presiden Carter menandatangani perintah pertama untuk bantuan rahasia kepada lawan dari rezim pro-Soviet di Kabul. Pada hari itu, Aku menulis sebuah catatan kepada presiden yang mana Aku menjelaskan kepadanya bahwa menurut pendapatku bantuan ini akan memancing suatu intervensi militer Soviet." (Mantan penasihat National Security Zbigniew Brzezinski, Interview dengan Le Nouvel Observateur, 15-21 January 1998)

Dalam memoir-memoir yang dipublikasikan Defense Secretary Robert Gates, yang memegang posisi deputy CIA Director pada perang Soviet-Afghan, Intelijen AS terlibat secara langsung dari awal, sebelum invasi Soviet, dalam menyalurkan bantuan kepada brigade-brigade Islam.

Dengan dukungan CIA dan penyaluran jumlah besar bantuan militer AS, ISI Pakistan telah membangun ke dalam sebuah "struktur paralel memegang kekuasaan sangat besar atas semua aspek pemerintahan". (Dipankar Banerjee, "Possible Connection of ISI With Drug Industry", India Abroad, 2 December 1994). ISI memiliki sebuah staff yang beranggotakan pejabat-pejabat intelijen dan militer, para birokrat, para agen rahasia dan para informan, diestimasikan 150.000 orang. (Ibid)

Sementara itu, operasi-operasi CIA juga diperkuat rezim militer Pakistan yang dipimpin oleh Jenderal Zia Ul Haq:

"Hubungan antara CIA dan ISI berkembang hangat setelah Zia mengusir Bhutto dan kemunculan rezim militer... Selama perang Afghan, Pakistan secara lebih agresif anti Soviet bahkan lebih daripada AS sendiri. Segera setelah militer Soviet menginvasi Afghanistan pada tahun 1980, Zia [ul Haq] mengirim kepala ISI nya untuk mendestabilisasi negara-negara Asia Tengah Soviet. CIA hanya menyetujui rencana ini pada October 1984." (Ibid)

ISI beroperasi secara maya sebagai affiliate CIA, memainkan suatu peran sentral dalam menyalurkan support kepada kelompok paramiliter Islam di Afghanistan dan berikutnya kepada republik-republik Muslim dari bekas Uni Soviet.

Berbuat atas nama CIA, ISI juga terlibat dalam perekrutan dan training Mujahidin. Dalam periode sepuluh tahun dari tahun 1982 sampai 1992, sekitar 35.000 Muslim dari 43 negara-negara Islam direkrut untuk berjuang pada jihad Afghan. Madrasah-madrasah di Pakistan, didanai oleh amal-amal Saudi, juga didirikan dengan sokongan AS dan dengan suatu pandangan untuk "menanamkan nilai-nilai Islam". "Camp-camp menjadi universitas-universitas maya untuk radikalisme Islam," (Ahmed Rashid, The Taliban). Training gerilya di bawah bantuan CIA-ISI meliputi pembunuhan target dan serangan bom mobil.

"Pengapalan-pengapalan senjata" dikirim oleh angkatan darat Pakistan dan ISI ke camp-camp pemberontak di Provinsi Perbatasan Barat Laut dekat perbatasan Afghanistan. Gubernur provinsi adalah Letnan Jenderal Fazle Haq, yang [menurut Alfred McCoy] mengizinkan "ratusan tempat penyulingan heroin untuk didirikan di provinsinya." Mulai sekitar tahun 1982, truk-truk angkatan darat Pakistan membawa senjata-senjata CIA dari Karachi sering mengangkut heroin di Provinsi-nya Haq dan kembali dengan muatan heroin. Mereka terlindungi dari pemeriksaan polisi oleh surat-surat ISI." (1982-1989: US Turns Blind Eye to BCCI and Pakistani Government Involvement in Heroin Trade See also McCoy, 2003, p. 477) .


Baris depan, dari kiri: Major Gen. Hamid Gul, director general of Pakistan's Inter-Services Intelligence Directorate (ISI), Director of Central Intelligence Agency (CIA) Willian Webster; Deputy Director for Operations Clair George; seorang ISI colonel; dan senior CIA official, Milt Bearden pada suatu camp training Mujahidin di Provinsi Perbatasan Barat-Laut Pakistan pada tahun 1987. (sumber RAWA)


Osama Bin Laden

Osama bin Laden, manusia hantu-nya Amerika, direkrut oleh CIA pada tahun 1979 pada awal sekali jihad yang disponsori CIA. Ia berusia 22 tahun dan dilatih di sebuah camp training gerilya yang disponsori CIA.

Selama administrasi Reagan, Osama, yang milik keluarga makmur Saudi Bin Laden diberi tanggung jawab mengumpulkan dana untuk brigade-brigade Islam. Banyak yayasan dan badan amal dibuat. Operasi dikoordinasikan oleh intelijen Saudi, dipimpin oleh Pangeran Turki al-Faisal, dalam hubungan dekat dengan CIA. Uang yang diperoleh dari berbagai badan amal digunakan untuk mendanai rekruitmen sukarelawan-sukarelawan Mujahidin. Al Qaeda, basis dalam bahasa Arab adalah sebuah bank data sukarelawan-sukarelawan yang terdaftar untuk berjuang di jihad Afghan. Data base itu awalnya dipegang oleh Osama bin Laden.


Administrasi Reagan Menyokong "Fundamentalisme Islam"

ISI Pakistan digunakan sebagai sebuah "perantara". Support rahasia CIA kepada Mujahidin di Afghanistan dioperasikan secara tidak langsung melalui ISI Pakistan, -- yaitu CIA tidak menyalurkan supportnya secara langsung kepada Mujahidin. Dengan kata lain, agar operasi rahasia ini "sukses", Washington berhati-hati untuk tidak mengungkapkan sasaran akhir dari "jihad", yang termasuk dalam menghancurkan Uni Soviet.

Pada Desember 1984, Hukum Syariah (jurisprudensi Islam) ditetapkan di Pakistan mengikuti sebuah referenderum yang diluncurkan oleh Presiden Muhammad Zia-ul-Haq. Beberapa bulan kemudian, pada Maret 1985, Presiden Ronald Reagan mengeluarkan National Security Decision Directive 166 (NSDD 166), yang mengotorisasi "peningkatan bantuan militer rahasia kepada Mujahidin" juga support untuk indoktrinasi agama.

Pemberlakuan Syariah di Pakistan dan promosi "Islam Radikal" adalah sebuah kebijakan AS yang disengaja untuk melayani kepentingan geopolitik Amerika di Asia Selatan, Asia Tengah dan Timur Tengah. Banyak "organisasi-organisasi fundamentalis Islam" saat ini di Timur Tengah dan Asia Tengah, secara langsung atau tidak langsung adalah produk support dan pendanaan rahasia AS, sering disalurkan melalui yayasan-yayasan dari Saudi Arabia dan Negara-negara Teluk. Misi-misi dari sekte Islam konservatif Wahhabi diberikan tanggung jawab menjalankan madrasah-madrasah yang disponsori CIA di Pakistan bagian Utara.

Di bawah NSDD 166, rangkaian operasi-operasi rahasia CIA-ISI diluncurkan.

AS men-suplai senjata-senjata kepada brigade-brigade Islam melalui ISI. Para pejabat CIA dan ISI bertemu di kantor pusat ISI di Rawalpindi untuk mengkoordinasi support AS kepada Mujahidin. Di bawah NSDD 166, pengiriman senjata-senjata AS kepada pemberontak AS meningkat dari 10.000 ton senjata dan amunisi pada tahun 1983 menjadi 65.000 ton tiap tahun pada 1987. "Sebagai tambahan untuk senjata, training, peralatan militer extensive termasuk peta satelit militer dan peralatan komunikasi tercanggih" (University Wire, 7 May 2002).



Ronald Reagan bertemu Mujahidin Afghan Commander di White House pada tahun 1985 (Reagan Archives)




Dengan William Casey sebagai direktur CIA, NSDD 166 dideskripsikan sebagai operasi rahasia terbesar dalam sejarah AS:

Paket support yang disuplai AS memiliki tiga komponen essensial - organisasi dan logistik, teknologi militer, dan support ideologi untuk mempertahankan dan menyokong perlawanan Afghan....

Pakar-pakar kontra-perlawanan bekerja secara dekat dengan Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan dalam mengorganisasikan kelompok Mujahidin dan dalam merencanakan operasi di dalam Afghanistan.

...Tetapi kontribusi yang paling penting dari AS adalah untuk ...membawa masuk orang-orang dan material dari seluruh dunia Arab dan sekitarnya. Orang-orang yang paling keras dan berdedikasi secara ideologi dicari atas logika bahwa mereka akan menjadi pejuang-pejuang terbaik. Iklan-iklan, dibayar dari dana CIA, dipasang di koran-koran dan surat kabar di seluruh dunia untuk memberikan pengajaran dan motivasi untuk bergabung dengan Jihad. (Pervez Hoodbhoy, Afghanistan and the Genesis of the Global Jihad, Peace Research, 1 May 2005)


Indoktrinasi Agama

Di bawah NSDD 166, bantuan AS kepada brigade-brigade Islam disalurkan melalui Pakistan tidak terbatas pada bantuan militer tulen. Washington juga menyokong dan didanai oleh U.S. Agency for International Development (USAID), melakukan proses indoktrinasi agama secara luas untuk memastikan kematian institusi-institusi sekuler:

... AS membelanjakan jutaan dollar untuk men-supplai anak-anak sekolah Afghan dengan buku-buku teks yang diisi dengan gambar-gambar kekerasan dan ajaran Islam militan, bagian dari usaha-usaha rahasia untuk mendorong perlawanan kepada pendudukan Soviet.

Dasar-dasarnya, yang diisi dengan pembicaraan jihad dan fitur gambar-gambar pistol, peluru, tentara dan ranjau, telah melayani sejak itu sebagai kurikulum inti sistem sekolah Afghan. Bahkan Taliban menggunakan buku-buku yang diproduksi Amerika,...

White House membela muatan agama, mengatakan bahwa prinsip-prinsip Islam terserap ke dalam budaya Afghan dan bahwa buku-buku "seluruhnya dalam kepatuhan dengan kebijakan dan hukum AS." Pakar-pakar hukum, tetapi, mempertanyakan apakah buku-buku tersebut melanggar larangan konstitusional atas penggunaan dollar pajak untuk mempromosikan agama.

...Pejabat-pejabat AID mengatakan dalam interview-interview bahwa mereka membiarkan material-material Islam tetap utuh karena mereka khawatir pendidik-pendidik Afghan akan menolak buku-buku yang langka dosis kuat dari pemikiran-pemikiran Muslim. Agency menghilangkan logonya dan apa pun yang menyebutkan pemerintah AS dari teks-teks agama, juru bicara AID Kathryn Stratos berkata.

"Ini bukan kebijakan AID untuk menyokong instruksi agama," Stratos berkata. "Tetapi kami melangkah maju dengan proyek ini karena tujuan utama ...Adalah untuk mendidik anak-anak, yang utamanya adalah suatu aktivitas sekuler."

... Dipublikasikan dalam bahasa-bahasa Afghan dominan Dari dan Pashtun, buku-buku teks dikembangkan pada awal tahun 1980 di bawah hibah AID kepada Nebraska-Omaha dan Pusat Studi Afghanistan-nya. Agency membelanjakan $51 juta pada program pendidikan universitas dari tahun 1984 sampai tahun 1994." (Washington Post, 23 March 2002)


Peran NeoCons

Ada kontinuitas. Arsitek operasi rahasia dalam menyokong "fundamentalisme Islam" yang diluncurkan selama kepresidenan Reagan memainkan peran kunci dalam meluncurkan "Global War on Terrorism" pada kemunculan 9/11.

Beberapa Neo Cons administrasi Bush Junior adalah pejabat-pejabat tingkat tinggi selama kepresidenan Reagan.

Richard Armitage, adalah Deputy Secretary of State selama term pertama George W. Bush (2001-2004). Ia memainkan sebuah peran kunci sentral pada negosiasi pasca 9/11 dengan Pakistan yang mengarahkan kepada invasi Afghanistan Oktober 2001. Selama era Reagan, ia memegang posisi Assistant Secretary of Defense for International Security Policy. Dalam kapasitas ini, ia memainkan peran kunci dalam implikasi NSDD 166 sementara juga menjamin hubungan dengan militer dan perangkat intelijen Pakistan.

Sementara itu, Paul Wolfowitz pada State Department bertanggung jawab terhadap team kebijakan luar negeri yang terdiri dari, di antaranya, Lewis Libby, Francis Fukuyama dan Zalmay Khalilzad.

Kelompok Wolfowitz juga terlibat dalam meletakkan konsep dasar support rahasia AS kepada partai-partai dan organisasi-organisasi Islam di Pakistan dan Afghanistan.

Secretary of Defence Robert Gates, yang sekarang melayani administrasi Obama, juga terlibat dalam men-setting dasar dari operasi-operasi rahasia CIA. Ia ditunjuk sebagai Deputy Director for Intelligence oleh Ronald Reagan pada tahun 1982, dan Deputy Director CIA pada tahun 1986, sebuah posisi yang ia pegang sampai tahun 1989. Gates memainkan peran kunci dalam formulasi NSDD 166, yang memantapkan sebuah kerangka kerja konsisten untuk mempromosikan fundamentalisme Islam dan menyalurkan support rahasia kepada brigade-brigade Islam. Ia juga terlibat dalam skandal Contra Iran...


Operasi Contra Iran

Richard Gates, Colin Powell dan Richard Armitage, di antara yang lainnya, juga terlibat dalam operasi Contra Iran.

Armitage memiliki hubungan dekat dengan Kolonel Oliver North. Deputy-nya dan pejabat kepala anti-terroris Noel Koch adalah bagian dari team yang dibentuk oleh Oliver North.

Signifikansi-nya, operasi Kontra-Iran juga terikat ke dalam proses penyaluran support rahasia kepada brigade-brigade Islam di Afghanistan. Skema Kontra-Iran melayani beberapa kebijakan luar negeri yang berhubungan:

1) Penjualan senjata ke Iran dengan demikian menghidupi perang Iraq-Iran,
2) Support kepada Kontra-Nicaraguan,
3) Support kepada brigade-brigade Islam di Afghanistan, disalurkan via ISI Pakistan.

Setelah pengiriman missil anti-tank TOW kepada Iran, hasil penjualan ini dideposit di sejumlah bank accounts dan uangnya digunakan untuk mendanai Kontra Nicaraguan dan Mujahidin:

"Washington Post melaporkan bahwa profit dari penjualan senjata Iran didepositkan pada satu account yang di-manage CIA yang mana AS dan Saudi Arabia menempatkan $250 juta masing-masing. Uang itu digunakan tidak hanya untuk kontra di Amerika Tengah tetapi untuk para pasukan pejuang pemberontak di Afghanistan." (US News & World Report, 15 December 1986).

Walaupun Letnan Jenderal Colin Powell, tidak terlibat secara langsung dalam negosiasi transfer senjata, yang dipercayakan kepada Oliver North, ia di antara "sedikitnya lima orang yang mengetahui senjata-senjata ditransfer ke CIA." (The Record, 29 December 1986). Sehubungan hal ini, Powell memberikan bantuan secara langsung dalam memberikan "lampu hijau" kepada pejabat-pejabat level rendah dalam pelanggaran nyata prosedur Kongress. Menurut New York Times, Colin Powell mengambil keputusan (pada level procurement militer), untuk mengizinkan pengiriman senjata ke Iran:

"Secara tergesa-gesa, salah seorang yang paling dekat kepada Secretary of Defense Weinberger, Mayjen. Collin Powell, mem-bypass prosedur tertulis ''focal point system'' dan memerintahkan Defense Logistics Agency [yang bertanggung jawab kepada procurement] untuk mengalihkan 2,008 missil TOW pertama kepada CIA, yang beraksi sebagai potong jalan untuk pengiriman ke Iran" (New York Times, 16 February 1987)

Secretary of Defense Robert Gates juga tersangkut dalam Affair Contra-Iran.


Perdagangan Obat Bulan Sabit Emas

Sejarah perdagangan obat di Asia Tengah memiliki hubungan dekat dengan operasi rahasia CIA. Sebelum perang Soviet-Afghan, produksi opium di Afghanistan dan Pakistan diarahkan kepada pasar regional kecil. Tidak ada produksi heroin lokal. (Alfred McCoy, Drug Fallout: the CIA's Forty Year Complicity in the Narcotics Trade. The Progressive, 1 August 1997).

Study McCoy mengkonfirmasikan bahwa dalam dua tahun serangan gencar operasi CIA di Afghanistan, "tanah perbatasan Pakistan-Afghanistan menjadi produsen heroin teratas dunia." (Ibid). Berbagai kelompok paramiliter dan organisasi Islam dibuat. Hasil penjualan perdagangan obat Afghan, yang dilindungi oleh CIA, digunakan untuk mendanai berbagai pemberontakan:

"Di bawah perlindungan CIA dan Pakistan, militer Pakistan dan perlawanan Afghan membuka lab-lab heroin pada perbatasan Afghan dan Pakistan. Berdasarkan Washington Post May 1990, di antara pemanufaktur teratas adalah Gulbuddin Hekmatyar, seorang pemimpin Afghan yang menerima setengah dari senjata-senjata rahasia yang dikapalkan AS ke Pakistan. Walaupun terdapat komplain tentang brutalitas Hekmatyar dan perdagangan obat di dalam peringkat-peringkat perlawanan Afghan pada saat itu, CIA menjaga aliansi yang tidak kritis dan menyokongnya tanpa syarat dan batasan.

Begitu heroin meninggalkan lab-lab ini di perbatasan barat laut Pakistan, Mafia Sicilia mengimpor obat ke dalam AS, di mana mereka segera mengambil enampuluh persen pasar heroin AS. Dikatakan, enampuluh persen suplai heroin AS datang secara tidak langsung dari operasi CIA. Selama dekade operasi ini, tahun 1980-an, kontingen DEA substansial di Islamabad tidak melakukan penahanan dan tidak berpartisipasi dalam menekan, mengizinkan sindikat secara de facto bebas untuk mengekspor heroin. Kontrasnya, seorang detektif Norwegian, mengikuti sebuah transaksi heroin dari Oslo ke Karachi, mengaitkan investigasi yang menempatkan seorang banker Pakistan yang berkuasa yang dikenal sebagai anak walinya Presiden Zia di belakang penjara. DEA di Islamabad tidak memiliki seorang pun, tidak melakukan apa pun, menjauh darinya.

Mantan operative CIA mengakui bahwa operasi ini membawa kepada sebuah ekspansi perdagangan heroin Pakistan-Afghanistan. Pada tahun 1995, mantan direktur CIA dari operasi Afghan ini, Mr. Charles Cogan, mengakui mengorbankan perang obat untuk melawan Perang Dingin. "Misi utama kami adalah melakukan kerusakan sebanyak mungkin kepada Soviet. Kami sungguh tidak memiliki sumber daya atau waktu untuk mencurahkan suatu investigasi terhadap perdagangan obat," ia menceritakan televisi Australia. "Aku berpikir bahwa kami perlu meminta maaf untuk ini. Setiap sesuatu memiliki kejatuhannya. Ada kejatuhan dalam term obat, ya, tetapi sasaran utama tercapai. Soviet meninggalkan Afghan." (Alfred McCoy, Testimony before the Special Seminar focusing on allegations linking CIA secret operations and drug trafficking-convened February 13, 1997, by Rep. John Conyers, Dean of the Congressional Black Caucus).


Perdagangan Narkotika yang Menguntungkan pada Era Pasca Perang Dingin

Perdagangan obat terus berlanjut selama tahun-tahun pasca Perang Dingin. Afghanistan menjadi supplier utama heroin ke pasar Barat, pada faktanya hampir sebagai supplier tunggal: lebih dari 90 persen heroin yang dijual di seluruh dunia berasal dari Afghanistan. Perdagangan gelap yang menguntungkan ini terikat dengan politik Pakistan dan militerisasi Negara Pakistan. Ia juga memiliki sikap langsung pada struktur ekonomi Pakistan dan institusi-institusi bank dan keuangannya, yang dari awal perdagangan obat Bulan Sabit Emas telah terlibat di dalam operasi-operasi cuci uang ekstensif, yang dilindungi oleh militer dan perangkat intelijen Pakistan:

Berdasarkan US State Department International Narcotics Control Strategy Report (2006) (quoted in Daily Times, 2 March 2006):

“Jaringan kriminal Pakistan memainkan suatu peran sentral dalam pengapalan narkotik dan penyelundupan barang dari Afghanistan ke pasar international. Pakistan adalah sebuah negara transit obat utama. Hasil penjualan perdagangan narkotik dan pendanaan untuk aktivitas terroris seringkali diluncurkan oleh yang diartikan sistem alternatif yang disebut hawala....

“Berulangkali, sebuah jaringan badan amal swasta yang tidak diatur juga muncul sebagai sebuah sumber penting dari dana yang tidak halal untuk jaringan terroris internasional," laporan menunjukkan...

Sistem hawala dan badan amal adalah puncak gunung es. Menurut laporan State Department, "State Bank of Pakistan telah membekukan lebih dari duapuluh tahun suatu jumlah kecil $10.5 juta milik 12 entitas dan individual terkait kepada Osama bin Laden, Al Qaeda atau Taliban". Apa yang laporan tersebut gagal untuk sebutkan adalah bahwa jumlah besar hasil penjualan dari perdagangan obat Afghan dicuci di institusi-institusi bank Barat.


Taliban Menekan Perdagangan Obat

Sebuah perubahan besar dan tidak diharapkan dalam perdagangan obat yang disponsori CIA terjadi pada tahun 2000.

Pemerintah Taliban yang sampai kepada kekuasaan pada tahun 1996 dengan support Washington, mengiplementasikan pada tahun 2000-2001 sebuah program pemberantasan opium jangkauan luas dengan support PBB yang menghancurkan secara perlahan-lahan perdagangan multibillion dollar. (Untuk detail selanjutnya lihat, Michel Chossudovsky, America's War on Terrorism, Global Research, 2005).

Pada tahun 2001 sebelum invasi yang dipimpin AS, produksi opium di bawah program pemusnahan Taliban menurun lebih dari 90 persen.

Dalam kemunculan segera invasi yang dipimpin AS, administrasi Bush memerintahkan bahwa panen opium jangan dimusnahkan dengan dalih pura-pura bahwa ini akan menghancurkan pemerintahan militer Pervez Musharraf.

"Beberapa sumber di dalam Capitol Hill mencatat bahwa CIA menentang pemusnahan supply opium Afghan karena dengan melakukan hal demikian dapat mendestabilisasi pemerintahan Pakistan Jen. Pervez Musharraf. Menurut sumber-sumber ini, intelijen Pakistan mengancam untuk menggulingkan President Musharraf bila ladang-ladang dihancurkan...

'Bila mereka [CIA] pada faktanya menentang pemusnahan perdagangan opium Afghan, ini hanya mengabadikan keyakinan bahwa CIA adalah agency tanpa moral; pada program mereka sendiri terlepas dari pemerintah kami yang terpilih secara konstitusional" (NewsMax.com, 28 March 2002).

Sejak invasi yang diipimpin AS, produksi opium meningkat 33 kali dari 185 ton di tahun 2001 di bawah Taliban menjadi 6100 ton di tahun 2006. Wilayah budidaya meningkat 21 kali sejak invasi 2001 yang dipimpin AS. (Michel Chossudovsky, Global Research, 6 January 2006)

Di tahun 2007, Afghanistan men-suplai sekitar 93% suplai global heroin. Hasil penjualan (dalam term harga eceran) perdagangan obat Afghanistan diestimasikan (2006) lebih dari 190 milyar dollar setahun, menunjukkan sebuah segmen signifikan perdagangan global narkotika.(Ibid)

Hasil dari perdagangan gelap multibillion dollar yang menguntungkan ini didepositkan di bank-bank Barat. Hampir total dari penjualan bertumpuk pada kepentingan perusahaan dan sindikat kriminal di luar Afghanistan.

Cuci uang obat membentuk sebuah aktivitas multibillion dollar, yang berlanjut diproteksi oleh CIA dan ISI dalam kemunculan invasi AS 2001 terhadap Afghanistan.

Bila melihat kembali ke belakang, salah satu sasaran utama invasi 2001 Afghanistan adalah untuk memperbaiki perdagangan obat.

Militerisasi Pakistan melayani kepentingan politik, financial, dan kriminal yang berkuasa yang mendasari perdagangan obat. Kebijakan luar negeri AS cenderung menyokong kepentingan berkuasa ini. CIA terus melindungi perdagangan narkotika Bulan Sabit Emas ini. Meskipun komitmennya untuk memusnahkan perdagangan obat, produksi opium di bawah rezim Presiden Afghan Hamid Karzai telah melonjak tinggi.


Pembunuhan Jenderal Zia Ul-Haq

Pada Agustus 1988, Presiden Zia terbunuh dalam suatu kecelakaan udara bersama dengan Duta Besar AS untuk Pakistan Arnold Raphel dan beberapa jenderal atas Pakistan. Keadaan yang sebenarnya dari kecelakaan pesawat masih diliputi mistery.

Setelah kematian Zia, pemilihan parlemen dilaksanakan dan Benazir Bhutto disumpah sebagai Perdana Menteri pada Desember 1988. Ia berikutnya dikeluarkan dari kantor oleh penerus Zia, President Ghulam Ishaq Khan atas tuduhan korupsi. Pada tahun 1993, ia terpilih kembali dan dikeluarkan kembali dari kantor pada tahun 1996 atas perintah President Farooq Leghari.

Kontinuitas terus berlangsung. Di bawah pemerintahan singkat pasca Zia -- pemerintah terpilih Nawaz Sharif dan Benazir Bhutto, peran sentral militer-intelijen yang mapan dan kaitannya dengan Washington tidak pernah tertandingi.

Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif melayani kepentingan kebijakan luar negeri AS. Saat berkuasa, kedua pemimpin yang terpilih secara demokratik, tak satupun menyokong keberlanjutan pemerintahan militer. Sebagai Perdana Menteri dari tahun 1993 sampai 1996, Benazir Bhutto "menyokong suatu kebijakan mendamaikan Islamis, khususnya Taliban di Afghanistan" yang disokong oleh ISI pakistan (Lihat F. William Engdahl, Global Research, January 2008)

Penerus Benazir Bhutto sebagai Perdana Menteri, Mia Muhammad Nawaz Sharif dari Pakistan Muslim League (PML) dimakzulkan pada tahun 1999 dalam suatu coup d'Etat yang disupport AS dipimpin oleh Jenderal Pervez Musharraf.

Coup 1999 dilakukan oleh Jenderal Pervez Musharaf, dengan support Kepala Staff Jenderal, Letnan Jenderal Mahmoud Ahmad, yang berikutnya ditunjuk untuk posisi kunci kepala intelijen militer (ISI).

Dari awal administrasi Bush pada tahun 2001, Jenderal Ahmad membangun hubungan dekat tidak hanya dengan counterpart AS-nya direktur CIA George Tenet, tetapi juga dengan anggota-anggota kunci pemerintah AS termasuk Secretary of State Colin Powell, Deputy Secretary of State Richard Armitage, tidak perlu disebutkan Porter Goss, yang pada saat itu adalah Ketua House Committee on Intelligence. Ironisnya, Mahmoud Ahmad juga diketahui, berdasarkan sebuah laporan FBI September 2001, atas perannya yang dicurigai dalam menyokong dan mendanai tertuduh terorris 9/11 juga kaitannya kepada Al Qaeda dan Taliban. (Lihat Michel Chossudovsky, America's "war on Terrorism", Global Research, Montreal, 2005)


Menyimpulkan Keterangan-keterangan

Berbagai organisasi "terroris" ini dibentuk sebagai suatu hasil dari support CIA. Mereka bukanlah produk agama. Proyek untuk mendirikan "sebuah Khalifah pan Islam" adalah bagian dari suatu operasi intelijen yang dirancang secara hati-hati.

Support CIA kepada Al Qaeda tidak dibatasi dalam berbagai cara pada akhir Perang Dingin. Pada kenyataannya adalah kebalikannya. Pola yang lebih awal dari support rahasia meraih dukungan global dan meningkat kecanggihannya.

"Global War on Terrorism" adalah sebuah konstruksi intelijen yang kompleks dan penuh intrik. Support rahasia yang diberikan kepada "kelompok ekstrimis Islam" adalah bagian dari sebuah agenda imperial(isme). Ia bermaksud untuk melemahkan dan pada akhirnya menghancurkan institusi-institusi pemerintah sipil dan sekuler, dan juga berkontribusi dalam memfitnah Islam. Ia adalah instrumen kolonialisasi yang mencari untuk memusnahkan negara-negara bangsa yang berdaulat dan mengubah negara-negara ke dalam teritori.

Agar operasi intelijen berhasil, bagaimanapun, berbagai organisasi yang dibentuk dan dilatih oleh CIA harus tetap tidak sadar akan peran yang mereka mainkan pada papan catur geopolitik, atas nama Washington.

Bertahun-tahun, organisasi-organisasi ini sungguh memperoleh derajat otonomi dan kemerdekaan tertentu, dalam hubungan dengan sponsor-sponsor AS-Pakistan mereka. Penampakan "kemerdekaan" itu, bagaimanapun, adalah krusial; ia adalah suatu bagian integral dari operasi intelijen rahasia. Berdasarkan mantan agen CIA Milton Beardman, Mujahidin tidak sadar akan peran yang mereka mainkan atas nama Washington. Dalam kata-kata bin Laden (dikutip oleh Beardman): "tidak Aku, juga saudara-saudaraku melihat bukti pertolongan Amerika". (Weekend Sunday (NPR); Eric Weiner, Ted Clark; 16 August 1998).

"Dimotivasi oleh semangat nasionalisme dan agama, para pejuang Islam tidak sadar bahwa mereka melawan angkatan darat Soviet atas nama Paman Sam.

Walaupun terdapat kontak pada level yang lebih tinggi dari hirarki intelijen, pemimpin-pemimpin pemberontak Islam dalam theater tidak memiliki kontak dengan Washington atau CIA." (Michel Chossudovsky, America's War on Terrorism, Chapter 2).

Pabrikasi "terrorisme" -- termasuk support rahasia kepada terroris -- dibutuhkan untuk memberikan legitimasi untuk "perang terhadap terorisme".

Berbagai kelompok fundamentalis dan paramiliter yang terlibat dalam aktivitas "terroris" yang disponsori AS adalah "asset intelijen". Pada kemunculan 9/11, fungsi yang ditunjuk untuk mereka sebagai "asset intelijen" adalah untuk mengerjakan peran mereka sebagai "musuh-musuh Amerika" yang kredibel.

Di bawah administrasi Bush, CIA melanjutkan untuk menyokong (via ISI Pakistan) beberapa kelompok Islam yang berbasis di Pakistan. ISI diketahui menyokong Jamaat a-Islami, yang juga ada di Asia Tenggara, Lashkar-e-Tayyaba, Jehad a-Kashmiri, Hizbul-Mujahidin dan Jaish-e-Mohammed.

Kelompok Islam yang diciptakan oleh CIA juga dimaksudkan untuk mengumpulkan dukungan publik di dalam negara-negara Muslim. Sasaran pokoknya adalah untuk membuat pemisahan di dalam masyarakat nasional di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah, sementara juga memicu perselisihan sektarian di dalam Islam, pada akhirnya dengan suatu pandangan untuk mengendalikan pembentukan sebuah perlawanan massa sekuler berbasis luas, yang akan menantang ambisi imperial AS.

Fungsi musuh luar ini adalah juga sebuah bagian essensial dari propaganda perang yang dibutuhkan untuk menggalvanisir opini publik barat. Tanpa suatu musuh, sebuah perang tidak dapat diciptakan. Kebijakan luar negeri AS memerlukan untuk membuat suatu musuh, untuk menjustifikasi berbagai intervensi militernya di Timur Tengah dan Asia Pusat. Suatu musuh dibutuhkan untuk menjustifikasi sebuah agenda militer, yang terdiri dari "pergi ke Al Qaeda". Pabrikasi dan pemfitnahan musuh dibutuhkan untuk menjustifikasi aksi militer.

Eksistensi suatu musuh luar mempertahankan ilusi bahwa "perang terhadap terrorisme" adalah nyata. Ia menjustifikasi dan menggelar intervensi militer sebagai operasi humanitarian berdasarkan pada hak untuk membela diri. Ia menciptakan ilusi suatu "konflik civilisasi". Tujuan pokoknya pada akhirnya adalah untuk menyembunyikan sasaran strategik dan ekonomi sebenarnya di balik perang Timur Tengah - Asia Tengah yang lebih luas.

Sesuai sejarah, Pakistan telah memainkan suatu peran sentral dalam "war on terrorism". Pakistan berdiri di atas pendirian Washington sebagai pusat geopolitik. Ia berbatasan dengan Afghanistan dan Iran. Ia memainkan suatu peran yang krusial dalam melakukan operasi militer AS dan sekutunya di Afghanistan juga dalam konteks rencana-rencana perang Pentagon dalam hubungannya dengan Iran.


***************

Michel Chossudovsky, lahir tahun 1946, adalah seorang ekonom Canada. Lulus dari University of Manchester, England, memperoleh gelar PhD dari North Carolina University, USA., Ia adalah professor ekonomi (emeritus) pada University of Ottawa.

Ia mengajar sebagai professor tamu pada institusi-institusi akademik di Eropa Barat, Amerika Latin dan Asia Tenggara, menjadi penasihat ekonomi bagi pemerintah negara-negara berkembang dan bekerja sebagai konsultan untuk organisasi-organisasi internasional termasuk United Nations Development Programme (UNDP), African Development Bank, United Nations African Institute for Economic Development and Planning (AIEDEP), United Nations Population Fund (UNFPA), International Labour Organization (ILO), World Health Organisation (WHO), United Nations Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC).

Pada tahun 1999, Chossudovsky bergabung dengan Transnational Foundation for Peace and Future Research sebagai penasihat.

Chossudovsky adalah mantan presiden Canadian Association of Latin American and Caribbean Studies. Ia adalah anggota organisasi-organisasi research seperti Committee on Monetary and Economic Reform (COMER), Geopolitical Drug Watch (OGD) (Paris) dan International People's Health Council (IPHC).

Ia adalah editor untuk Centre for Research on Globalization, organisasi yang "berkomitmen untuk mengendalikan gelombang globalisasi dan melucuti senjata Tatanan Dunia Baru"


Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam politik
Thursday, May 26, 2011

Good Muslim, Bad Muslim


Tariq Ramadan berpendapat untuk sebuah pemahaman baru mengenai apa yang dimaksud menjadi seorang Muslim “moderat”.

Debu dari keruntuhan menara kembar telah mengendap pada 11 September 2001 ketika demam pencarian dimulai untuk "Muslim moderat", orang-orang yang akan menyediakan jawaban-jawaban, yang memberi jarak diri mereka dari aksi kekerasan yang biadab dan terkutuk oleh "ekstremis Muslim", "fundamentalis Islam" dan "Islamis" ini. Dua kategori Muslim tiba-tiba muncul: "baik" dan "jahat"; "moderat", "liberal" dan "sekuler" versus "fundamentalis", "ekstremis" dan "Islamis".

Kategorisasi ini bukanlah hal baru. Literatur yang diproduksi selama era kolonial, pada akhir abad 19 dan di awal abad 20, khususnya oleh sarjana-sarjana orientalis di Inggris dan Perancis, menggambarkan Muslim dengan cara pasangan yang sama. Muslim "Baik" adalah mereka yang berkolaborasi dengan perusahaan kolonial atau menerima nilai-nilai dan budaya dari kekuatan dominan. Sisanya, Muslim "jahat", adalah mereka yang "menentang" secara agama, budaya atau politik, yang secara sistematis dibusukkan, dihilangkan sebagai "yang lain" dan ditekan sebagai suatu "bahaya". Waktu telah berubah, tetapi mindset lama dan penggambaran secara simplistik berlanjut untuk membentuk sebuah bayangan atas intelektual, politik, dan debat media saat ini tentang Islam. Satu alasan mengapa begitu banyak pemikir, aktivis dan pembaharu Muslim saat ini berusaha untuk menghindari label "moderat" adalah persepsi yang terjual pada agama mereka kepada barat dan terminologi yang mencekik nafas.

Maka apa sesungguhnya yang kita diskusikan? Praktek-praktek agama atau teologi? Posisi politik? Kecenderungan kepada kekerasan? Kebencian kepada barat? Apa yang kita maksud ketika kita men-cap seseorang sebagai Muslim "moderat"?

Yang mendasari debat kontemporer tentang, dan pencarian untuk, "moderat" adalah sebuah kebingungan kategori. Islam, ia diklaim, tidak menarik perbedaan antara agama dan politik; maka diperbolehkan untuk menggunakan istilah deskriptif yang paling umum tanpa membedakan konsepsi-konsepsi agama dengan praktek-prakter dari aksi-aksi dan program-program politik. Untuk mengadopsi persepsi Muslim dan "dunia Muslim" yang tereduksi tersebut, adalah mengesampingkan prinsip-prinsip deskriptif dan analitis yang paling mendasar yang biasa kita terapkan pada bidang tersebut sebagaimana beragamnya teologi dan hukum pada satu sisi, dengan ilmu sosial dan teori politik di sisi lain. Karena kompleksitas subyek sensitif ini, kita sebaiknya memulai dengan mengurutkan prioritas kita: pertama, pertanyaan pada istilah agama. Dapatkah kita membicarakan moderasi sebagai lawan dari sikap berlebihan dalam cara Muslim mempraktekkan agama mereka? Dan bagaimana kita mengkategorikan kecenderungan teologis yang beragam yang ada di dalam Islam?

Tema moderasi dalam praktek agama telah lama ada di dalam literatur Islam dari awal sekali, selama masa hidup Nabi Muhammad sejak awal abad ketujuh. Di dalam tradisi Quran dan kenabian yang menemaninya, para perempuan dan laki-laki Muslim diseru untuk melakukan moderasi dalam semua aspek kehidupan mereka. "Tuhan menghendaki kemudahan untukmu, dan tidak menghendaki kesusahan," Quran mengingatkan kita, dan Muhammad menegaskan: "Mudahkan segala urusan, jangan membuatnya sulit." Yang sering dikutip adalah contoh memudahkan kewajiban untuk berpuasa selama bulan Ramadhan bagi musafir, sebagai suatu cara untuk memperingatkan orang-orang beriman dari sikap berlebihan. Metode tersebut, dari sejak awal sekali, telah digunakan oleh banyak sarjana (ulama) Islam untuk memahami tuntunan Quran yang mendeskripsikan Muslim sebagai "umat pertengahan (moderat)".

Selama yang disebut abad pertama Islam (atau abad ke-8), dua interpretasi praktek agama berkembang: ahl al-'azîma, yang mengaplikasikan text hukum untuk pengajaran, tanpa mengambil konteks atau kebutuhan akan "kemudahan" ke dalam pertimbangan; dan ahl ar-rukha, yang mempertimbangkan bukan hanya faktor-faktor ini, tetapi juga kebutuhan akan fleksibilitas vis-à-vis konteks sosial dari masa, tanpa menyebutkan untuk keperluan kebutuhan (hâja) dan keharusan (darûra). Lebih dari 13 abad yang lalu, banyak ulama Islam dan Muslim di seluruh dunia (apakah Sunni atau Syiah, tidak tergantung mazhab), telah mempromosikan dan mengikuti jejak moderasi dan fleksibilitas dalam praktek-praktek agama mereka. Walaupun sangat ketat menjalankan prinsip-prinsip fundamental (seperti isi dari kredo, atau aqidah, termasuk shalat lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan, dan pelarangan seperti menjauhi alkohol dan daging babi), mereka telah beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan perubahan waktu (sebagai contoh, mengintegrasikan aspek-aspek dari budaya baru, memproduksi pendapat hukum untuk tantangan-tantangan teknologi dan saintifik paling akhir, dan seterusnya).

Pada level inilah kita menemukan kesalahan konsep awal tentang moderasi Muslim. Dalam masyarakat barat di mana praktek dan penampilan hari ke hari dari agama adalah mendekati nol (bahkan di Amerika, di mana agama sebagai sebuah titik referensi kultural dan moral secara relatif kuat), untuk berbicara shalat harian, puasa, kewajiban-kewajiban moral berdasarkan agama, larangan dan cara berpakaian seringkali dilihat secara otomatis sebagai kecenderungan yang berlebihan.

Dari sudut pandang miring ini, Muslim moderat adalah mereka yang mengadopsi pakaian yang tidak berbeda, yang mengkonsumsi alkohol dan mempraktekan agama mereka "seperti yang kami lakukan" - yaitu, tidak bersungguh-sungguh, atau dengan membuatnya tidak tampak di muka umum. Tetapi titik referensi, sejarah dan budaya kami tidak identik; pemikiran moderasi harus dipelajari dari dalam setiap sistem referensi. Ia tidak dapat dipaksakan dari luar.

Sampai sekarang, pada waktu yang sama, Muslim tidak dapat, atau harus tidak, membantah bahwa di antara keberagaman saat ini di dalam negara dan komunitas mayoritas Muslim - literalis, tradisionalis, reformis, rasionalis, mistik dan, bahkan, murni politik - interpretasi dogmatik dan berlebihan dapat ditemukan. Terdapat jumlah besar di dalam literalis, tradisionalis dan pemikiran Islam saat ini yang dipolitisasi di seluruh dunia saat ini bahwa kita dapat menemukan interpretasi closed-minded dari keimanan. Mereka cenderung menghasilkan pendapat hukum yang tidak berasal dari konteks sosial atau historis terhadap praktek-praktek agama, perilaku kultural, hubungan manusia, hak-hak perempuan dan hubungan dengan "non-Muslim".

Pada subyek non-Muslim, beberapa kelompok (seperti literalis Salafi di Saudi Arabia atau tradisionalis Tablighi di Pakistan) berusaha untuk mengecilkan hati Muslim dari berinteraksi dengan orang-orang Kristen, Yahudi atau atheis, dan bahkan menyarankan mengadopsi sikap permusuhan dan penolakan. Beberapa kelompok Muslim minoritas ini - khususnya yang disebut takfiris (mengkafirkan orang lain - penj) - mengkritik kecenderungan Muslim lain, bertindak sangat jauh seperti mempertanyakan karakter iman dan praktek-praktek Islam mereka.

Mereka dari kami yang menganggap diri kami reformis sering diserang dalam debat internal Muslim bahwa telah "keluar dari Islam" dalam pencarian konteks dan pemahaman baru dari text-text agama. Di barat, juga Asia dan Afrika, termasuk di beberapa negara-negara mayoritas Muslim, Aku berulangkali disebut sebagai kafir, murtad atau seorang penipu yang berusaha menipu Islam dan menghancurkannya dari dalam. Ini terjadi pada sejumlah besar reformis Muslim - yang, secara paradox, pada saat yang sama disebut sebagai "fundamentalis" dan "extremis" di dalam beberapa lingkaran sayap kanan di barat.

Yang lebih bermasalah, barangkali, dan membuat kategorisasi dari luar bahkan lebih berbahaya, adalah kecenderungan beberapa reformis, rasionalis atau kelompok mistik untuk membangun, secara internal, attitude dogmatik yang sama terhadap kolega Muslim mereka, membuat keraguan pada legitimasi dalam banyak gaya kategorikal dan eksklusif mereka. Moderasi adalah multidimensional, dan tidak diekspresikan hanya dengan referensi terhadap barat atau "non-Muslim".

Analisis lebih dekat terhadap posisi politik dari literalis, tradisionalis, rasionalis, reformis dan mistik membuat pengertian selanjutnya menjadi komplikatif. Aku percaya bahwa pertanyaan moderasi politik seringkali adalah masalah subyektif. Afghanistan memberikan contoh yang agak jelas: orang-orang yang sama, yang dua dekade lalu, disebut sebagai "pejuang kemerdekaan" melawan pendudukan Soviet, saat ini dideskripsikan sebagai "teroris" ketika mereka melawan pendudukan Anglo-American atas tanah mereka. Dan setiap orang dapat setuju untuk mengutuk aksi teroris terhadap warga sipil di New York, Rabat, Bali, Amman, Madrid dan London, tetapi bagaimana kita mendeskripsikan gerakan perlawanan melawan pendudukan asing yang mereka anggap illegal dan tidak legitimate? Apakah anggota-anggota perlawanan Muslim dianggap "extremis", sedangkan "moderat" menjadi mereka yang menerima kehadiran pendudukan pasukan Amerika dan Inggris? Siapa yang memutuskan, dan berdasarkan kriteria apa?

Aku memiliki pengalaman pribadi dari pergeseran definisi ini. Washington Post suatu waktu mendeskripsikan aku sebagai "Muslim Martin Luther", hanya untuk Sun yang lalu menghitamkan aku sebagai seorang "Islamic militant". Pada tahun 2003, aku diterima di US state department sebagai seorang Muslim "open" dan "moderat". Kurang dari setahun kemudian, di bawah administrasi Bush yang sama, kritisisme-ku atas kebijakan Amerika di Iraq dan Palestina (di mana Aku mengakui legitimasi perlawanan tanpa dalam berbagai cara memaafkan serangan terhadap penduduk sipil dan non-tentara) telah mengubah aku menjadi seorang "supporter teroris" dan "ekstrimis" potential. Aku dilarang untuk masuk ke dalam United States. Lalu, enam tahun kemudian, tuduhan yang berhubungan dengan terorisme - dan ekstrimisme - dihapuskan oleh otoritas US. Administrasi Obama memutuskan bahwa pendapat-pendapat ku tidak berbahaya dan bahwa Aku mungkin berguna bagi debat kritis seputar Islam: Aku sekarang diperbolehkan untuk perjalanan ke United States.

Tetapi serangan terhadapku berlanjut. Sebagai cucu dari Hassan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin - kelompok politik Islam tertua dan terbesar di dunia - Aku didefinisikan berbahaya dan Aku tidak boleh didengar. Islam, klaim pengritik-ku, membolehkan penipuan (taqiyyah) dan maka Aku dituduh mempraktekkannya secara ekstrim: semua yang kedengarannya sangat baik bagi audience barat pada faktanya 'nothing' tetapi sisi yang ditampilkan lebih jauh adalah agenda tersembunyi yang tersamar - diklaim bahwa Aku ingin meng-Islamisasi modernitas, Eropa dan orang-orang Eropa, seluruh barat. Maka bagaimana dapat Aku menjadi seorang "moderat"?, mereka bertanya.

Tidak hanya "moderasi" politik sebuah konsep definisi yang sakit, tetapi kebingungan antara dunia agama dan politik membuat analisis bahkan lebih problematik. Orang-orang cepat, sangat terlalu cepat, mengasumsikan bahwa karena seorang perempuan atau seorang lelaki secara agama "liberal" berdasarkan praktek-praktek Islam seperti tidak mengenakan hijab atau meminum alkohol, sebagai contoh, ia akan disamakan dengan memegang pandangan politik "liberal". Berdasarkan pengalamanku, tak ada sesuatu pun dapat menjauh dari kebenaran. Terdapat kasus-kasus yang tidak berbilang dari pribadi-pribadi, para intelektual dan aktivis masyakat sipil politik yang sungguh Muslim dengan pandangan dan praktek liberal tetapi secara publik mendukung regim diktator garis keras dan/atau kelompok perlawanan pengguna kekerasan di mana-mana dari Algeria sampai Perancis. Maka moderasi dalam agama tidak dapat dihubungkan dengan anggapan persamaan garis politiknya. Dalam analisis yang dihasilkan barat, bagaimanapun, terdapat kecenderungan untuk conflate (menjadikan dua definisi berbeda menjadi satu - penj) kategori-kategori ini.

Hubungan dengan "barat" memberikan standar yang menarik lain untuk mengevaluasi pendirian politik dan agama dari Muslim kontemporer. Kelompok ekstrimis pengguna kekerasan melihat hubungan mereka dengan barat hanya dalam term opposisi dan permusuhan utuh, diungkapkan dalam bahasa konsep agama, politik, budaya dan ekonomi. Akan tetapi, mayoritas besar dunia Muslim - khususnya Muslim barat - mengakui pencapaian masyarakat barat, sementara pada saat yang sama mengklaim hak untuk menentukan bagi diri mereka parameter-parameter dari identitas mereka, tabiat, dan praktek-praktek agama mereka seluas-luasnya, dan keyakinan-keyakinan moral dan spiritual mereka. Dilihat dari perspektif ini, kritisisme dan penolakan terhadap barat dikaitkan hanya kepada suatu penolakan untuk menerima dominasi politik, ekonomi atau budaya.

Bahkan di dalam peringkat-peringkat Islamis, wacana agama lebih banyak moderat terhadap barat, dari Malaysia sampai Maroko dengan cara pemerintah Islamis Turki saat ini, yang obyektifnya adalah untuk bergabung dengan Uni Eropa yang demokratik dan sekuler. Zona tensi dan konflik laten tidak didefinisikan oleh agama, dan oleh karena itu tidak ada hubungannya dengan Islam atau dengan Muslim "moderat".

Terdapat mereka di barat saat ini yang bergairah untuk mendefinisikan Muslim moderat sebagai mereka yang tidak tampak, atau "tampak seperti kami", yang mendukung kami, atau bahkan sebagai mereka yang menerima istilah subyeksi mereka. Sebaliknya, mereka ingin untuk mendeklarasikan semua sisanya sebagai fundamentalis atau ekstrimis. Penilaian self-serving seperti itu adalah ideologikal pada tabiatnya dan hanya membawa kepada kebingungan intelektual yang mencegah kita untuk mengambil inti dari debat politik dan ekonomi secara esensial. Mereka tidak dapat membantu kita untuk memahami dinamika kompleks yang bekerja pada masyarakat Muslim. Begitu kita mengutuk kekerasan -- kelompok ekstrimis yang membunuh penduduk sipil yang tidak berdosa atas nama Islam, kita harus bergerak maju dan menempatkan posisi politik mereka pada konteks.

Terdapat debat agama, didasarkan pada bahasa jurisprudensi Islam dan fundamental iman, di atas pendapat moderasi. Bila ini ditangkap - seperti seharusnya - menjadi mungkin untuk mendekati pertanyaan-pertanyaan politik yang lebih relevan dengan lebih sedikit prasangka dan kenaifan. Kita seharusnya tidak pernah melupakan bahwa moderasi agama, bagaimanapun ia didefinisikan, adalah kompatibel secara sempurna dengan suatu pendirian politik radikal, non-kekerasan dan demokratik yang menolak semua bentuk dominasi, eksploitasi dan penindasan.

***************

Tariq Ramadan adalah professor studi Islam kontemporer pada Oxford University. Tariq Ramadan adalah anak dari Said Ramadan dan Wafa Al-Bana, yang adalah anak perempuan tertua dari Hassan al Banna, yang pada tahun 1928 mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ayahnya adalah seorang tokoh penting di dalam Ikhwanul Muslimin dan diasingkan oleh Gamal Abdul Nasser dari Mesir ke Switzerland, di mana Tariq dilahirkan.


Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam politik
Sunday, May 22, 2011

Terorisme atau Jihad?


Sejak berita wafatnya Osama bin Laden, berita-berita dan diskusi-diskusi pada beberapa mailist Islam ramai membahas apakah Osama seorang Syahid ataukah seorang teroris yang mengatasnamakan Islam untuk menjustikasi kejahatan atas kemanusiaan. Bahkan beberapa orang/kelompok secara simplistik berpendapat terlalu jauh dengan menyebut Osama sebagai orang yang pasti masuk surga atau sebaliknya sebagai seorang yang akan dilaknat Allah, suatu wilayah yang seharusnya menjadi hak prerogatif Allah.

Sebenarnya saya termasuk orang yang menghindari diskusi-diskusi yang mencampuradukkan agama dengan politik, mencampuradukkan kebenaran abadi dan universal dengan kebenaran temporal dan lokal, mencampuradukkan hal-hal yang hitam-putih dengan hal-hal yang memasuki wilayah abu-abu; wilayah diskusi yang seringkali tidak menambah keimanan dan ketaqwaan, bahkan justru dapat mengotori hati dan mengisinya dengan kebencian. Nabi SAW mengajarkan umat Islam untuk "mengatakan yang baik-baik, atau diam".

Tetapi saya pikir tidak ada salahnya pula berbicara pepesan kosong sekedar untuk menambah wawasan dan mendiskusikan tema-tema politik secara santai tanpa menjustifikasi sesama Muslim sebagai kafir, teroris, dsb.

Dalam beberapa posting ke depan, blog Lintas Islam akan menyajikan (terjemahan) dari hasil-hasil riset oleh lembaga-lembaga independent dan pendapat para cendekiawan mengenai akar permasalahan tersebut. Bila ada hal baik dari tulisan-tulisan tersebut, silakan diambil pelajaran; tetapi bila tidak berkenan di hati, silakan ditolak dengan lapang dada karena memang tidak mudah membedakan antara fakta, mitos dan propaganda. Berikut ini adalah prolog dari tema tersebut.


Jihad: untuk Allah atau untuk Amerika?

Tidak banyak Muslim yang mengetahui bahwa jihad yang berkembang di negara-negara ex-komunis pada era Perang Dingin seperti di Afghanistan dan negara-negara Balkan adalah pabrikasi (buatan) intelijen CIA. CIA memproduksi buku-buku pelajaran anak-anak sekolah di Afghanistan dengan isi indoktrinasi jihad, mempromosikan jihad ke seluruh dunia Muslim, melakukan perekrutan mujahid dari seluruh dunia Muslim, dan memberikan bantuan persenjataan dan pelatihan militer. Hasil dari jihad tersebut adalah berdirinya republik Islam baru di negara eks komunis Afghanistan dan negara-negara Balkan (Bosnia, Kosovo, dan Cechnya).

Pada masa itu, kepentingan AS bertemu dengan kepentingan Muslim untuk menjadikan Soviet komunis sebagai musuh bersama. Bukan rahasia umum lagi bahwa perseteruan AS dengan Soviet adalah karena oil politik (politik minyak). Setiap kali negara komunis berhasil didirikan, pada saat itu pula sumber daya minyak & mineral di negara tersebut dimonopoli dan aksesnya tertutup bagi kehadiran perusahaan-perusahaan kapitalis. Warga negara Amerika mulai menyadari kebusukan politisi mereka ini pada saat perang Vietnam. Pada saat itu, masyarakat Amerika berdemonstrasi menuntut dihentikannya perang Vietnam dan mengatakan bahwa itu "bukan perang kami", suatu ungkapan kekesalan bahwa mereka mengirimkan anak, saudara dan keluarga untuk wajib militer demi memuaskan keserakahan para kapitalis minyak. Jihad di Afghanistan dan negara-negara eks komunis adalah siasat politisi Amerika untuk menggunakan manusia-manusia non American citizen untuk berperang melawan Soviet dan seruan jihad tersebut disambut oleh para sukarelawan jihad dari berbagai negara Muslim.

Di sisi lain, ideologi komunis di lingkungan lokal telah menciptakan konflik dengan tokoh-tokoh agama lokal. Ideologi komunis yang atheis, tidak bertuhan, penyerangan dan penculikan-penculikan tokoh agama lokal, menjadikan ideologi komunis sebagai musuh agama. Perlawanan-perlawanan terhadap ideologi komunis terjadi di banyak negara Muslim, termasuk di Indonesia. Sesuai kultur mereka untuk membuka operasi intelijen ke publik setelah 25 tahun, Amerika secara terbuka telah mengakui bahwa CIA menjadi sponsor dalam pemusnahan komunis di Indonesia pada sekitar peristiwa G30S PKI, dengan bantuan Angkatan Darat dan Islam.

Ketika kekalahan Soviet telah nyata, nasib pemerintahan baru di negeri-negeri republik Islam yang baru menjadi tergantung pada pilihan mereka, apakah akan berkolaborasi dengan kekuatan kapitalis dalam urusan minyak, ataukah menutup akses mereka. Bila pilihan kedua yang diambil, maka mereka harus bersiap-siap untuk menerima konsekuensi: di-embargo atau digelar operasi militer di negara tersebut.


Sosialisme vs Komunisme vs Kapitalisme

Sosialisme adalah anak kandung kapitalisme. Ia lahir akibat kemajuan yang dicapai oleh kapitalisme setelah Revolusi Industri, menyebabkan kesenjangan ekonomi dan sosial di mana kekayaan terakumulasi di tangan segelintir kapitalis dan menciptakan kemiskinan yang meluas di kalangan kelas pekerja. Sosialisme adalah suatu cita-cita utopia yang memimpikan terciptanya masyarakat yang adil dan kekayaan terdistribusi merata ke semua kelas. Banyak versi mengenai bagaimana seharusnya Sosialisme diimplementasikan.

Sosialisme menemukan bentuknya yang agresif dan radikal, setelah munculnya interpretasi Sosialisme versi Karl Marx yang populer disebut sebagai Komunisme. Marx berpendapat bahwa para kapitalis dan kelas atas tidak akan mau secara sukarela mendistribusikan kekayaan mereka kepada kelas di bawahnya. Maka kekayaan tersebut harus direbut secara paksa dari mereka. Dalam masyarakat komunis, orang-orang kelas atas akan ditarik ke bawah dan orang-orang kelas bawah ditarik ke atas, sehingga nantinya hanya ada masyarakat satu kelas, yaitu masyarakat kelas menengah. Marx juga berpendapat bahwa "agama adalah candu", yang membuat masyarakat miskin pasrah kepada nasib dan mengharapkan belas kasihan orang-orang kaya lewat sedekah.

Melihat esensinya, jelas terlihat dan nyata faktanya pada sejarah Soviet, bahwa ideologi Komunis berpotensi menciptakan konflik di tengah masyarakat. Karakter radikalis dan fasis pada ideologi ini menjadikan ciri-ciri mereka yang dominan: tidak bertuhan (atheis), tidak demokratis (diktator), tidak humanis (banyak terjadi pelanggaran HAM), dan dominasi negara atas individu.

Hampir semua negara yang berjuang untuk kemerdekaannya dari penjajahan oleh negara-negara kapitalis pada era kolonialisme Eropa mengadopsi sistem sosialis (atau bahkan komunis), termasuk Indonesia. Sila kelima Pancasila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" menjadi indikasi bahwa tujuan ekonomi yang dicita-citakan para pendiri negara adalah cita-cita sosialis. Sedangkan sila-sila lainnya menjelaskan bahwa sosialisme Indonesia bukanlah sosialisme versi komunis, karena sosialisme Indonesia adalah sosialisme yang ber-Ketuhanan, humanis, demokratis, dan dilakukan secara gotong-royong. Tetapi pada prakteknya setelah masa orde baru, praktek-praktek ekonomi Indonesia lebih condong ke kapitalisme daripada sosialisme. Soemitro yang pada jaman Sukarno dibuang ke Singapura karena paham kapitalisme-nya, di masa orde baru justru menjadi arsitek ekonomi Indonesia bersama dengan kawan-kawannya.

Saat ini di seluruh dunia, tidak ada negara yang menerapkan sistem murni kapitalisme atau murni sosialisme, tetapi merupakan ekonomi campuran dari kapitalisme dan sosialisme.


Sosialisme vs Kapitalisme vs Negara Islam

Di dalam Islam ada konsep Sosialisme dalam hal distribusi kekayaan berupa zakat. Islam sebagaimana Kapitalisme juga mengakui hak milik pribadi (swasta) dan hukum waris. Negara tidak berhak mengambil begitu saja kekayaan dari tangan pribadi-pribadi, tetapi diperbolehkan sebatas jumlah yang diperbolehkan oleh syariat.

Di era modern ini, para pelaku ekonomi tidak lagi dihadapkan kepada permasalahan apakah ingin menggunakan sistem kapitalisme, sosialisme atau Islam. Tetapi konsep apa yang cocok digunakan untuk troubleshooting terhadap masalah-masalah kontemporer yang muncul, tidak peduli apakah ia berasal dari kapitalis, sosialis, komunis, Islam, Hindu, Budha, Kristen, dll. Dalam prakteknya, tidak ada sistem yang menyediakan solusi "one fit all" - tidak seperti yang dipropagandakan oleh aktivis khilafah islamiyah yang mengatakan bahwa sistem ekonomi Islam adalah sempurna, sehingga tidak diperlukan sistem thagut lainnya. Para penggagas ekonomi syariah menghasilkan bank Islam atau bank syariah, sementara bank sendiri adalah produk yang dilahirkan oleh sistem kapitalis. Sudah seringkali kita menemukan orang-orang yang menganut paham seperti ini - sebagaimana radikalis komunis yang anti produk kapitalis - tetapi kita temukan produk-produk kapitalis di rumah dan keseharian mereka. Mereka anti kapitalis, tetapi pada saat yang sama tidak mampu menolak berkah dari kapitalis seperti bank, uang kertas, komputer, TV dll - menjadikan mereka makhluk hipokrit dan akan mencari-cari jawaban untuk membenarkan kehipokritan mereka dalam menggunakan produk-produk kapitalis. Tawaran solusi dari berbagai konsep dan isme diperlukan untuk menjawab tantangan kontemporer seperti: semakin langkanya sumber daya dibandingkan demand akibat jumlah penduduk yang terus meningkat, cadangan minyak (energi) yang semakin menipis, pencarian sumber daya baru, isu kelangkaan pangan, penyediaan lapangan kerja, penyediaan perumahan rakyat, distribusi kekayaan dan kesempatan, isu lingkungan dan pemanasan global, dll.


Islam dan Globalisasi

Tidak diragukan lagi (walaupun masih diperdebatkan), bahwa ide globalisasi saat ini didominasi oleh negara-negara Eropa kapitalis. Standar global yang akan diterapkan ke seluruh negara adalah kapitalisme global dan demokrasi. Yang dikhawatirkan adalah, sebagaimana sejarah kapitalisme di Eropa, kapitalisme global akan menciptakan kemiskinan global dan terakumulasinya kekayaan pada segelintir kaum kapitalis global.

Tetapi ada tool kedua, yaitu demokrasi. Terakumulasinya kekayaan pada sekelompok elit hanya dapat terjadi di negara dengan sistem diktatorship. Dengan demokrasi diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam menentukan kebijakan negara, dan juga dalam pendistribusian kekayaan melalui mekanisme pajak dan subsidi. Distribusi kekayaan melalui subsidi adalah ide sosialisme yang saat ini diimplementasikan pula di banyak negara-negara kapitalis.

Kekayaan alam di suatu negara tidak harus dimonopoli dan ditutup aksesnya bagi perusahaan asing, tetapi boleh saja diusahakan oleh kapitalis global asal prosesnya harus melalui tender "terbuka" dan "fair". Masyarakat harus mengetahui apa alasan suatu ladang minyak diberikan konsesinya kepada Unocal, Chevron, Conoco, BP, Total, Aramco, atau CNOOC dll. Pengelolaan kekayaan alam harus benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat sesuai dengan yang diamanatkan UUD 45, bukan hanya sebagai sumber akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang seperti hanya berputar di sekelompok kecil konglomerat di era Orde Baru.

Selain wacana ekonomi, masih banyak lagi wacana lain yang akan terpengaruh oleh globalisasi; seperti apakah identitas Islam akan hilang terkikis oleh budaya global? Hukum-hukum agama yang dulu sudah mapan, saat ini dipertanyakan apakah sudah ketinggalan jaman dan diperlukan pemahaman (fatwa) baru dalam menyikapi modernitas seperti dalam hukum poligami, kawin sirri, kawin muda (kawin melulu ya?), toleransi, pluralisme, perkawinan beda agama (kawin lagi) dll. Memang benar, bahwa pertanyaan besar di barat berkaitan dengan globalisasi (modernitas) saat ini adalah apakah hukum Islam - khususnya yang mengatur urusan perempuan kompatibel dengan modernitas, di samping pertanyaan-pertanyaan besar lainnya. Bila hukum-hukum agama seperti ini terus-menerus diserang oleh pihak yang pro modernitas versi barat, maka perlawanan dari kelompok tradisionalis agama terhadap modernitas semakin menguat sehingga Islam seolah-olah anti modernitas. Reaksi perlawanan seperti ini bukan hanya akan menjadi monopoli Islam tradisionalis, tetapi akan dialami pula oleh budaya-budaya lokal yang dipaksa untuk menerima modernitas versi barat. Yang mereka lawan sesungguhnya bukanlah modernitas, tetapi dominasi budaya barat atas budaya lokal. Modernitas dan globalisasi akan lebih mudah diterima bila budaya lokal diberi kesempatan untuk mengatur dirinya sendiri dan semua pihak dapat memahami dan menerima perbedaan, dan tidak menilai budaya lokal menggunakan nilai-nilai luar (baca: versi barat).

Siapakah yang bersedia memberikan jawaban?


TD

***************

Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam politik
Friday, May 13, 2011

Otoritas


1.10 Otoritas

1.10a. Generasi Terbaik
Generasi terbaik adalah mereka yang melihat Rasulullah, semoga Allah merahmatinya dan memberinya kedamaian, dan beriman kepadanya. Lalu mereka yang mengikuti mereka dan lalu mereka yang mengikuti mereka.

1.10b. Sahabat-sahabat Terbaik
Yang terbaik dari Sahabat-sahabat adalah khalifah yang mendapat petunjuk. Pertama, Abu Bakr, lalu 'Umar, lalu ' Utsman, lalu 'Ali, semoga Allah ridha dengan semua mereka.

1.10c. Penghormatan untuk Semua Sahabat
Tak ada dari Sahabat-sahabat Rasulullah yang harus disebutkan kecuali dalam cara terbaik dan diam harus dipelihara menyangkut ketidaksepakatan-ketidaksepakatan yang pecah di antara mereka. Mereka adalah orang-orang yang paling berharga untuk diperhitungkan dalam cahaya terbaik yang mungkin dan orang-orang yang pendapat-pendapatnya harus dihormati.

1.10d. Mereka dalam Otoritas
Kepatuhan kepada pemimpin-pemimpin dari pemerintah-pemerintah Muslim dan orang-orang berilmu mereka, adalah wajib.

[Adalah wajib untuk mematuhi Imam-imam Muslim yang memiliki otoritas yang bertanggung jawab untuk menghadirkan kepentingan-kepentingan Muslim yang terbaik. Bila mereka memerintahkan apa yang benar, adalah wajib mematuhi mereka, dan bila mereka melarang yang tercela, adalah wajib untuk menahan diri dari itu. Hanya wajib untuk mematuhi ulama-ulama yang bertindak dengan pengetahuan mereka dan memerintahkan yang benar dan melarang yang tercela dan menjaga batas-batas Allah. Bukti untuk kewajiban adalah firman Allah, "Patuhi Allah dan patuhi Rasulullah dan ulil amri di antara mu." (4:58) Mereka yang melanggar tidak dipatuhi karena Nabi SAW berkata, "Tidak ada kepatuhan terhadap makhluk yang menyuruh ketidakpatuhan kepada Sang Pencipta ." (Ibn Hanbal & al-Hakim)]

1.10e. Salaf
Adalah wajib untuk mengikuti Sahabat-sahabat yang bertindak benar, untuk menapaki langkah-langkah kaki mereka dan memintakan maaf untuk mereka.

[Diwajibkan untuk mengikuti Salaf yang benar, yang adalah Sahabat-sahabat, dalam kata-kata dan perbuatan mereka, apakah dipelajari langsung dari mereka atau dipelajari melalui penurunan dan ijtihad. Demikian pula seseorang harus berdo'a untuk pengampunan mereka.]

1.10f. Menghindari Perselisihan
Adalah wajib untuk menghindari perbantahan dan argumentasi menyangkut hal dien . . .

[Adalah perlu untuk menghindari perbantahan dan argumen tentang agama. Perbantahan adalah menolak kebenaran setelah ia jelas. Argumentasi adalah berdebat dengan orang-orang bid'ah. Hal ini dilarang karena ia dapat mengarah kepada menyerang sahabat-sahabat dan menyebabkan keraguan di dalam hati. Bila tujuan dari argumen adalah untuk mencari kebenaran tanpa sikap membandel, maka ia diperbolehkan.]

1.10g. Menghindari Bid'ah
. . . dan untuk menghindari setiap hal baru yang manusia masukkan ke dalamnya.

[Hindari bid'ah karena Nabi berkata, "Bila seseorang membuat hal baru dalam urusan kita ini yang bukan merupakan bagian darinya, ia ditolak." Ini diaplikasikan pada bid'ah yang tidak terjadi pada masanya dan di mana Syariah mengindikasikan tidak sesuai dengan hukum, menurut sebagian ulama. Sebagian meyakini bahwa bid'ah adalah apa yang tidak terjadi pada waktu ini, apakah Syariah mengindikasikan bahwa ia haram, wajib, sunnah, makruh atau mubah. Bid'ah ditemukan dalam semua lima kategori. Ini apa yang dinyatakan oleh Ibn Abdu's-Salam, al-Qarafi dan lainnya.]

[Shaykh al-Islam Hafiz Ibn Hajar al-Haytami (d. 974/1567; R.A.) mendefinisikan Muslim Sunni sebagai berikut dalam bukunya Fath al-jawad: "Seorang mubtadi (pembuat bid'ah) adalah orang yang tidak memiliki iman (aqidah) yang diterima secara bulat oleh Ahlus Sunnah. Suara bulat ini disebarkan oleh dua Imam besar Abu'l Hasan al-Asy'ari (d. 324/936; Rahimahullah) dan Abu Mansur al-Maturidi (d. 333/944; Rahimahullah) dan ulama-ulama yang mengikuti jejak mereka." Hafiz Ibn Hajaral-Haytami juga mengatakan di dalam bukunya al-Fatawa al-Hadithiyya (pg. 205): "Orang bid'ah artinya seseorang yang keyakinan-keyakinannya berbeda dari iman Ahlus Sunnah. Iman Ahlus Sunnah, adalah iman Abu'l Hasan al-Asy'ari, Abu Mansur al-Maturidi dan mereka yang mengikuti mereka. Seseorang yang membawa sesuatu yang tidak diterima oleh Islam menjadi seorang pembuat bid'ah."]

TAMAT

***************

Aqidah Seorang Muslim
Oleh Abu-l-Hasani-l-Asy'ari
Footnote oleh: Afroz Ali

Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam aqidah
Sunday, May 8, 2011

Malaikat

1.9 Malaikat

1.9a. Malaikat-malaikat Pencatat
Orang-orang memiliki malaikat-malaikat pencatat di atasnya yang mencatat amal-amal mereka. Tak ada seorang pun yang dapat lari dari pengetahuan Tuhan mereka.


1.9b. Malaikat Kematian
Malaikat kematian mencabut ruh-ruh manusia atas izin Tuhannya.







Aqidah Seorang Muslim
Oleh Abu-l-Hasani-l-Asy'ari
Footnote oleh: Afroz Ali

Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam aqidah
Wednesday, May 4, 2011

Iman


1.8 Iman

1.8a. Definifi Iman
Iman berisikan tentang apa yang anda ucapkan dengan lidah, apa yang anda yakini dengan tulus di dalam hati, dan apa yang anda lakukan dengan anggota badan.

1.8b. Meningkat dan Menurunnya Iman
Iman meningkat ketika amal-amal anda meningkat dan menurun ketika mereka menurun. Sehingga melalui amal-amal atau kelangkaan mereka maka meningkat dan menurunnya iman terjadi.

1.8c. Niat dan Mengikuti Sunnah
Kesaksian iman tidak lengkap tanpa amal. Tidak pula kesaksian atau amal lengkap tanpa niat. Dan tidak pula kesaksian atau niat lengkap kecuali bila mereka sesuai dengan Sunnah.


1.8d. Islam dan Perbuatan Dosa
Tak ada Muslim menjadi seorang yang tidak beriman (kafir) melalui perbuatan dosa.

[Harus diyakini bahwa tidak ada Muslim yang mengerjakan perbuatan dosa menjadi seorang yang tidak beriman selama ia beriman. Hal yang sama juga berlaku bagi seseorang yang berlaku tidak taat akan tetapi ia masih meyakini bahwa syariah melarang mereka. Bila seseorang melakukan sesuatu yang mendemonstrasikan bahwa ia tidak memiliki iman, seperti melempar salinan Qur'an ke dalam tempat sampah, maka ia adalah seorang yang murtad. Kita tidak sedang mendiskusikan mereka. Nabi berkata, "Siapapun menghadapkan wajahnya ke Kiblat dan makan kurban kita adalah seorang yang beriman." Khawarij adalah heretic (hafiah) ketika mereka berkata bahwa setiap dosa adalah perbuatan dosa besar dan setiap dosa besar menghapuskan amal dan seseorang yang melakukannya adalah seorang yang tidak beriman. Muta'zilah berkata bahwa setiap perbuatan dosa besar menyebabkan kekosongan amal dan seseorang yang melakukan perbuatan seperti itu berada di antara dua stasiun, dan ia tidak disebut seorang yang beriman atau tidak beriman. Ia disebut sebagai fasiq.]

['Adawi: Ini adalah posisi semua orang Sunnah, Salaf dan setelahnya, kecuali Khawarij dan Muta'zilah. Tetapi, Ibn Habib Ibn' Abdu 'l - Hakam dan beberapa lainnya berkata bahwa seseorang adalah kafir bila ia secara sengaja mengabaikan shalat atau zakat, puasa dan haji.]

1.8e. Syuhada'
Syuhada' adalah hidup, menerima pelayanan mereka dalam hadirat Tuhan mereka.

[Adalah wajib untuk meyakini bahwa syuhada, mereka yang memerangi orang-orang yang tidak beriman dan terbunuh di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah, adalah hidup dan bahagia dalam Hadirat Tuhan mereka karena hak khusus yang diberikan kepada mereka, salah satunya adalah bahwa mereka akan diselamatkan dari Huru-Hara Besar pada Hari Kebangkitan. Lihat Qur'an 3:169.]

1.8f. Di Dalam Kubur: Ruh-ruh yang Beruntung
Ruh-ruh yang beruntung tetap dalam kegembiraan sampai hari mereka dibangkitkan lagi.

[Ruh-ruh yang beruntung akan tetap dalam kebahagiaan sampai Hari Kebangkitan melihat tempat mereka di dalam surga. Ketika satu dari mereka mati, ia akan diperlihatkan tempatnya di dalam surga pagi dan sore.]

1.8g. Di Dalam Kubur: Ruh-ruh yang Celaka
Ruh-ruh yang celaka disiksa sampai Hari Pengadilan.

[Ruh-ruh yang celaka dihukum dengan melihat tempat mereka di dalam neraka dan hukuman-hukuman lain.]

1.8h. Pertanyaan dalam Kubur
Orang-orang beriman akan disidang dan ditanya dalam kubur mereka. "Allah menjadikan mereka yang beriman teguh dengan memberikan mereka kata-kata teguh dalam kehidupan di dunia ini dan di dunia berikutnya."

[Ini merujuk kepada pertanyaan oleh dua malaikat dalam kubur. Orang mati akan diletakkan di dalam kubur mereka dan orang-orang akan meninggalkannya dan lalu dua malaikat datang dan duduk dengannya dan menanyakannya, "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu?" Orang beriman akan menjawab, "Tuhanku adalah Allah. Agamaku adalah Islam, Nabiku adalah Muhammad," dan kuburnya akan diluaskan untuknya. Ketika orang yang tidak beriman di dalam kubur dan ditanyakan pertanyaan-pertanyaan ini, ia akan menjawab, "Saya tidak tahu," dan maka ia akan dipukul dengan gada besi dan akan berteriak sehingga semua makhluk kecuali manusia dan jin akan mendengarnya. Juga dilaporkan adalah penyempitan kubur, yang menekan pada sisi-sisi tubuh orang yang mati dan tak ada seorang pun yang selamat dari itu kecuali seseorang yang Allah berikan pengecualian - mereka termasuk Fatima binti Asad, ibu dari Ali bin Abi Talib, karena rahmat Nabi SAW yang datang ke kuburnya, dan siapapun yang membaca Surat Al-Ikhlas pada penyakit terakhirnya."]


****************

Aqidah Seorang Muslim
Oleh Abu-l-Hasani-l-Asy'ari
Footnote oleh: Afroz Ali

Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam aqidah
Sunday, May 1, 2011

Rincian dari Hari Kebangkitan

1.7 Rincian dari Hari Kebangkitan

1.7a. Kedatangan Allah dan Malaikat-malaikat
Allah SWT akan datang pada Hari Kebangkitan bersama dengan malaikat-malaikat, bertingkat-tingkat.

1.7b. Penayangan Manusia
Semua manusia yang berbeda akan dihadapkan dengan catatan-catatan mereka dan hukuman dan hadiah mereka.

1.7c. Timbangan
Timbangan akan disediakan untuk menimbang amal-amal manusia - "Amal-amal siapa pun yang berat pada timbangan - mereka adalah orang-orang yang berhasil."

1.7d. Kitab Perbuatan
Manusia akan diberikan halaman-halaman di mana amal-amal mereka dicatat - "Siapapun yang diberikan bukunya pada tangan kanannya akan diberikan hisab yang mudah dan siapapun diberikan bukunya di belakang punggungnya - mereka akan dibakar di dalam Neraka." (84 : 7-13)

1.7e. Shirat
Jembatan (shirat) adalah benar dan manusia akan menyeberanginya sesuai dengan amal-amal mereka. Mereka yang menyeberanginya, dan selamat dari Neraka, melakukan yang demikian pada kecepatan yang berbeda-beda, sedangkan amal-amal manusia-manusia lainnya melemparkan mereka kepada kehancuran mereka di dalam Neraka.

1.7f. Telaga
Juga termasuk adalah iman kepada Telaga (hawd) Rasulullah SAW, di mana umatnya akan turun untuk meminum darinya yang mana mereka tidak akan pernah merasakan haus lagi. Tetapi mereka yang membuat perubahan dan penyimpangan dalam dien akan dihalau darinya.


***************

Aqidah Seorang Muslim
Oleh Abu-l-Hasani-l-Asy'ari

Temukan artikel-artikel tentang Islam lainnya di http://lintas-islam.blogspot.com
Lintas Islam